Thursday, March 22, 2012

MENGUTAMAKAN DIRI SENDIRI DARI PADA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Maret 2012 - 

Baca:  Hagai 1:1-14

"Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri."  Hagai 1:9b

Bait Suci adalah tempat di mana kemuliaan Tuhan dinyatakan atas umatNya. Sayang, Bait Suci dalam bacaan hari ini telah menjadi puing-puing atau reruntuhan. Oleh karena itu tanpa kenal lelah nabi Hagai mengajak umat Tuhan untuk membangun kembali Bait Suci yang telah runtuh itu.  Bagaiman respons mereka?  "Bangsa ini berkata:  Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah Tuhan!"  (Hagai 1:2).

Orang-orang tidak menanggapinya dengan serius dan cenderung meremehkan ajakan nabi Hagai.  Mereka enggan mendirikan Bait Suci lagi dan lebih suka mendirikan rumah mereka sendiri.  Ini menunjukkan bahwa mereka lebih mementingkan diri sendiri dari pada perkara-perkara rohani.  Perkara-perkara rohani bukan lagi prioritas utama dalam hidup mereka.  Apakah ini yang disebut dengan kemajuan rohani?  Bangsa Israel telah mengalami kemunduran rohani yang teramat dalam.  Pengalaman bangsa Israel inilah yang mendorong Rasul Paulus untuk mengingatkan jemaat di Galatia,  "Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!"  (Galatia 3:3-4)

     Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan kehidupan orang percaya saat ini;  semangat untuk melayani Tuhan sudah semakin kendor, padahal sebelumnya kita begitu berapi-api bagi Tuhan.  Namun setelah semuanya berjalan dengan lancar kita mulai berubah.  Hati kita mulai dingin!  Kini perkara-perkara duniawi lebih menyita sebagian besar waktu kita.  Kita tenggelam dalam kesibukan mengejar materi sampai-sampai waktu untuk bersekutu dengan Tuhan sudah tidak ada lagi, apalagi terlibat dalam pelayanan.  Kita biarkan Bait Suci menjadi reruntuhan dan kita sibuk membangun dan mempercantik rumah sendiri.  Tuhan berkata,  "...tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?" (1 Korintus 6:19).  Bukan berarti kita semua harus masuk sekolah Alkitab dan menjadi pendeta atau pelayan Tuhan penuh waktu.

Apa pun yang kita miliki:  waktu, tenaga, talenta, karunia, harta dan sebagainya dapat kita persembahkan untuk kemuliaan nama Tuhan;  jangan hanya memikirkan kepentingan sendiri saja.

Wednesday, March 21, 2012

HIDUP DALAM DAMAI KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Maret 2012 -


"Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya."  Yesaya 32:17

Sebagai orang percaya kita bukan hidup dalam damai dengan konsep dunia, tetapi kita hidup dalam damai karena Kristus ada di dalam kita.  Ayat nas di atas menegaskan bahwa damai sejahtera, ketenangan dan ketenteraman akan menyertai hidup seseorang apabila ada kebenaran.  Artinya selama kita hidup dalam ketaatan dan kebenaran, damai sejahtera akan kita alami.

     Damai ini bukanlah sesuatu yang di luar yang mempengaruhi di dalam kita.  Tetapi damai itu adalah sesuatu yang ada di dalam kita yang memancar kuat sampai hendak ke luar dari kita.  Itulah damai sejahtera Kristus.  Tertulis  "Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh.  Dan bersyukurlah."  (Kolose 3:15).  Ketika seseorang memiliki damai sejahtera Kristus keinginan duniawinya pasti mati, karena baginya Yesus itu sudah lebih dari pada cukup.  Itulah yang dirasakan Rasul Paulus.  "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.  Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya.  Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,"  (Filipi 3:7-8).

     Seseorang yang memiliki damai sejahtera Kristus akan tetap bersyukur meski berada dalam badai permasalahan.  Oleh karena  "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu.  Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.  Janganlah gelisah dan gentar hatimu."  (Yohanes 14:27).  Damai sejahtera yang diberikan Tuhan berbeda dengan dunia ini.  Damai di dunia ini hanyalah semu dan tidak abadi, bergantung pada keadaan dan bisa hilang.  Mungkin seseorang merasa damai karena rumahnya dijaga oleh satpam, atau merasa damai karena depositonya di bank melimpah.  Tapi, adakah yang aman di dunia ini?  Jika masih ada orang Kristen yang hidupnya terus mengeluh dan bersungut-sungut berarti mereka belum menerima damai Kristus yang sempurna.  Jika kita telah menerima damai Kristus yang sempurna, masalah yang datang takkan menggoyahkan iman kita.

Karena itu jadilah anak-anak Tuhan yang taat supaya damai sejahtera Kristus ada di dalam kita!