Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Januari 2012 -
Baca: Yakobus 5:12-20
"Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman." Yakobus5:12b
Perkataan mengandung kuasa, karena itu kita perlu berhati-hati. Perkataan seseorang menggambarkan apa yang ada di dalam hatinya, sekaligus menunjukkan siapa dia sesungguhnya sebagaimana tertulis: "Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedangkan pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik." (Matius 7:17-18). Dengan kata lain, seseorang yang jahat atau baik ditandai melalui kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Ayat nas di atas menggambarkan betapa hebatnya kuasa dari dua kata yaitu ya dan tidak. Dua kata sederhana ini ternyata memiliki dampak yang luar biasa bagi yang memperkatakannya; baik atau buruk tergantung pada siapa dan kapan kata-kata itu dipergunakan. Untuk bisa berkata tidak terhadap dosa atau perkara-perkara yang tidak sesuai dengan firman Tuhan dibutuhkan keberanian dan ketegasan. Perhatikan apa yang dikatakan oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego di hadapan raja Nebukadnezar, "Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Daniel 3:17-18). Tiga orang muda ini berani berkata tidak terhadap raja, berani menolak untuk tidak menyembah patung emas yang didirikan oleh raja Nebukadnezar. Suatu keputusan yang membawa resiko pada diri orang yang mengucapkannya: mereka harus dibuang ke dapur perapian yang dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa (baca Daniel 3:19). Hal ini juga dialami oleh Daniel, yang karena berani berkata tidak terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh raja, ia dimasukkan ke dalam gua singa.
Seseorang yang berani berkata tidak terhadap dosa beroleh pembelaan dari Tuhan. Sadrakh, Mesakh, Abenego dan juga Daniel mengalami mujizat yang luar biasa.
Di akhir zaman ini Tuhan mencari orang-orang yang memiliki keberanian berkata tidak terhadap dosa. Sebaliknya berkatalah ya terhadap perkara-perkara rohani yang dari Tuhan, karena di balik dua kata sederhana itu ada dampak yang luar biasa!
Sunday, January 29, 2012
Saturday, January 28, 2012
WAKTU SUNGGUH SANGAT BERHARGA!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Januari 2012 -
Baca: Pengkhotbah 3:10-15
"Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." Pengkotbah 3:1
Begitu berharganya waktu sehingga orang mengatakan 'waktu adalah uang'. Ini menunjukkan bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berarti dan bernilai bagi kehidupan manusia.
Ada tiga fase waktu yaitu kemarin, yang adalah kenangan di mana semuanya tak mungkin terulang; hari ini atau sekarang adalah kenyataan yang sedang kita jalani dan merupakan anugerah dari Tuhan; sedangkan esok adalah harapan dan itu masih misteri atau rahasia Tuhan. Jadi kita yang beroleh kesempatan menjalani hidup sampai hari ini pergunakan itu sebaik-baiknya dan jangan sia-siakan, karena "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (ayat nas). Sesibuk apa pun pekerjaan dan aktivitas kita, jangan pernah lupa memberi waktu kita untuk Tuhan. Tuhan berkata, "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?" (Matius 26:40). Dalam sehari berapa lama kita bersekutu dengan Tuhan: berdoa, membaca dan merenugkan firman Tuhan? Ataukah kita berdoa hanya saat bangun tidur, mau makan dan hendak beranjak tidur? Pemazmur menasihatkan agar kita senantiasa menyukai firman Tuhan dan merenungkanNya itu siang dan malam (baca Mazmur 1:2). Waktu-waktu yang ada hendaknya kita gunakan juga untuk memperhatikan jam-jam ibadah kita. "...ibadah itu berguna dalam segaa hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:8). Oleh karena itu, "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati; dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25).
Hal lain yang tak boleh kita abaikan juga adalah memberi waktu untuk keluarga: memberi perhatian kepada suami, isteri dan anak. Seringkali karena sibuk kita melupakan waktu untuk keluarga. Kesibukan membuat banyak orang terpisah dari keluarganya. Anak-anak memberontak dan akhirnya terjerumus narkoba dan sebagainya karena kurangnya perhatian dari orangtua. Selain itu, sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup sendiri, kita memerlukan orang lain atau sesama kita. "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." (Amsal 27:17).
Waktu dan kesempatan yang baik tidak pernah datang untuk kedua kalinya, karena itu pergunakanlah dengan baik.
Baca: Pengkhotbah 3:10-15
"Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." Pengkotbah 3:1
Begitu berharganya waktu sehingga orang mengatakan 'waktu adalah uang'. Ini menunjukkan bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berarti dan bernilai bagi kehidupan manusia.
Ada tiga fase waktu yaitu kemarin, yang adalah kenangan di mana semuanya tak mungkin terulang; hari ini atau sekarang adalah kenyataan yang sedang kita jalani dan merupakan anugerah dari Tuhan; sedangkan esok adalah harapan dan itu masih misteri atau rahasia Tuhan. Jadi kita yang beroleh kesempatan menjalani hidup sampai hari ini pergunakan itu sebaik-baiknya dan jangan sia-siakan, karena "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (ayat nas). Sesibuk apa pun pekerjaan dan aktivitas kita, jangan pernah lupa memberi waktu kita untuk Tuhan. Tuhan berkata, "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?" (Matius 26:40). Dalam sehari berapa lama kita bersekutu dengan Tuhan: berdoa, membaca dan merenugkan firman Tuhan? Ataukah kita berdoa hanya saat bangun tidur, mau makan dan hendak beranjak tidur? Pemazmur menasihatkan agar kita senantiasa menyukai firman Tuhan dan merenungkanNya itu siang dan malam (baca Mazmur 1:2). Waktu-waktu yang ada hendaknya kita gunakan juga untuk memperhatikan jam-jam ibadah kita. "...ibadah itu berguna dalam segaa hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:8). Oleh karena itu, "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati; dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25).
Hal lain yang tak boleh kita abaikan juga adalah memberi waktu untuk keluarga: memberi perhatian kepada suami, isteri dan anak. Seringkali karena sibuk kita melupakan waktu untuk keluarga. Kesibukan membuat banyak orang terpisah dari keluarganya. Anak-anak memberontak dan akhirnya terjerumus narkoba dan sebagainya karena kurangnya perhatian dari orangtua. Selain itu, sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup sendiri, kita memerlukan orang lain atau sesama kita. "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." (Amsal 27:17).
Waktu dan kesempatan yang baik tidak pernah datang untuk kedua kalinya, karena itu pergunakanlah dengan baik.
Subscribe to:
Posts (Atom)