Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Desember 2011 -
Baca: Galatia 4:12-20
"Hai anak-anakku, karena kamu akan menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu." Galatia 4:19
Setiap orang Kristen adalah murid Yesus, wajib hidup sebagaimana Kristus hidup. Hidup kita harus mencerminkan Kristus sebagaimana tertulis: "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1Yohanes 2:6). Menjadi serupa dengan Kristus adalah tujuan terbesar setiap orang percaya. Rasul Paulus menegaskan bahwa kita harus diubah menjadi sama dengan citra dan gambar Yesus Kristus, Anak Allah. Itu berarti kita harus diubah ke dalam karakter Kristus, memiliki karakter yang sama dengan karakter Kristus.
Pada awal penciptaan manusia berfirmanlah Allah, "Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita," (Kejadian 1:26), maka "Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka." (Kejadian 1:27). Kata gambar ini tidak mengacu pada kesamaan fisik, tetapi pada kesamaan karakter: manusia akan memiliki sifatNya dan karakterNya seperti yang terpancar pada AnakNya, Yesus Kristus, yang adalah "...gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia," (Kolose 1:15, 19). Sebagai orang percaya kita harus diubah menjadi seperti gambar dan rupaNya: bagaimana kita berkata-kata dan berperilaku haruslah seperti Kristus. Pernahkah perkataan Yesus menyakiti orang lain? Pernahkah Ia mengucapkan kata-kata kutuk terhadap orang yang membenci, menganiaya, bahkan menyalibkanNya? Perkataan Tuhan Yesus selalu dipenuhi oleh kasih dan pengampunan. Juga ketika menghadapi setiap persoalan dan keadaan apa pun Tuhan Yesus sealu bersikap dan berpikiran positif.
Jadi, Tuhan Yesus harus menjadi teladan utama hidup kita. Menjadi serupa dengan Kristus juga berarti ada buah-buah Roh yang kita hasilkan (baca Galatia 5:22-23). Namun proses untuk menjadi serupa dengan Kristus itu akan sangat menyakitkan bila kita terus memberontak. Ingatlah bahwa Tuhan adalah Sang Penjunan, dan kita hanyalah tanah liat.
Dia akan terus membentuk dan memproses kita sesuai yang Dia kehendaki, mengikis dan menghancurkan karakter-karakter hidup kita yang tidak berkenan sampai kita menjadi sama dengan gambarNya!
Thursday, December 22, 2011
Wednesday, December 21, 2011
BERITA SALIB: Kebodohan Bagi Dunia
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Desember 2011 -
Baca: 1 Korintus 1:18-31
"Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah." 1 Korintus 1:18
Dunia membenci salib! Ketika mendengar berita tentang salib orang-orang dunia selalu tertawa dan menganggapnya hal itu sebagai suatu kebodohan yang tidak masuk akal. Pikir mereka, "Mana mungkin di dunia ini ada orang yang rela mati dan mau mengorbankan nyawanya untuk menebus dosa orang lain dengan cara yang begitu hina, yaitu tergantung di atas kayu salib? Bukankah akan tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" (Galatia 3:13)?"
Ayat nas jelas menyatakan bahwa berita salib adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa! Memang, orang-orang berdosa tidak pernah mengerti apa itu dosa dan dampaknya, apalagi cara supaya dapat terlepas dari dosa. Akibatnya semua yang dikerjakan Tuhan bagi umat manusia di dunia ini dianggap sebagai suatu kebodohan yang tidak bisa dimengerti sama sekali. Alkitab dengan keras menyatakan bahwa "...upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6:23). Rasul Paulus bisa mengerti akan hal ini, yaitu dunia telah memilih jalan hidup menurut keinginannya yang mengandalkan kekuatan, kekayaan dan kepintaran diri sendiri sehingga mereka merasa tidak membutuhkan Tuhan. Alkitab mengatakan bahwa orang yang merespons berita salib disebut sebagai orang yang bijak. Sebaliknya orang yang meremehkan dan mentertawakan berita salib adalah orang yang bodoh atau bebal. Bagi mereka yang tidak diselamatkan dan akan binasa, berita salib adalah kebodohan, tapi bagi kita yang diselamatkan, berita salib adalah bukti kasih Tuhan kepada manusia yang berdosa.
Melalui salib kita beroleh pengampunan dari Tuhan dan kita diperdamaikan dengan Allah. Ketika kita mendengar kata salib kita diingatkan akan penyelesaian hukum terhadap dosa-dosa kita karena Tuhan Yesus mati di atas kayu salib. Tuntutan hukum yang seharusnya jatuh pada kita digantikan oleh Tuhan Yesus: "ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya,..." (Yesaya 53:5b). Sesungguhnya berita salib juga mengingatkan kita akan anugerah Tuhan ini. Tanpa anugerah, kita tidak bisa mengerti apa yang Kristus lakukan.
Sebagai orang-orang yang telah menerima anugerah keselamatan kita dipanggil untuk menjadi saksi supaya dunia melihat dan mengerti kebenaran tentang berita salib ini!
Baca: 1 Korintus 1:18-31
"Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah." 1 Korintus 1:18
Dunia membenci salib! Ketika mendengar berita tentang salib orang-orang dunia selalu tertawa dan menganggapnya hal itu sebagai suatu kebodohan yang tidak masuk akal. Pikir mereka, "Mana mungkin di dunia ini ada orang yang rela mati dan mau mengorbankan nyawanya untuk menebus dosa orang lain dengan cara yang begitu hina, yaitu tergantung di atas kayu salib? Bukankah akan tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" (Galatia 3:13)?"
Ayat nas jelas menyatakan bahwa berita salib adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa! Memang, orang-orang berdosa tidak pernah mengerti apa itu dosa dan dampaknya, apalagi cara supaya dapat terlepas dari dosa. Akibatnya semua yang dikerjakan Tuhan bagi umat manusia di dunia ini dianggap sebagai suatu kebodohan yang tidak bisa dimengerti sama sekali. Alkitab dengan keras menyatakan bahwa "...upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6:23). Rasul Paulus bisa mengerti akan hal ini, yaitu dunia telah memilih jalan hidup menurut keinginannya yang mengandalkan kekuatan, kekayaan dan kepintaran diri sendiri sehingga mereka merasa tidak membutuhkan Tuhan. Alkitab mengatakan bahwa orang yang merespons berita salib disebut sebagai orang yang bijak. Sebaliknya orang yang meremehkan dan mentertawakan berita salib adalah orang yang bodoh atau bebal. Bagi mereka yang tidak diselamatkan dan akan binasa, berita salib adalah kebodohan, tapi bagi kita yang diselamatkan, berita salib adalah bukti kasih Tuhan kepada manusia yang berdosa.
Melalui salib kita beroleh pengampunan dari Tuhan dan kita diperdamaikan dengan Allah. Ketika kita mendengar kata salib kita diingatkan akan penyelesaian hukum terhadap dosa-dosa kita karena Tuhan Yesus mati di atas kayu salib. Tuntutan hukum yang seharusnya jatuh pada kita digantikan oleh Tuhan Yesus: "ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya,..." (Yesaya 53:5b). Sesungguhnya berita salib juga mengingatkan kita akan anugerah Tuhan ini. Tanpa anugerah, kita tidak bisa mengerti apa yang Kristus lakukan.
Sebagai orang-orang yang telah menerima anugerah keselamatan kita dipanggil untuk menjadi saksi supaya dunia melihat dan mengerti kebenaran tentang berita salib ini!
Subscribe to:
Posts (Atom)