Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Desember 2011 -
Baca: 1 Korintus 1:18-31
"Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang
akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah
kekuatan Allah." 1 Korintus 1:18
Dunia membenci salib! Ketika mendengar berita tentang salib orang-orang dunia selalu tertawa dan menganggapnya hal itu sebagai suatu kebodohan yang tidak masuk akal. Pikir mereka, "Mana mungkin di dunia ini ada orang yang rela mati dan mau mengorbankan nyawanya untuk menebus dosa orang lain dengan cara yang begitu hina, yaitu tergantung di atas kayu salib? Bukankah akan tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" (Galatia 3:13)?"
Ayat nas jelas menyatakan bahwa berita salib adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa! Memang, orang-orang berdosa tidak pernah mengerti apa itu dosa dan dampaknya, apalagi cara supaya dapat terlepas dari dosa. Akibatnya semua yang dikerjakan Tuhan bagi umat manusia di dunia ini dianggap sebagai suatu kebodohan yang tidak bisa dimengerti sama sekali. Alkitab dengan keras menyatakan bahwa "...upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6:23). Rasul Paulus bisa mengerti akan hal ini, yaitu dunia telah memilih jalan hidup menurut keinginannya yang mengandalkan kekuatan, kekayaan dan kepintaran diri sendiri sehingga mereka merasa tidak membutuhkan Tuhan. Alkitab mengatakan bahwa orang yang merespons berita salib disebut sebagai orang yang bijak. Sebaliknya orang yang meremehkan dan mentertawakan berita salib adalah orang yang bodoh atau bebal. Bagi mereka yang tidak diselamatkan dan akan binasa, berita salib adalah kebodohan, tapi bagi kita yang diselamatkan, berita salib adalah bukti kasih Tuhan kepada manusia yang berdosa.
Melalui salib kita beroleh pengampunan dari Tuhan dan kita diperdamaikan dengan Allah. Ketika kita mendengar kata salib kita diingatkan akan penyelesaian hukum terhadap dosa-dosa kita karena Tuhan Yesus mati di atas kayu salib. Tuntutan hukum yang seharusnya jatuh pada kita digantikan oleh Tuhan Yesus: "ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya,..." (Yesaya 53:5b). Sesungguhnya berita salib juga mengingatkan kita akan anugerah Tuhan ini. Tanpa anugerah, kita tidak bisa mengerti apa yang Kristus lakukan.
Sebagai orang-orang yang telah menerima anugerah keselamatan kita dipanggil untuk menjadi saksi supaya dunia melihat dan mengerti kebenaran tentang berita salib ini!
Wednesday, December 21, 2011
Tuesday, December 20, 2011
SIKAP MENANTI-NANTIKAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Desember 2011 -
Baca: Mazmur 130:1-8
"Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nantikan, dan aku mengharapkan firman-Nya." Mazmur 130:5
Selama menjadi seorang Kristen apakah Saudara memiliki kerinduan yang mendalam akan Tuhan seperti yang dirasakan oleh Daud? Daud sangat menanti-nantikan Tuhan, "...lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi." (ayat 6). Adakah hari-hari kita selalu dalam sikap menanti-nantikan Tuhan, ataukah sebaliknya kita menjalani hari dengan penuh kekecewaan dan sakit hati kepada Tuhan karena doa-doa kita belum juga dijawab oleh Tuhan, sehingga kita pun merasa bosan menanti-nantikanNya? Mungkin saat ini kita belum mengalami penggenapan janji Tuhan sepenuhnya, namun jangan pernah berhenti untuk berharap dan menanti-nantikan Dia, "Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersergera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh." (Habakuk 2:3).
Sikap menanti-nantikan Tuhan adalah sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya dan itu merupakan bagian dari ibadah kita. Menanti-nantikan Tuhan bukanlah sekedar saat kita membutuhkan pertolonganNya: menyembuhkan sakit yang kita derita, memulihkan ekonomi keluarga kita, memberikan jodoh yang tepat bagi kita dan sebagainya, tetapi kita menanti-nantikan Tuhan juga untuk kedatanganNya kali yang kedua untuk menjemput kita sebagai mempelaiNya. Dalam masa-masa penantian inilah kita harus hidup dalam ketaatan supaya ketika Tuhan datang kedapatan hidup kita tidak bercacat-cela. Menanti membutuhkan waktu tidak singkat, terkadang lama dan itu memerlukan ketekunan dan kesabaran. Tuhan pun sangat rindu untuk bertemu anak-anakNya seperti saat si bungsu kembali ke rumah, betapa "Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia." (Lukas 15:20c). Orang yang saling menanti-nantikan pasti memiiki kerinduan yang mendalam satu sama lain.
Apakah hati kita dipenuhi oleh kerinduan untuk bertemu Tuhan? Sedangkan Tuhan sendiri sangat rindu kepada anak-anakNya, bukan hanya ingin bertemu, tetapi lebih daripada itu: "...Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada." (Yohanes 14:3).
Biarlah waktu-waktu yang kita gunakan untuk membangun kekariban dengan Tuhan, dan tetap menanti-nantikan Dia dengan sabar! Jangan menyerah pada keadaan yang ada!
Baca: Mazmur 130:1-8
"Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nantikan, dan aku mengharapkan firman-Nya." Mazmur 130:5
Selama menjadi seorang Kristen apakah Saudara memiliki kerinduan yang mendalam akan Tuhan seperti yang dirasakan oleh Daud? Daud sangat menanti-nantikan Tuhan, "...lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi." (ayat 6). Adakah hari-hari kita selalu dalam sikap menanti-nantikan Tuhan, ataukah sebaliknya kita menjalani hari dengan penuh kekecewaan dan sakit hati kepada Tuhan karena doa-doa kita belum juga dijawab oleh Tuhan, sehingga kita pun merasa bosan menanti-nantikanNya? Mungkin saat ini kita belum mengalami penggenapan janji Tuhan sepenuhnya, namun jangan pernah berhenti untuk berharap dan menanti-nantikan Dia, "Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersergera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh." (Habakuk 2:3).
Sikap menanti-nantikan Tuhan adalah sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya dan itu merupakan bagian dari ibadah kita. Menanti-nantikan Tuhan bukanlah sekedar saat kita membutuhkan pertolonganNya: menyembuhkan sakit yang kita derita, memulihkan ekonomi keluarga kita, memberikan jodoh yang tepat bagi kita dan sebagainya, tetapi kita menanti-nantikan Tuhan juga untuk kedatanganNya kali yang kedua untuk menjemput kita sebagai mempelaiNya. Dalam masa-masa penantian inilah kita harus hidup dalam ketaatan supaya ketika Tuhan datang kedapatan hidup kita tidak bercacat-cela. Menanti membutuhkan waktu tidak singkat, terkadang lama dan itu memerlukan ketekunan dan kesabaran. Tuhan pun sangat rindu untuk bertemu anak-anakNya seperti saat si bungsu kembali ke rumah, betapa "Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia." (Lukas 15:20c). Orang yang saling menanti-nantikan pasti memiiki kerinduan yang mendalam satu sama lain.
Apakah hati kita dipenuhi oleh kerinduan untuk bertemu Tuhan? Sedangkan Tuhan sendiri sangat rindu kepada anak-anakNya, bukan hanya ingin bertemu, tetapi lebih daripada itu: "...Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada." (Yohanes 14:3).
Biarlah waktu-waktu yang kita gunakan untuk membangun kekariban dengan Tuhan, dan tetap menanti-nantikan Dia dengan sabar! Jangan menyerah pada keadaan yang ada!
Subscribe to:
Posts (Atom)