Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 April 2012 -
Baca: Kejadian 22:1-19
"Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak,
pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban
bakaran..." Kejadian 22:2
Tuhan berjanji kepada Abraham, "'Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.' Maka firmanNya kepadanya: 'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.'" (Kejadian 15:5). Ternyata Tuhan baru menggenapi janji tersebut 25 tahun kemudian saat Ishak lahir. Suatu penantian yang panjang!
Tidak mudah bagi seseorang meneguhkan hati untuk menantikan janji Tuhan seperti Abraham ini. Ketika berdoa selama seminggu, dua minggu, sebulan atau setahun, dan belum beroleh jawaban, biasanya seseorang akan mudah kecewa, mengeluh dan bersungut-sungut kepada Tuhan. Pemazmur menasihati, "Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan!" (Mazmur 27:14), karena "...semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;" (Mazmur 25:3a). Yang harus kita pahami, cara Tuhan bekerja seringkali di luar bahkan melampaui pikiran kita. Pastinya, pertolongan Tuhan selalu datang tepat pada waktunya dan caraNya selalu ajaib! Seringkali jawaban Tuhan datang pada detik-detik terakhir ketika kita hampir menyerah dan kuatir. Akibat ketidaksabaran ini banyak dari kita yang akhirnya mem-by pass rencana Tuhan.
Ishak adalah anak perjanjian yang dinanti-nantikan selama 25 tahun. Darinyalah akan lahir bangsa yang besar dan diberkati; ia lahir di masa tua Abraham, maka wajarlah jika Ishak menjadi 'harta berharga' bagi orang tuanya. Namun Tuhan meminta agar Ishak dipersembahkan sebagai korban. Tidak bisa dibayangkan betapa berat pergumulan Abraham! Terlebih lagi ketika Ishak bertanya tentang korban bakaran itu, "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" (Kejadian 22:7). Meski dalam hatinya penuh tanya, Ishak tetap taat melakukan perintah bapanya. Ketika menuju ke gunung Moria, Ishak rela diminta membawa sendiri kayu untuk korban bakaran itu di pundaknya, dan tanpa melakukan perlawanan ia rela diikat dan diletakkan di atas mezbah sebagai korban. Dan di detik-detik terakhir, Tuhan membawa Abraham melihat ada seekor domba jantan yang tanduknya tersangkut.
Ternyata Ishak tidak perlu dikorbankan karena domba telah disediakan Tuhan untuk dipersembahkan sebagai korban menggantikan posisi Ishak!
Sunday, April 15, 2012
Saturday, April 14, 2012
RASUL PAULUS: Kekristenan yang Berkualitas!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 April 2012 -
Baca: Roma 1:8-15
"Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma." Roma 1:15
Sebagai orang Kristen kita memiliki tanggung jawab yang tidak mudah, karena sebagai pengikut Kristus hidup kita juga harus mencerminkan Kristus dan meneladaniNya. Jika tidak, kita belum layak disebut sebagai orang Kristen yang sejati, karena semua tindakan dan perbuatan kita haruslah sesuai dengan firman Tuhan. Inilah yang dikehendaki Tuhan, "supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:15).
Hidup tiada beraib, tiada bernoda, tiada bercela dan bercahaya di tengah-tengah dunia adalah kualitas hidup orang Kristen yang sesungguhnya. Seringkali orang salah dalam mengukur kualitas hidup seseorang. Orang dunia menilai bahwa seseorang dikatakan berkualitas apabila ia berpendidikan tinggi, mempunyai karir yang menanjak, berpengalaman banyak, memiliki kekayaan yang melimpah dan sebagainya. Tapi itu berbeda dengan ukuran yang dipakai Tuhan! "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati." (1 Samuel 16:7b).
Kehidupan rohani yang berkualitas inilah yang juga diteladankan rasul Paulus bagi orang percaya: saat berada di penjara sekali pun Paulus tetap bisa mengucap syukur kepada Tuhan (ayat 8). Meski mengalami tindasan, aniaya, penderitaan dan ujian dia tidak pernah mengeluh atau bersungut-sungut. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi Paulus dalam melayani Tuhan benar-benar tulus dan murni demi kemuliaan nama Tuhan (ayat 9). Apa kuncinya sehingga Paulus bisa seperti itu? Berdoa! (ayat 10). Tanpa doa, Paulus tidak akan mampu setegar itu; Tanpa doa, pelayanan Paulus tidak akan berdampak. Doa harus menjadi nafas hidup orang percaya! Karena itu ia selalu menasihatkan: "Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus." (Efesus 6:18b). Sudah seharusnya setiap kita, bukan hanya pelayan Tuhan, meneladani hidup Paulus ini. Jangan sampai kita melayani Tuhan tapi dengan motivasi tidak benar.
Selalu bersyukur, tulus melayani Tuhan dan tekun dalam doa adalah kunci untuk menjadi orang Kristen yang berkualitas!
Baca: Roma 1:8-15
"Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma." Roma 1:15
Sebagai orang Kristen kita memiliki tanggung jawab yang tidak mudah, karena sebagai pengikut Kristus hidup kita juga harus mencerminkan Kristus dan meneladaniNya. Jika tidak, kita belum layak disebut sebagai orang Kristen yang sejati, karena semua tindakan dan perbuatan kita haruslah sesuai dengan firman Tuhan. Inilah yang dikehendaki Tuhan, "supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:15).
Hidup tiada beraib, tiada bernoda, tiada bercela dan bercahaya di tengah-tengah dunia adalah kualitas hidup orang Kristen yang sesungguhnya. Seringkali orang salah dalam mengukur kualitas hidup seseorang. Orang dunia menilai bahwa seseorang dikatakan berkualitas apabila ia berpendidikan tinggi, mempunyai karir yang menanjak, berpengalaman banyak, memiliki kekayaan yang melimpah dan sebagainya. Tapi itu berbeda dengan ukuran yang dipakai Tuhan! "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati." (1 Samuel 16:7b).
Kehidupan rohani yang berkualitas inilah yang juga diteladankan rasul Paulus bagi orang percaya: saat berada di penjara sekali pun Paulus tetap bisa mengucap syukur kepada Tuhan (ayat 8). Meski mengalami tindasan, aniaya, penderitaan dan ujian dia tidak pernah mengeluh atau bersungut-sungut. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi Paulus dalam melayani Tuhan benar-benar tulus dan murni demi kemuliaan nama Tuhan (ayat 9). Apa kuncinya sehingga Paulus bisa seperti itu? Berdoa! (ayat 10). Tanpa doa, Paulus tidak akan mampu setegar itu; Tanpa doa, pelayanan Paulus tidak akan berdampak. Doa harus menjadi nafas hidup orang percaya! Karena itu ia selalu menasihatkan: "Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus." (Efesus 6:18b). Sudah seharusnya setiap kita, bukan hanya pelayan Tuhan, meneladani hidup Paulus ini. Jangan sampai kita melayani Tuhan tapi dengan motivasi tidak benar.
Selalu bersyukur, tulus melayani Tuhan dan tekun dalam doa adalah kunci untuk menjadi orang Kristen yang berkualitas!
Subscribe to:
Posts (Atom)