Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 April 2012 -
Baca: Mazmur 34:1-23
"Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku." Mazmur 34:2
Beberapa waktu yang lalu televisi dan surat kabar dipenuhi dengan berita tentang kecelakaan maut yang menggemparkan di Jakarta, di mana seorang pengendara mobil menabrak 12 orang sekaligus dan 9 dari mereka meninggal. Usut punya usut si pengemudi mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi dan ternyata ia masih berada di bawah pengaruh obat-obatan terlarang (narkoba). Ya... narkoba kini begitu merajalela, ada di mana-mana dan begitu mudahnya didapat. Bukan hanya anak muda yang menjadi pemakai, namun orang kantoran, artis, bahkan ada juga ibu-ibu rumah tangga serta pilot juga mengkonsumsinya!
Mengapa mereka memakai narkoba? Ada yang bilang: lagi stress, supaya bisa melupakan masalah, supaya happy atau sekedar ikut-ikutan. Untuk bisa terbebas dari masalah, kekuatiran, kecemasan, kepanikan dan stres, narkoba bukan jalan keluarnya. Jangan terpedaya oleh tipu muslihat Iblis! Kunci utama untuk lepas dari itu semua adalah kita harus semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Daud, ketika berada dalam permasalahan yang berat, justru mengangkat puji-pujian bagi Tuhan. Tertulis: "Tetapi aku senantiasa mau berharap dan menambah puji-pujian kepada-Mu;" (Mazmur 71:4), karena ia tahu bahwa "Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya." (Mazmur 34:19). Biasanya jika seseorang mengalami stress karena tertimpa kesukaran atau terkurung masalah-masalah serius ia cenderung untuk mengeluh, mengasihani diri sendiri dan marah kepada Tuhan. Jangankan memuji-muji Tuhan, untuk tersenyum saja bibir terasa kaku. Mengapa kita harus menyalahkan Tuhan? Bukankah kebanyakan masalah yang terjadi itu akibat dari kesalahan kita? Mungkin kebanyakan kita telah memberi celah kepada Iblis untuk menyerang pikiran kita dengan hal-hal negatif, sehingga terjadilah yang dikatakan Ayub: "...yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku." (Ayub 3:25).
Tuhan akan membebaskan kita dari semua permasalahan jika kita mau belajar memuji dan bersyukur padaNya dalam segala waktu (baik atau buruk).
Semakin banyak kita memuji Tuhan semakin besar juga kemenangan menjadi bagian kita!
Friday, April 13, 2012
Thursday, April 12, 2012
MENINGGALKAN KASIH MASIH MULA-MULA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 April 2012 -
Baca: 1 Korintus 13:13
"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." 1 Korintus 13:13
Apa itu kasih mula-mula? Kasih yang mula-mula adalah kasih yang membawa kita kepada satu hati yang berkobar-kobar seperti semula ketika kita percaya kepada Kristus; hati yang begitu semangat untuk bersaksi, untuk memberitakan Injil; hati yang penuh cinta kepada Tuhan dan sesama; hati yang tulus iklhas tanpa pamrih untuk Tuhan.
