Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Maret 2012 -
Baca: Ayub 13:1-28
"Berapa besar kesalahan dan dosaku? Beritahukanlah kepadaku pelanggaran dan dosaku itu. Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu, dan menganggap aku sebagai musuh-Mu?" Ayub 13:23-34
Alkitab dengan jelas mencatat bahwa Ayub "saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayub 1:1). Ini menunjukkan bahwa Ayub adalah orang yang hidupnya benar dan tidak bercela di hadapan Tuhan. Itulah sebabnya ketika kesengsaraan dan penderitaan menimpa hidupnya ia merasa berhak untuk bertanya kepada Tuhan: apakah ini tidak "salah alamat"? Bukankah seharusnya orang fasik atau orang berdosa yang layak menerima segala penderitaan dan malapetaka?
Seringkali kita juga marah kepada Tuhan dan menyalahkan Dia ketika melihat orang-orang di luar Tuhan hidupnya "aman-aman" saja. Pemazmur menasihati, "Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau." (Mazmur 37:1-2). Sebagai orang percaya kita harus belajar memahami kehendak Tuhan karena Dia memiliki sudut pandang yang berbeda. Tuhan tidak pernah salah dalam setiap tindakanNya. Segala penderitaan yang menimpa Ayub adalah ulah dari si Iblis yang hendak menjatuhkan iman Ayub. Namun meski mengalami penderitaan yang luar biasa Ayub tetap mampu bertahan. Bahkan dia masih bisa berkata, "'Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?' Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya." (Ayub 2:10b). Kehilangan segala-galanya tidak membuat Ayub menjadi lemah dan putus asa. Bahkan teman-teman terdekatnya kelihatannya menasihati dia, padahal dalam nasihatnya itu terkandung tuduhan dan kecaman kepada Ayub. Mereka menganggap bahwa Ayub telah melakukan suatu pelanggaran yang berakibat pada penderitaan yang harus ditanggungnya.
Selama hidup di dunia ini kita tak luput dari masalah atau penderitaan. Namun Tuhan berjanji untuk memberi kekuatan kepada kita dan memberikan Penolong yaitu Roh Kudus. Karena itu dalam keadaan yang berat biarlah kita tetap kuat dan bertahan karena selalu ada maksud dan rencana Tuhan di balik penderitaan yang kita alami.
Itulah sebabnya di tengah penderitaan yang dialami, Ayub menyadari: "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10).
Tuesday, March 13, 2012
Monday, March 12, 2012
DAMPAK BURUK MENGHAKIMI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Maret 2012 -
Baca: Roma 14:1-12
"Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri." Roma 14:4
Kita harus tahu bahwa kita tidak memiliki kuasa untuk menghakimi, karena apa yang kita pandang baik dan benar menurut ukuran kita belum tentu demikian; hanya Tuhan yang memiliki dan tahu akan kebenaran dan keadilan itu. Itulah sebabnya firmanNya berkata, "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan.' Dan lagi: 'Tuhan akan menghakimi umat-Nya.'" (Ibrani 10:30).
Inilah yang seringkali menjadi masalah terbesar mengapa gereja tidak dapat bertumbuh, tidak dapat maju, menjadi terpecah, karena mereka saling menghakimi. Banyak orang tidak mau datang ke gereja tertentu karena mereka mendengar bahwa hamba Tuhan di gereja tersebut saling menjatuhkan satu sama lain, yang satu merasa diri lebih hebat dan lebih diurapi dari yang lain. Keadaan semacam ini pun sudah terjadi di zaman Tuhan Yesus. Murid-murid Tuhan Yesus sendiri bertanya kepada Tuhan siapa di antara mereka yang paling besar. Dengan tegas Tuhan Yesus menjawab siapa yang ingin menjadi yang terbesar haruslah menjadi pelayan bagi yang lainnya. Jadi, tidak ada gereja yang dapat berkata bahwa gerejanyalah yang the best, paling diberkati dan sebagainya.
