Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Februari 2012 -
Baca: Lukas 18:1-8
"Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" Lukas 18:7
Pada umumnya sifat manusia memang gampang putus asa dan tidak sabar, apalagi saat menantikan jawaban atas doa yang dipanjatkan kepada Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menasihati agar kita tidak bosan-bosannya berdoa sampai doa kita beroleh jawaban dari Tuhan. "Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu." (Lukas 18:1).
Kita seringkali kecewa, putus asa dan berkecil hati karena doa kita seolah-olah tidak sampai ke telinga Tuhan, bahkan rasanya langit menjadi setebal tembaga yang menghalangi doa kita. Hal ini juga dialami oleh Daud: "Lesu aku karena berseru-seru, kerongkonganku kering; mataku nyeri karena mengharapkan Allahku. Janganlah sembunyikan wajah-Mu kepada hamba-Mu, sebab aku tersesak; segeralah menjawab aku!" (Mazmur 69:4, 18). Walaupun kita belum meliha tanda-tanda terkabulnya doa kita, Tuhan menghendaki kita untuk tetap berdoa dengan tidak jemu-jemu. Sesungguhya Tuhan tidak mengulur-ulur waktu, tetapi kadangkala kita harus belajar bersabar untuk memperoleh segala sesuatu menurut rencana dan waktu Tuhan.
Apa yang kita butuhkan itu sebenarnya sudah disediakan Tuhan, hanya perlu waktu sedikit lagi jawabanNya dinyatakan bagi kita. Seorang petani yang menabur benih juga tak akan menuai seketika itu juga. Benih yang ditaburkan tak akan tumbuh daam waktu semalam saja, tapi butuh waktu beberapa hari. Apalagi menuai hasil panen, memerlukan waktu beberapa bulan, kadang sampai beberapa tahun. Tapi petani tetapi sabar menanti waktunya. Demikian juga halnya dengan doa, adakalanya doa memerlukan waktu yang lama sampai hasilnya dapat kita nikmati. Tak perlu kita putus asa! Tuhan Yesus berkata, "Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan." (Lukas 11:10). Bagi kita yang masih belum menerima apa yang kita doakan, tetaplah bersabar! Tunggu sampai Tuhan bertidak! Mungkin Tuhan ingin menguji kesetiaan dan kesabaran kita.
Setiap persoalan pasti ada jalan keluarnya di dalam Tuhan. Karena itu jangan berhenti berdoa, berserulah terus sampai Tuhan menjawab doa kita!
Saturday, February 18, 2012
Friday, February 17, 2012
MENEGUR DENGAN BIJAKSANA!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Februari 2012 -
Baca: Amsal 25:1-28
"Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar." Amsal 25:12
Ketika ada orang lain yang berbuat kesalahan, adalah tugas kita untuk menegor dan mengingatkan mereka. Menegor orang lain yang berbuat kesalahan adalah sebuah keharusan supaya mereka segera sadar atas kesalahannya dan kembali ke jalur yang benar. Tetapi kita tidak boleh asal menegor!
Banyak orang yang menjadi kecewa, 'nelangsa', tersinggung, marah dan sakit hati karena menerima tegoran dari orang lain. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena tegoran tersebut sangat tidak bijaksana, diutarakan dengan kata-kata yang pedas, kasar dan tidak pada 'sikon' yang tepat. Seringkali dalam menegor kita pun memiliki kecenderungan untuk menghakimi, mempermalukan atau menyalahkan orang tersebut. Akibatnya orang yang ditegor itu bukannya menerima, malah menjadi down dan frustasi. Rasul Paulus menasihatkan, jika ada yang berbuat salah "...janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara." (2 Tesalonika 3:15). Jadi "...nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2).
Sebagai orang percaya, nasihat atau tegoran yang kita berikan harusah dilakukan dengan bijaksana dan kasih. Ucapan dan tindakan kita harus benar-benar terkendali dan menurut tuntunan Roh Kudus, jangan seperti orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Tertulis: "Hati orang benar menimbang-nimbang jawabannya, tetapi orang fasik mencurahkan hal-hal yang jahat." (Amsal 15:28). Perkataan yang kita ucapkan hendaknya selalu sedap dan bermuatan kasih sehingga yang mendengarnya akan merasakan keteduhan dan damai sejahtera. Dalam Amsal 16:24 dikatakan, "Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang." Setiap persoalan haruslah diselesaikan dengan penuh kesabaran sebagaimana yang Tuhan Yesus ajarkan, karena "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32).
Sebelum menegor orang lain, adalah sangat bijak bila kita mengoreksi diri sendiri terlebih dahulu: apakah tutur kata kita sudah mencerminkan karakter Kristus? Terlebih lagi perbuatan kita, supaya kita tidak menjadi batu sandungan bagi mereka.
Baca: Amsal 25:1-28
"Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar." Amsal 25:12
Ketika ada orang lain yang berbuat kesalahan, adalah tugas kita untuk menegor dan mengingatkan mereka. Menegor orang lain yang berbuat kesalahan adalah sebuah keharusan supaya mereka segera sadar atas kesalahannya dan kembali ke jalur yang benar. Tetapi kita tidak boleh asal menegor!
Banyak orang yang menjadi kecewa, 'nelangsa', tersinggung, marah dan sakit hati karena menerima tegoran dari orang lain. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena tegoran tersebut sangat tidak bijaksana, diutarakan dengan kata-kata yang pedas, kasar dan tidak pada 'sikon' yang tepat. Seringkali dalam menegor kita pun memiliki kecenderungan untuk menghakimi, mempermalukan atau menyalahkan orang tersebut. Akibatnya orang yang ditegor itu bukannya menerima, malah menjadi down dan frustasi. Rasul Paulus menasihatkan, jika ada yang berbuat salah "...janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara." (2 Tesalonika 3:15). Jadi "...nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2).
Sebagai orang percaya, nasihat atau tegoran yang kita berikan harusah dilakukan dengan bijaksana dan kasih. Ucapan dan tindakan kita harus benar-benar terkendali dan menurut tuntunan Roh Kudus, jangan seperti orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Tertulis: "Hati orang benar menimbang-nimbang jawabannya, tetapi orang fasik mencurahkan hal-hal yang jahat." (Amsal 15:28). Perkataan yang kita ucapkan hendaknya selalu sedap dan bermuatan kasih sehingga yang mendengarnya akan merasakan keteduhan dan damai sejahtera. Dalam Amsal 16:24 dikatakan, "Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang." Setiap persoalan haruslah diselesaikan dengan penuh kesabaran sebagaimana yang Tuhan Yesus ajarkan, karena "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32).
Sebelum menegor orang lain, adalah sangat bijak bila kita mengoreksi diri sendiri terlebih dahulu: apakah tutur kata kita sudah mencerminkan karakter Kristus? Terlebih lagi perbuatan kita, supaya kita tidak menjadi batu sandungan bagi mereka.
Subscribe to:
Posts (Atom)