Thursday, April 12, 2012

MENINGGALKAN KASIH MASIH MULA-MULA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 April 2012 -

Baca:  1 Korintus 13:13

"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih."  1 Korintus 13:13

Apa itu kasih mula-mula?  Kasih yang mula-mula adalah kasih yang membawa kita kepada satu hati yang berkobar-kobar seperti semula ketika kita percaya kepada Kristus;  hati yang begitu semangat untuk bersaksi, untuk memberitakan Injil; hati yang penuh cinta kepada Tuhan dan sesama; hati yang tulus iklhas tanpa pamrih untuk Tuhan.

     Mengapa kasih yang mula-mula ini penting?  Kasih mula-mula ini sangatlah penting, karena hal ini merupakan dasar dari hubungan kita dengan Tuhan.  Kita tahu bahwa kota Efesus adalah kota yang besar dan sangat terkenal pada waktu itu, yang tentunya orang-orang di Efesus punya pilihan untuk hidup dalam duniawi.  Tetapi ternyata jemaat Efesus adalah jemaat yang luar biasa karena mereka tetap setia dalam melayani dan hidup bagi Tuhan; mereka masih mengutamakan perkara-perkara rohani sekali pun banyak sekali tantangan dan cobaan.  Secara fisik mereka tetap melakukan pelayanan untuk Tuhan, tetapi pelayanan mereka tidak lagi digerakkan dan dibakar oleh kasih mereka kepada Kristus.  Mereka terjerumus ke pekerjaan atau pelayanan rutinitas belaka.  Hal inilah yang seringkali tidak kita sadari.  Tanpa kasih yang menyala-nyala bagi Kristus, pekerjaan dan pelayanan yang kita lakukan tidak ada artinya.  Tanpa kasih, semua tidak ada faedahnya bagi Tuhan.  Karena itu kita harus ingat saat pertama kita percaya kepada Tuhan:  saat kita bertobat dan berkomitmen untuk mengikuti Tuhan dan melayani Dia dengan segenap hati dan jiwa.  Ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa seseorang telah meninggalkan kasih mula-mulanya kepada Tuhan:  1. Tuhan tidak lagi menjadi prioritas utama dalam hidup kita.  Mungkin kita masih aktif melayani Tuhan, tapi pelayanan itu tidak lagi timbul dari hati yang haus dan lapar akan Dia, melainkan hanya karena tugas dan rutinitas semata.  2. Timbul rasa malas untuk bersekutu dengan Tuhan secara pribadi.  Waktu untuk berdoa, menyembah Tuhan dan merenungkan firmanNya berkurang.  3. Kita lebih disibukkan dengan urusan-urusan pribadi: keluarga, pekerjaan, hobi dan sebagainya.  Oleh karena itu Tuhan mengingatkan,  "...ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh!  Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan."  (Wahyu 2:5a, b).

Mari kita berkomitmen lagi untuk mengasihi Tuhan, lebih dari segalanya.

PENUH PERGUMULAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 April 2012 -

Baca:  Mazmur 56:1-14

"Kasihanilah aku, ya Allah, sebab orang-orang menginjak-injak aku, sepanjang hari orang memerangi dan mengimpit aku!"  Mazmur 56:2

Perjalanan hidup manusia selama berada di muka bumi ini tak luput dari pergumulan.  Entah itu pergumulan tentang pekerjaan, keluarga, keuangan, sakit penyakit dan sebagainya.  Saat berada dalam pergumulan yang berat itu tak jarang kita merasa tertekan, kecewa, frustasi sehingga ada yang nekat mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

     Hal ini juga dialami oleh Daud, hidupnya penuh dengan pergumulan.  Banyak seteru yang menginginkan kematiannya.  Hidupnya menjadi tidak tenang, di antaranya karena Saul terus mengejarnya dan hendak membunuhnya.  Tak jarang pula Daud mengalami ketakutan yang begitu hebat seperti saat ia berada di Gat, sampai-sampai ia berlaku seperti orang yang sakit ingatan dan berbuat pura-pura gila.  Tapi dalam ketakutannya yang luar biasa itu Daud selalu bersandar kepada Tuhan sebab ia percaya bahwa Tuhan sajalah yang dapat membela perkaranya.  Daud berkata,  "Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"  (Mazmur 56:4-5).  Daud percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan umatNya yang berada dalam pergumulan hebat, yang terus berseru-seru kepadaNya.  Daud berkata,  "Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu"  (Mazmur 56:9).

     Saat ini mungkin kita mengalami seperti yang dialami oleh Daud:  kita terhimpit, tertekan oleh permasalahan yang berat atau bahkan juga dimusuhi sekalipun kita tak bersalah.  Tak ada jalan lain selain kita mengadu kepada Tuhan.  Datanglah kepada Tuhan dan jangan lari kepada manusia, biarlah Tuhan sendiri yang menjadi Pembela kita karena  "...hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah."  (Mazmur 51:19b).  Berhentilah untuk bersungut-sungut atau mengomel, tapi bawalah persoalan itu dalam doa kepada Tuhan.  Teguhkan hati dan tetaplah tenang, karena  "...dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu."  (Yesaya 30:15).  Air mata pergumulan kita kepada Tuhan tidak akan pernah sia-sia.  Tuhan mengerti kepedihan hati kita dan mengerti kesengsaraan kita.

Seberat apa pun pergumulan kita, Tuhan sanggup menolong dan memberi jalan keluar!