Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Maret 2012 -
Baca: Mazmur 51:1-21
"Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh." Mazmur 51:12
Di akhir zaman ini kehidupan orang percaya harus memiliki roh yang semakin hari semakin kuat. Roh yang kuat inilah yang dapat mengendalikan keinginan jiwa dan tubuh. Sering terjadi kita ingin berbuat benar tetapi tubuh kita selalu ingin berbuat jahat. Antara roh dan tubuh selalu bertentangan. Seperti tertulis, "...jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku." (Roma 7:21-23).
Sebelum kita melakukan yang benar, yang jahat sudah kita kerjakan. Sungguh, keinginan tubuh itu tidak pernah sejalan dengan keinginan roh. Kita tahu bahwa orang yang hidup dalam daging tidak akan mungkin berkenan kepada Tuhan. Oleh karena itu roh kita harus semakin kuat agar dapat mematikan keinginan daging dalam diri kita. Mari kita koreksi hidup kita apakah selama ini kita lebih menuruti keinginan daging kita ataukah kita sudah hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Sebab untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga itu bukan pekerjaan yang mudah. Jika seseorang tidak dapat mematikan dalam dirinya segala keinginan daging, maka dia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga. Jika seseorang selalu jatuh dalam dosa yang sama, dia tidak hanya membutuhkan pengampunan dosa saja, tetapi rohnya harus diperbaharui supaya selalu kuat. Seseorang yang rohnya lemah akan selalu hidup dalam ketakutan, kekuatiran, cemas dan dipenuhi oleh pikiran-pikiran negatif.
Bagaimana supaya manusia roh kita semakin hari semakin kuat? Manusia roh kita harus diberi makan firman Tuhan. Dikatakan, "Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan," (1 Petrus 2:2). Firman yang dimaksud bukanlah yang dihafalkan dan yang diucapkan, tetapi firman yang masuk dan diterima oleh roh kita. Ada banyak orang Kristen yang pintar mengucapkan firman tetapi rohnya tidak punya firman. Buktinya dapat dilihat ketika ia sedang dalam permasalahan: mudah panik, stres, frustasi, kecewa dan sebagainya.
Miliki roh yang kuat supaya kita bisa mematikan segala perbuatan daging!
Friday, March 2, 2012
Thursday, March 1, 2012
JANGAN MENIPU TUHAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Maret 2012 -
Baca: Kisah Para Rasul 5:1-11
"Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul." Kisah 5:2
Jika memperhatikan cara hidup jemaat mula-mula, mungkin kita dibuat malu. Mengapa? Karena jemaat pada zaman rasul-rasul memiliki hati yang mau berbagi. Mereka suka memberi persembahan, rela menjual harta kepunyaannya untuk dipersembahkan kepada rasul-rasul dan kemudian dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya sehingga "...tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka;" (Kisah 4:34a). Bahkan dikisahkan ada seorang yang bernama Yusuf dan para rasul memanggilnya Barnabas, orang Lewi dari Siprus, jauh-jauh datang untuk memberikan persembahan hasil menjual ladang. Jumlah uang yang dipersembahkan pasti sangatlah besar dan itu sangat berarti bagi orang-orang yang membutuhkan.
Melihat ada orang asing yang sangat kaya membawa persembahan yang banyak dari hasil menjual tanah mendorong Ananias dan Safira untuk turut pula menjual sesuatu yang mereka miliki. Tapi sayang, dengan sepengetahuan isterinya, Ananias menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lagi dibawa dan diletakkan di depan kaki rasul-rasul. Ananias dan Safira mungkin berharap bahwa persembahan mereka mendapat perhatian dan juga pujian dari jemaat. Namun rasul Petrus tahu isi hati mereka: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah." (Kisah 5:3-4).
Ananias dan Safira telah melakukan penipuan. Penipuan adalah dosa! Tidaklah salah menahan sebagian hasil penjualan dan uangnya mereka gunakan untuk kepentingan sendiri. Namun, adalah bohong besar jika mereka mengatakan telah memberikan semua yang mereka miliki. Mereka lebih menginginkan pujian dari manusia daripada takut akan Tuhan. Bagi mereka reputasi diri sendiri sangatlah penting. Dan pada akhirnya Ananias dan Safira harus menanggung akibat dari kesalahannya sendiri.
Jika kita memiliki rasa takut akan Tuhan kita pasti tidak akan melakukan kebohongan atau penipuan!
Baca: Kisah Para Rasul 5:1-11
"Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul." Kisah 5:2
Jika memperhatikan cara hidup jemaat mula-mula, mungkin kita dibuat malu. Mengapa? Karena jemaat pada zaman rasul-rasul memiliki hati yang mau berbagi. Mereka suka memberi persembahan, rela menjual harta kepunyaannya untuk dipersembahkan kepada rasul-rasul dan kemudian dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya sehingga "...tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka;" (Kisah 4:34a). Bahkan dikisahkan ada seorang yang bernama Yusuf dan para rasul memanggilnya Barnabas, orang Lewi dari Siprus, jauh-jauh datang untuk memberikan persembahan hasil menjual ladang. Jumlah uang yang dipersembahkan pasti sangatlah besar dan itu sangat berarti bagi orang-orang yang membutuhkan.
Melihat ada orang asing yang sangat kaya membawa persembahan yang banyak dari hasil menjual tanah mendorong Ananias dan Safira untuk turut pula menjual sesuatu yang mereka miliki. Tapi sayang, dengan sepengetahuan isterinya, Ananias menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lagi dibawa dan diletakkan di depan kaki rasul-rasul. Ananias dan Safira mungkin berharap bahwa persembahan mereka mendapat perhatian dan juga pujian dari jemaat. Namun rasul Petrus tahu isi hati mereka: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah." (Kisah 5:3-4).
Ananias dan Safira telah melakukan penipuan. Penipuan adalah dosa! Tidaklah salah menahan sebagian hasil penjualan dan uangnya mereka gunakan untuk kepentingan sendiri. Namun, adalah bohong besar jika mereka mengatakan telah memberikan semua yang mereka miliki. Mereka lebih menginginkan pujian dari manusia daripada takut akan Tuhan. Bagi mereka reputasi diri sendiri sangatlah penting. Dan pada akhirnya Ananias dan Safira harus menanggung akibat dari kesalahannya sendiri.
Jika kita memiliki rasa takut akan Tuhan kita pasti tidak akan melakukan kebohongan atau penipuan!
Subscribe to:
Posts (Atom)