Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Maret 2012 -
Baca: Kisah Para Rasul 5:1-11
"Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul." Kisah 5:2
Jika memperhatikan cara hidup jemaat mula-mula, mungkin kita dibuat malu. Mengapa? Karena jemaat pada zaman rasul-rasul memiliki hati yang mau berbagi. Mereka suka memberi persembahan, rela menjual harta kepunyaannya untuk dipersembahkan kepada rasul-rasul dan kemudian dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya sehingga "...tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka;" (Kisah 4:34a). Bahkan dikisahkan ada seorang yang bernama Yusuf dan para rasul memanggilnya Barnabas, orang Lewi dari Siprus, jauh-jauh datang untuk memberikan persembahan hasil menjual ladang. Jumlah uang yang dipersembahkan pasti sangatlah besar dan itu sangat berarti bagi orang-orang yang membutuhkan.
Melihat ada orang asing yang sangat kaya membawa persembahan yang banyak dari hasil menjual tanah mendorong Ananias dan Safira untuk turut pula menjual sesuatu yang mereka miliki. Tapi sayang, dengan sepengetahuan isterinya, Ananias menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lagi dibawa dan diletakkan di depan kaki rasul-rasul. Ananias dan Safira mungkin berharap bahwa persembahan mereka mendapat perhatian dan juga pujian dari jemaat. Namun rasul Petrus tahu isi hati mereka: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah." (Kisah 5:3-4).
Ananias dan Safira telah melakukan penipuan. Penipuan adalah dosa! Tidaklah salah menahan sebagian hasil penjualan dan uangnya mereka gunakan untuk kepentingan sendiri. Namun, adalah bohong besar jika mereka mengatakan telah memberikan semua yang mereka miliki. Mereka lebih menginginkan pujian dari manusia daripada takut akan Tuhan. Bagi mereka reputasi diri sendiri sangatlah penting. Dan pada akhirnya Ananias dan Safira harus menanggung akibat dari kesalahannya sendiri.
Jika kita memiliki rasa takut akan Tuhan kita pasti tidak akan melakukan kebohongan atau penipuan!
Thursday, March 1, 2012
Wednesday, February 29, 2012
UTUSAN TUHAN DI BUMI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Februari 2012 -
Baca: Lukas 1:5-25
"Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu." Lukas 1:19
Sebagai orang Kristen kita sering berpikir bahwa ibadah ke gereja tiap Minggu, hadir di persekutuan-persekutuan dan ikut terlibat dalam kegiatan apa pun di gereja adalah cukup dan itu sudah membuktikan bahwa kita ini adalah anak-anak Tuhan (Pengikut Kristus). Sesungguhnya keberadaan kita lebih dari itu! Setiap orang percaya yang telah mengalami lahir baru memiliki predikat sebagai seorang utusan Tuhan.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan tugas malaikat Gabriel yaitu membawa kabar baik. Demikian pula setiap amanat yang kita terima dari Tuhan merupakan tugas yang mulia. Untuk memenuhi panggilan Tuhan ini kita harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Segala tugas yang dipercayakan kepada kita biarlah kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Seringkali kita yang pada mulanya begitu menggebu-gebu melayani Tuhan, pada saat diperhadapkan dengan suatu ujian atau tantangan, kita mulai mundur dengan teratur dan meninggalkan tanggung jawab kita sebagai utusan Tuhan. FirmanNya menasihatkan, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11).
Kita bisa belajar dari kisah hidup Yunus yang telah dipilih sebagai nabi Tuhan. Pada saat ia diperintahkan Tuhan untuk pergi ke Niniwe, ia justru lari dari tanggung jawabnya dan memilih pergi ke Tarsis. Akibatnya Yunus harus mengalami persoalan yang begitu berat. Bagaimanapun juga Tuhan masih tetap mengasihi dan memakai hidup Yunus sehingga Dia memberi kesempatan kepada Yunus untuk bertobat. Pada akhirnya Yunus pergi juga ke Niniwe dan menyampaikan pesan Tuhan sehingga seluruh kota Niniwe bertobat, padahal kota tersebut hendak ditunggangbalikkan oleh Tuhan karena kejahatannya.
Pengalaman Yunus ini biarlah menjadi suatu peringatan buat kita bahwa kita ini adalah utusan-utusan Tuhan yang diberi tanggung jawab untuk membawa kabar keselamatan kepada orang lain. Jangan lari dari panggilan Tuhan, tetapi biarlah kita gunakan kesempatan yang ada untuk melakukan tugas yang dipercayakan kepada kita dengan sungguh-sungguh.
"Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja." Yohanes 9:4
Baca: Lukas 1:5-25
"Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu." Lukas 1:19
Sebagai orang Kristen kita sering berpikir bahwa ibadah ke gereja tiap Minggu, hadir di persekutuan-persekutuan dan ikut terlibat dalam kegiatan apa pun di gereja adalah cukup dan itu sudah membuktikan bahwa kita ini adalah anak-anak Tuhan (Pengikut Kristus). Sesungguhnya keberadaan kita lebih dari itu! Setiap orang percaya yang telah mengalami lahir baru memiliki predikat sebagai seorang utusan Tuhan.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan tugas malaikat Gabriel yaitu membawa kabar baik. Demikian pula setiap amanat yang kita terima dari Tuhan merupakan tugas yang mulia. Untuk memenuhi panggilan Tuhan ini kita harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Segala tugas yang dipercayakan kepada kita biarlah kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Seringkali kita yang pada mulanya begitu menggebu-gebu melayani Tuhan, pada saat diperhadapkan dengan suatu ujian atau tantangan, kita mulai mundur dengan teratur dan meninggalkan tanggung jawab kita sebagai utusan Tuhan. FirmanNya menasihatkan, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11).
Kita bisa belajar dari kisah hidup Yunus yang telah dipilih sebagai nabi Tuhan. Pada saat ia diperintahkan Tuhan untuk pergi ke Niniwe, ia justru lari dari tanggung jawabnya dan memilih pergi ke Tarsis. Akibatnya Yunus harus mengalami persoalan yang begitu berat. Bagaimanapun juga Tuhan masih tetap mengasihi dan memakai hidup Yunus sehingga Dia memberi kesempatan kepada Yunus untuk bertobat. Pada akhirnya Yunus pergi juga ke Niniwe dan menyampaikan pesan Tuhan sehingga seluruh kota Niniwe bertobat, padahal kota tersebut hendak ditunggangbalikkan oleh Tuhan karena kejahatannya.
Pengalaman Yunus ini biarlah menjadi suatu peringatan buat kita bahwa kita ini adalah utusan-utusan Tuhan yang diberi tanggung jawab untuk membawa kabar keselamatan kepada orang lain. Jangan lari dari panggilan Tuhan, tetapi biarlah kita gunakan kesempatan yang ada untuk melakukan tugas yang dipercayakan kepada kita dengan sungguh-sungguh.
"Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja." Yohanes 9:4
Subscribe to:
Posts (Atom)