Mengapa kasih yang mula-mula ini penting? Kasih mula-mula ini sangatlah penting, karena hal ini merupakan dasar dari hubungan kita dengan Tuhan. Kita tahu bahwa kota Efesus adalah kota yang besar dan sangat terkenal pada waktu itu, yang tentunya orang-orang di Efesus punya pilihan untuk hidup dalam duniawi. Tetapi ternyata jemaat Efesus adalah jemaat yang luar biasa karena mereka tetap setia dalam melayani dan hidup bagi Tuhan; mereka masih mengutamakan perkara-perkara rohani sekali pun banyak sekali tantangan dan cobaan. Secara fisik mereka tetap melakukan pelayanan untuk Tuhan, tetapi pelayanan mereka tidak lagi digerakkan dan dibakar oleh kasih mereka kepada Kristus. Mereka terjerumus ke pekerjaan atau pelayanan rutinitas belaka. Hal inilah yang seringkali tidak kita sadari. Tanpa kasih yang menyala-nyala bagi Kristus, pekerjaan dan pelayanan yang kita lakukan tidak ada artinya. Tanpa kasih, semua tidak ada faedahnya bagi Tuhan. Karena itu kita harus ingat saat pertama kita percaya kepada Tuhan: saat kita bertobat dan berkomitmen untuk mengikuti Tuhan dan melayani Dia dengan segenap hati dan jiwa. Ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa seseorang telah meninggalkan kasih mula-mulanya kepada Tuhan: 1. Tuhan tidak lagi menjadi prioritas utama dalam hidup kita. Mungkin kita masih aktif melayani Tuhan, tapi pelayanan itu tidak lagi timbul dari hati yang haus dan lapar akan Dia, melainkan hanya karena tugas dan rutinitas semata. 2. Timbul rasa malas untuk bersekutu dengan Tuhan secara pribadi. Waktu untuk berdoa, menyembah Tuhan dan merenungkan firmanNya berkurang. 3. Kita lebih disibukkan dengan urusan-urusan pribadi: keluarga, pekerjaan, hobi dan sebagainya. Oleh karena itu Tuhan mengingatkan, "...ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan." (Wahyu 2:5a, b).
Mari kita berkomitmen lagi untuk mengasihi Tuhan, lebih dari segalanya.
Baca: 1 Korintus 13:13
"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." 1 Korintus 13:13
Apa itu kasih mula-mula? Kasih yang mula-mula adalah kasih yang membawa kita kepada satu hati yang berkobar-kobar seperti semula ketika kita percaya kepada Kristus; hati yang begitu semangat untuk bersaksi, untuk memberitakan Injil; hati yang penuh cinta kepada Tuhan dan sesama; hati yang tulus iklhas tanpa pamrih untuk Tuhan.
Mengapa kasih yang mula-mula ini penting? Kasih mula-mula ini sangatlah penting, karena hal ini merupakan dasar dari hubungan kita dengan Tuhan. Kita tahu bahwa kota Efesus adalah kota yang besar dan sangat terkenal pada waktu itu, yang tentunya orang-orang di Efesus punya pilihan untuk hidup dalam duniawi. Tetapi ternyata jemaat Efesus adalah jemaat yang luar biasa karena mereka tetap setia dalam melayani dan hidup bagi Tuhan; mereka masih mengutamakan perkara-perkara rohani sekali pun banyak sekali tantangan dan cobaan. Secara fisik mereka tetap melakukan pelayanan untuk Tuhan, tetapi pelayanan mereka tidak lagi digerakkan dan dibakar oleh kasih mereka kepada Kristus. Mereka terjerumus ke pekerjaan atau pelayanan rutinitas belaka. Hal inilah yang seringkali tidak kita sadari. Tanpa kasih yang menyala-nyala bagi Kristus, pekerjaan dan pelayanan yang kita lakukan tidak ada artinya. Tanpa kasih, semua tidak ada faedahnya bagi Tuhan. Karena itu kita harus ingat saat pertama kita percaya kepada Tuhan: saat kita bertobat dan berkomitmen untuk mengikuti Tuhan dan melayani Dia dengan segenap hati dan jiwa. Ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa seseorang telah meninggalkan kasih mula-mulanya kepada Tuhan: 1. Tuhan tidak lagi menjadi prioritas utama dalam hidup kita. Mungkin kita masih aktif melayani Tuhan, tapi pelayanan itu tidak lagi timbul dari hati yang haus dan lapar akan Dia, melainkan hanya karena tugas dan rutinitas semata. 2. Timbul rasa malas untuk bersekutu dengan Tuhan secara pribadi. Waktu untuk berdoa, menyembah Tuhan dan merenungkan firmanNya berkurang. 3. Kita lebih disibukkan dengan urusan-urusan pribadi: keluarga, pekerjaan, hobi dan sebagainya. Oleh karena itu Tuhan mengingatkan, "...ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan." (Wahyu 2:5a, b).
Mari kita berkomitmen lagi untuk mengasihi Tuhan, lebih dari segalanya.
Subscribe to:
Posts (Atom)