Kita harus menyadari bahwa saling menghakimi itu adalah strategi Iblis untuk menghancurkan kehidupan orang percaya dan gereja Tuhan. Saling menghakimi selalu membawa akibat atau dampak yang buruk: 1. Menyebabkan perpecahan. Saling menghakimi itu berasal dari si Iblis dengan tujuan memecahbelah umat Tuhan. Oleh karena itu kita harus berhati-hati, tidak boleh lagi saling menghakimi supaya tidak terjadi perpecahan di antara umat Tuhan. 2. Membuat orang lain sakit hati dan menjadi pahit. Siapa pun dari kita pasti tidak suka dihakimi oleh orang lain. Alangkah baiknya jika ada seseorang melakukan kesalahan ditegur dengan cara yang tepat, perkataan yang tepat dan waktu yang tepat pula, karena menghakimi itu berbeda dengan menegur. Ketika kita menghakimi seseorang berarti kita menyatakan bahwa orang tersebut bersalah. Itu hanya akan menimbulkan sakit hati dan membuat orang itu dipermalukan dan kian terpuruk.
Menghakimi orang lain adalah strategi Iblis menghancurkan kehidupan orang percaya!
Baca: Roma 14:1-12
"Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri." Roma 14:4
Kita harus tahu bahwa kita tidak memiliki kuasa untuk menghakimi, karena apa yang kita pandang baik dan benar menurut ukuran kita belum tentu demikian; hanya Tuhan yang memiliki dan tahu akan kebenaran dan keadilan itu. Itulah sebabnya firmanNya berkata, "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan.' Dan lagi: 'Tuhan akan menghakimi umat-Nya.'" (Ibrani 10:30).
Inilah yang seringkali menjadi masalah terbesar mengapa gereja tidak dapat bertumbuh, tidak dapat maju, menjadi terpecah, karena mereka saling menghakimi. Banyak orang tidak mau datang ke gereja tertentu karena mereka mendengar bahwa hamba Tuhan di gereja tersebut saling menjatuhkan satu sama lain, yang satu merasa diri lebih hebat dan lebih diurapi dari yang lain. Keadaan semacam ini pun sudah terjadi di zaman Tuhan Yesus. Murid-murid Tuhan Yesus sendiri bertanya kepada Tuhan siapa di antara mereka yang paling besar. Dengan tegas Tuhan Yesus menjawab siapa yang ingin menjadi yang terbesar haruslah menjadi pelayan bagi yang lainnya. Jadi, tidak ada gereja yang dapat berkata bahwa gerejanyalah yang the best, paling diberkati dan sebagainya.
Kita harus menyadari bahwa saling menghakimi itu adalah strategi Iblis untuk menghancurkan kehidupan orang percaya dan gereja Tuhan. Saling menghakimi selalu membawa akibat atau dampak yang buruk: 1. Menyebabkan perpecahan. Saling menghakimi itu berasal dari si Iblis dengan tujuan memecahbelah umat Tuhan. Oleh karena itu kita harus berhati-hati, tidak boleh lagi saling menghakimi supaya tidak terjadi perpecahan di antara umat Tuhan. 2. Membuat orang lain sakit hati dan menjadi pahit. Siapa pun dari kita pasti tidak suka dihakimi oleh orang lain. Alangkah baiknya jika ada seseorang melakukan kesalahan ditegur dengan cara yang tepat, perkataan yang tepat dan waktu yang tepat pula, karena menghakimi itu berbeda dengan menegur. Ketika kita menghakimi seseorang berarti kita menyatakan bahwa orang tersebut bersalah. Itu hanya akan menimbulkan sakit hati dan membuat orang itu dipermalukan dan kian terpuruk.
Menghakimi orang lain adalah strategi Iblis menghancurkan kehidupan orang percaya!
Subscribe to:
Posts (Atom)