Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Desember 2011 -
Baca: Efesus 5:22-23
"Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat." Efesus 5:23a
Alkitab menjelaskan eratnya hubungan Kristus dan jemaat sama seperti hubungan antara suami dan isteri. Dikatakan bahwa "...Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela." (Efesus 5:25-27). Ini adalah bukti nyata kasih Tuhan kepada kita, di mana Dia merawat jemaatNya seperti merawat diriNya sendiri. Ituah sebabnya setiap orang percaya dituntut untuk terus bertumbuh dan makin dewasa rohaninya sampai pada tahap menjadi mempelai Kristus. Kristus yang adalah mempelai laki-laki sebentar waktu lagi akan menjemput mempelai perempuanNya. Sudah siapkah kita? Yang menjadi mempelai Kristus pastilah orang Kristen yang dewasa, bukan orang Kristen yang masih 'kanak-kanak' rohani.
Untuk mencapai tahap sebagai mempelai Kristus, beribadah secara umum saja tidakah cukup. Kita harus merindukan Tuhan dan berjumpa denganNya secara pribadi setiap waktu. Perjumpaan dengan Kristus secara pribadi inilah yang akan membangun suatu kerohanian yang dewasa sehingga pada akhirnya kita siap menjadi mempelai Kristus. Menjadi mempelai bagi Kristus tidak berbicara mengenai seberapa besar gereja yang kita pimpin, seberapa terkenalnya kita menjadi hamba Tuhan, seberapa besar uang atau kekayaan yang kita miliki, atau pun seberapa tinggi jabatan kita, tetapi berbicara mengenai seberapa besar dan dalamnya kita hidup dalam kebenaran atau sebagai pelaku firman. Tertulis: "Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar." (Yohanes 15:6). Tinggal di dalam Tuhan berarti hidup dalam kebenaran firmanNya.
Jadi, memiliki kekariban dengan Tuhan itu sangat penting bagi orang percaya. Tanpa keintiman dengan Tuhan sulit bagi kita untuk mengerti apalagi mengasihi Tuhan dan melakukan perintah-perintahNya. Menjadi mempelai Kristus berarti menjadi pelaku firman dan mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidupnya.
Seorang Kristen yang dewasa adalah para calon mempelai wanita yang siap menyongsong kedatangan Sang mempelai laki-laki yaitu Tuhan Yesus Kristus!
Friday, December 23, 2011
Thursday, December 22, 2011
PROSES MENJADI SERUPA DENGAN KRISTUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Desember 2011 -
Baca: Galatia 4:12-20
"Hai anak-anakku, karena kamu akan menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu." Galatia 4:19
Setiap orang Kristen adalah murid Yesus, wajib hidup sebagaimana Kristus hidup. Hidup kita harus mencerminkan Kristus sebagaimana tertulis: "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1Yohanes 2:6). Menjadi serupa dengan Kristus adalah tujuan terbesar setiap orang percaya. Rasul Paulus menegaskan bahwa kita harus diubah menjadi sama dengan citra dan gambar Yesus Kristus, Anak Allah. Itu berarti kita harus diubah ke dalam karakter Kristus, memiliki karakter yang sama dengan karakter Kristus.
Pada awal penciptaan manusia berfirmanlah Allah, "Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita," (Kejadian 1:26), maka "Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka." (Kejadian 1:27). Kata gambar ini tidak mengacu pada kesamaan fisik, tetapi pada kesamaan karakter: manusia akan memiliki sifatNya dan karakterNya seperti yang terpancar pada AnakNya, Yesus Kristus, yang adalah "...gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia," (Kolose 1:15, 19). Sebagai orang percaya kita harus diubah menjadi seperti gambar dan rupaNya: bagaimana kita berkata-kata dan berperilaku haruslah seperti Kristus. Pernahkah perkataan Yesus menyakiti orang lain? Pernahkah Ia mengucapkan kata-kata kutuk terhadap orang yang membenci, menganiaya, bahkan menyalibkanNya? Perkataan Tuhan Yesus selalu dipenuhi oleh kasih dan pengampunan. Juga ketika menghadapi setiap persoalan dan keadaan apa pun Tuhan Yesus sealu bersikap dan berpikiran positif.
Jadi, Tuhan Yesus harus menjadi teladan utama hidup kita. Menjadi serupa dengan Kristus juga berarti ada buah-buah Roh yang kita hasilkan (baca Galatia 5:22-23). Namun proses untuk menjadi serupa dengan Kristus itu akan sangat menyakitkan bila kita terus memberontak. Ingatlah bahwa Tuhan adalah Sang Penjunan, dan kita hanyalah tanah liat.
Dia akan terus membentuk dan memproses kita sesuai yang Dia kehendaki, mengikis dan menghancurkan karakter-karakter hidup kita yang tidak berkenan sampai kita menjadi sama dengan gambarNya!
Baca: Galatia 4:12-20
"Hai anak-anakku, karena kamu akan menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu." Galatia 4:19
Setiap orang Kristen adalah murid Yesus, wajib hidup sebagaimana Kristus hidup. Hidup kita harus mencerminkan Kristus sebagaimana tertulis: "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1Yohanes 2:6). Menjadi serupa dengan Kristus adalah tujuan terbesar setiap orang percaya. Rasul Paulus menegaskan bahwa kita harus diubah menjadi sama dengan citra dan gambar Yesus Kristus, Anak Allah. Itu berarti kita harus diubah ke dalam karakter Kristus, memiliki karakter yang sama dengan karakter Kristus.
Pada awal penciptaan manusia berfirmanlah Allah, "Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita," (Kejadian 1:26), maka "Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka." (Kejadian 1:27). Kata gambar ini tidak mengacu pada kesamaan fisik, tetapi pada kesamaan karakter: manusia akan memiliki sifatNya dan karakterNya seperti yang terpancar pada AnakNya, Yesus Kristus, yang adalah "...gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia," (Kolose 1:15, 19). Sebagai orang percaya kita harus diubah menjadi seperti gambar dan rupaNya: bagaimana kita berkata-kata dan berperilaku haruslah seperti Kristus. Pernahkah perkataan Yesus menyakiti orang lain? Pernahkah Ia mengucapkan kata-kata kutuk terhadap orang yang membenci, menganiaya, bahkan menyalibkanNya? Perkataan Tuhan Yesus selalu dipenuhi oleh kasih dan pengampunan. Juga ketika menghadapi setiap persoalan dan keadaan apa pun Tuhan Yesus sealu bersikap dan berpikiran positif.
Jadi, Tuhan Yesus harus menjadi teladan utama hidup kita. Menjadi serupa dengan Kristus juga berarti ada buah-buah Roh yang kita hasilkan (baca Galatia 5:22-23). Namun proses untuk menjadi serupa dengan Kristus itu akan sangat menyakitkan bila kita terus memberontak. Ingatlah bahwa Tuhan adalah Sang Penjunan, dan kita hanyalah tanah liat.
Dia akan terus membentuk dan memproses kita sesuai yang Dia kehendaki, mengikis dan menghancurkan karakter-karakter hidup kita yang tidak berkenan sampai kita menjadi sama dengan gambarNya!
Subscribe to:
Posts (Atom)