Monday, March 12, 2012

DAMPAK BURUK MENGHAKIMI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Maret 2012 - 

Baca:  Roma 14:1-12

"Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri."  Roma 14:4

Kita harus tahu bahwa kita tidak memiliki kuasa untuk menghakimi, karena apa yang kita pandang baik dan benar menurut ukuran kita belum tentu demikian;  hanya Tuhan yang memiliki dan tahu akan kebenaran dan keadilan itu.  Itulah sebabnya firmanNya berkata,  "Pembalasan adalah hak-Ku.  Akulah yang akan menuntut pembalasan.'  Dan lagi:  'Tuhan akan menghakimi umat-Nya.'"  (Ibrani 10:30).

     Inilah yang seringkali menjadi masalah terbesar mengapa gereja tidak dapat bertumbuh, tidak dapat maju, menjadi terpecah, karena mereka saling menghakimi.  Banyak orang tidak mau datang ke gereja tertentu karena mereka mendengar bahwa hamba Tuhan di gereja tersebut saling menjatuhkan satu sama lain, yang satu merasa diri lebih hebat dan lebih diurapi dari yang lain.  Keadaan semacam ini pun sudah terjadi di zaman Tuhan Yesus.  Murid-murid Tuhan Yesus sendiri bertanya kepada Tuhan siapa di antara mereka yang paling besar.  Dengan tegas Tuhan Yesus menjawab siapa yang ingin menjadi yang terbesar haruslah menjadi pelayan bagi yang lainnya.  Jadi, tidak ada gereja yang dapat berkata bahwa gerejanyalah yang the best, paling diberkati dan sebagainya.

     Kita harus menyadari bahwa saling menghakimi itu adalah strategi Iblis untuk menghancurkan kehidupan orang percaya dan gereja Tuhan.  Saling menghakimi selalu membawa akibat atau dampak yang buruk:  1.  Menyebabkan perpecahan.  Saling menghakimi itu berasal dari si Iblis dengan tujuan memecahbelah umat Tuhan.  Oleh karena itu kita harus berhati-hati, tidak boleh lagi saling menghakimi supaya tidak terjadi perpecahan di antara umat Tuhan.  2.  Membuat orang lain sakit hati dan menjadi pahit.  Siapa pun dari kita pasti tidak suka dihakimi oleh orang lain.  Alangkah baiknya jika ada seseorang melakukan kesalahan ditegur dengan cara yang tepat, perkataan yang tepat dan waktu yang tepat pula, karena menghakimi itu berbeda dengan menegur.  Ketika kita menghakimi seseorang berarti kita menyatakan bahwa orang tersebut bersalah.  Itu hanya akan menimbulkan sakit hati dan membuat orang itu dipermalukan dan kian terpuruk. 

Menghakimi orang lain adalah strategi Iblis menghancurkan kehidupan orang percaya!

Sunday, March 11, 2012

BERHENTILAH MENGHAKIMI!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Maret 2012 - 

Baca: Roma 14:1-12

"Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah."  Roma 14:10

Sampai saat ini masih sering terjadi saling menghakimi di antara anak-anak Tuhan.  Kita begitu mudahnya melihat dosa, kelemahan dan kekurangan orang lain.  Ketika ada saudara seiman yang jatuh dalam dosa kita langsung mencemooh dan sesegera mungkin menyebarkan  'kabar hangat'  ini ke orang lain.  Ketika ada saudara yang mengalami pergumulan berat dan sakit tak kunjung sembuh kita langsung berkata,  "Wah... dia terlalu banyak dosanya, makanya Tuhan menimpakan masalah berat padanya."  Ada peribahasa yang mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak.  Setiap orang itu tidak pernah luput dari kesalahan.  Tak ada manusia yang sempurna!  Bahkan hamba Tuhan atau pendeta pun tak luput dari kesalahan dan kekurangan.  Oleh karena itu  "...janganlah kita saling menghakimi lagi!  Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini:  Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung!"  (Roma 14:13).

     Di dalam Alkitab banyak sekali ayat yang mengingakan kita untuk tidak mudah menghakimi orang lain.  Hal ini menunjukkan bahwa menghakimi orang lain adalah dosa di hadapan Tuhan.  Melalui renungan ini kita disadarkan agar tidak mudah duduk sebagai hakim terhadap saudara yang lain.  Firman Tuhan dengan tegas menyatakan bahwa  "Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinaasakan.  Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?"  (Yakobus 4:12).

     Jika saat ini kita masih merasa sebagai orang yang paling benar dan menempatkan orang lain selalu menjadi terdakwa, segeralah bertobat sebelum semuanya terlambat, sebab  "...dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Matius 7:2).  Jika ada saudara kita yang lemah dan jatuh justru adalah kesempatan bagi kita untuk menunjukkan kasih dengan menolong dan menguatkan, sehingga dia segera bangkit dan dipulihkan.  Jangan menjadi hakim dan maah menjatuhkan vonis.

Sebagai anak-anak Tuhan mari saling melengkapi, menjaga, mendukung, menopang dan menguatkan satu sama lain!