Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Februari 2012 -
Baca: 2 Samuel 18:19-23
"Dan beginilah perkataannya sambil berjalan: 'Anakku Absalom, anakku, anakku Absalom! Ah, kalau aku mati menggantikan engkau, Absalom, anakku, anakku!' 2 Samuel 18:33b
Absolom adalah anak Daud, tapi ia melakukan pemberontakan terhadap ayahnya sendiri. Absalom ingin menjadi raja menggantikan Daud sampai-sampai Daud harus melarikan diri dari Yerusalem. Tetapi peristiwa tragis terjadi. "Adapun Absalom menunggangi bagal. Ketika bagal itu lewat di bawah jalinan dahan-dahan pohon tarbantin yang besar, tersangkutlah kepalanya pada pohon terbantin itu, sehingga ia tergantung antara langit dan bumi, sedang bagal yang dikendarainya berlari terus." (2 Samuel 18:9). Kabar kematian Absalom pun akhirnya sampai ke telinga Daud. Bagaimana reaksi Daud? Bersukacitakah karena 'musuhnya' telah tewas? Tidak! Sebab walaupun Absalom adalah pemberontak atau pengkhianat dan telah melakukan dosa terhadap ayahnya, Daud, ia tetaplah anak. Bagaimanapun jahatnya si anak, ia tetaplah anak. Hati Daud menjadi sangat sedih dan berpikir lebih baik ia yang mati menggantikan Absalom.
Begitu juga ketika Saul mati di tangan orang Filistin, Daud juga sangat berdukacita. Daud tak melompat kegirangan karena Saul telah mati, padahal Saullah yang membuat hidup Daud begitu menderita sehingga ia harus hidup dalam pelarian karena terus dikejar-kejar oleh Saul yang hendak membunuhnya. Tertulis: "Dan mereka meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam karena Saul, karena Yonatan, anakya, karena umat Tuhan dan karena kaum Israel, sebab mereka telah gugur oleh pedang." (2 Samuel 1:12).
Umumnya orang akan bersukacita dan tertawa lepas ketika melihat musuhnya atau orang yang telah menyakitinya itu mengalami penderitaan. Dalam hatinya mungkin berkata, "Rasain lho...syukurin!" Ketika orang lain berbuat jahat terhadap kita, berbagai upaya kita lakukan untuk membalasnya dengan kejahatan pula. Alkitab menasihatkan, "...jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang." (1 Tesalonika 5:15). Daud tidak meyimpan dendam terhadap Absalom dan juga Saul. Sebaliknya, hatinya penuh dengan kasih dan pengampunan. Itulah hati Bapa!
Meski berkali-kali kita memberontak, Dia tetap mengasihi kita, bahkan Ia rela mengorbankan PuteraNya yang tunggal untuk menebus dosa umat manusia!
Friday, February 24, 2012
Thursday, February 23, 2012
TUHAN SELALU BUKA JALAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Februari 2012 -
Baca: Keluaran 14:15-31
"Demikianlah pada hari itu Tuhan menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut." Keluaran 14:30
Bangsa Israel sedang menghadapi persoalan yang sangat pelik karena mereka berhadapan dengan Laut Teberau dan di belakang mereka ada pasukan Firaun yang datang mengejar. Mereka tidak hanya menghadapi persoalan di depan yang keadaannya belum pasti, tetapi juga menghadapi persoalan di belakang yaitu masa lalu mereka saat diperbudak di Mesir. Kita tahu bahwa bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan, umat kesayangan Tuhan sendiri. Meski demikian mereka juga mengalami persoalan. Jadi, persoalan adalah realita dan janganlah heran bila setiap kita juga diperhadapkan dengan persoalan, karena hidup ini tak ubahnya seperti sekolah di mana ada ujian demi ujian, dan Tuhan mengajarkan kita untuk tidak lari dari masalah, melainkan harus kita hadapi.
Bagaimana reaksi bangsa Israel ketika menghadapi persoalan yang berat ini? 1. Mereka menjadi takut. Tertulis: "Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada Tuhan," (Keluaran 14:10). Takut adalah reaksi yang normal, tapi seharusnya ketakutan itu memotivasi kita untuk mencari Tuhan dan berseru-seru kepadaNya, karena "...Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7). Seberat apa pun persoalan yang kita alami, di dalam Tuhan pasti ada jalan keluarnya. Jangan biarkan ketakutan itu membelenggu hidup kita! 2. Mereka saling menyalahkan. Keluh mereka kepada Musa, "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang Kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir?" (Keluaran 14:11). Bangsa Israel memiliki rencana untuk berbalik ke Mesir dengan mengatakan lebih baik menjadi budak saja daripada mati sia-sia di padang gurun.
Ketika permasalahan datang seringkali kita langsung mencari kambing hitam atau menyalahkan orang lain. Tidak sedikit pula yang kecewa dan berkata, "Percuma melayani Tuhan, toh masalah tidak henti-hentinya menerpa."
Berhentilah bersungut-sungut! Tetaplah yakin bahwa Tuhan selalu memberikan jalan keluar dan pertolonganNya tepat pada waktuNya!
Baca: Keluaran 14:15-31
"Demikianlah pada hari itu Tuhan menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut." Keluaran 14:30
Bangsa Israel sedang menghadapi persoalan yang sangat pelik karena mereka berhadapan dengan Laut Teberau dan di belakang mereka ada pasukan Firaun yang datang mengejar. Mereka tidak hanya menghadapi persoalan di depan yang keadaannya belum pasti, tetapi juga menghadapi persoalan di belakang yaitu masa lalu mereka saat diperbudak di Mesir. Kita tahu bahwa bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan, umat kesayangan Tuhan sendiri. Meski demikian mereka juga mengalami persoalan. Jadi, persoalan adalah realita dan janganlah heran bila setiap kita juga diperhadapkan dengan persoalan, karena hidup ini tak ubahnya seperti sekolah di mana ada ujian demi ujian, dan Tuhan mengajarkan kita untuk tidak lari dari masalah, melainkan harus kita hadapi.
Bagaimana reaksi bangsa Israel ketika menghadapi persoalan yang berat ini? 1. Mereka menjadi takut. Tertulis: "Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada Tuhan," (Keluaran 14:10). Takut adalah reaksi yang normal, tapi seharusnya ketakutan itu memotivasi kita untuk mencari Tuhan dan berseru-seru kepadaNya, karena "...Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7). Seberat apa pun persoalan yang kita alami, di dalam Tuhan pasti ada jalan keluarnya. Jangan biarkan ketakutan itu membelenggu hidup kita! 2. Mereka saling menyalahkan. Keluh mereka kepada Musa, "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang Kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir?" (Keluaran 14:11). Bangsa Israel memiliki rencana untuk berbalik ke Mesir dengan mengatakan lebih baik menjadi budak saja daripada mati sia-sia di padang gurun.
Ketika permasalahan datang seringkali kita langsung mencari kambing hitam atau menyalahkan orang lain. Tidak sedikit pula yang kecewa dan berkata, "Percuma melayani Tuhan, toh masalah tidak henti-hentinya menerpa."
Berhentilah bersungut-sungut! Tetaplah yakin bahwa Tuhan selalu memberikan jalan keluar dan pertolonganNya tepat pada waktuNya!
Subscribe to:
Posts (Atom)