Tuesday, April 3, 2012

HIDUP MANUSIA DI TANGAN SANG PENJUNAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 April 2012 -

Baca: Yeremia 18:1-17

"Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya."  Yeremia 18:4

Belajar tentang suatu hal tidak harus kita dapatkan di sekolah-sekolah formal, namun bisa juga melalui kehidupan di dunia luar:  membaca buku-buku bermutu, belajar dari pengalaman orang lain atau melalui kehidupan sehari-hari yang ada di sekitar yang kita lihat secara langsung.

     Inilah yang dilakukan nabi Yeremia, di mana ia melakukan pengamatan tentang kerja seorang penjunan atau tukang periuk.  Si nabi pun pergi mengunjungi rumah penjunan tersebut.  Ia melihat tukang periuk mengambil segumpal tanah liat dan membentuknya menjadi bejana.  Dalam proses pembuatan itu tiba-tiba bejana yang hampir dibentuknya retak dan rusak, namun si penjunan tidak langsung membuang bejana yang rusak itu;  dihancurkannya ke dalam tangannya dan dibentuknya kembali menjadi bejana yang lain (ayat nas).  Seorang penjunan pasti memiliki rencana bagi setiap gumpalan tanah liat yang dibentuknya.  Masing-masing tanah liat ia bentuk sesuai dengan sifat dan kualitas tanahnya.  Bukankah ada yang  "...untuk dipakai guna tujuan yang mulai dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?"  (Roma 9:21).

     Begitu juga dengan Tuhan terhadap kita.  Dia memiliki rencana yang agung bagi setiap orang percaya.  RancanganNya selalu baik, bukan rancangan kecelakaan, namun untuk memberikan pada kita hari depan yang penuh harapan (baca Yeremia 29:11).  Tuhan ingin kita menjadi bejana-bejana untuk hormat dan kemuliaan namaNya.  Tuhan tidak menghendaki seorang pun dari kita gagal di tengah jalan, karena itu  "...Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat."  (2 Petrus 3:9).  Sebagai Penjunan, Tuhan berkuasa untuk mengubah 'gumpalan tanah liat' yang jelek dan tidak berbentuk sekalipun menjadi bejana yang bagus dan berharga.

     FirmanNya,  "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju;  sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  (Yesaya 1:18).  Kuasa Tuhan itu tak terbatas, Ia dapat melakukan apa saja, dapat mengampuni dan menyelamatkan orang yang berdosa.

Tangan Tuhanlah yang sanggup membentuk hidup kit adari yang rusak menjadi bejanaNya yang berharga!

Monday, April 2, 2012

TANPA PENGUASAAN DIRI, KITA AKAN JATUH (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 April 2012 -

Baca:  2 Petrus 1:3-15

"dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan,"  2 Petrus 1:6

Setiap orang percaya dituntut untuk bisa menguasai lidah atau ucapannya, karena banyak sekali pelanggaran dan kesalahan dibuat lidah atau ucapan kita.  Bisa dikatakan bahwa salah satu pergumulan terbesar dalam kehidupan orang percaya adalah bagaimana mengekang lidah.  Ini menunjukkan bahwa menguasai lidah bukanlah pekerjaan gampang.

     Seseorang yang dapat menguasai lidahnya bisa diumpamakan seperti kekang pada mulut kuda, dan kemudi pada kapal yang berlayar di tengah angin keras.  Seringkali kita tidak dapat menguasai lidah kita saat kita sedang marah atau tersinggung oleh perkataan orang lain, atau seringkali perkataan yang keluar dari mulut kita adalah perkataan kotor, kasar dan melukai orang lain.  Tidak sedikit masalah yang terjadi dalam hidup kita bersumber dari ketidakmampuan kita menguasai lidah atau ucapan yang keluar dari mulut kita.

     Melanjutkan poin kemarin, yang tak kalah penting untuk kita perhatikan adalah:  3.  Mata.  Ada tertulis:  "Mata adalah pelita tubuh.  Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;  jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu.  Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu."  (Matius 6:22-23).  Jika kita tidak bisa menguasai penglihatan kita, kita akan mudah terperosok ke dalam berbagai hawa nafsu kedagingan.  Banyak kasus pemerkosaan terjadi sebagai akibat dari seseorang yang tidak bisa menguasai matanya yang melihat hal-hal yang berbau pornografi.  Juga karena matanya 'silau' melihat kemewahan dunia ini tidak sedikit orang berusaha untuk menimbun kekayaan meski dengan cara yang tidak halal:  curang, korupsi, manipulasi dan sebagainya.  Benar apa yang dikatakan Yakobus bahwa  "...tiap-tiap orang yang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya."  (Yakobus 1:1-14).  Sejauh mana kita dapat menguasai diri?

     Perlu kita perhatikan bahwa penguasaan diri merupakan aspek yang perlu dilatih terus-menerus dan membutuhkan proses, tidak turun dari langit dalam sekejap.  Itula sebabnya kita harus melatih roh kita supaya kuat sehingga kita dapat menaklukkan kedagingan kita dan bisa menguasai diri.

Tidak ada jalan lain selain harus makin mendekatkan diri kepada Tuhan setiap waktu.