Saturday, December 17, 2011

TIDAK LAGI PEKA AKAN SUARA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Desember 2011 - 

Baca:  1 Samuel 3:1-18

"Sebab telah Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka!"  1 Samuel 3:13

Imam Eli menjadi bapak rohani bagi Samuel muda di rumah Tuhan.  Adapun tugas Eli adalah membimbing Samuel dan mempersiapkan dia menjadi pelayan Tuhan.  Tapi situasi yang terjadi pada saat itu  "...firman Tuhan jarang;  penglihatan-penglihatan pun tidak sering."  (ayat 1b).

     Mengapa hal itu bisa terjadi?  Bukankah Tuhan senantiasa menyatakan Diri dan kehendakNya kepada umat pilihanNya?  Keadaan ini dapat saja disebabkan oleh karena perbuatan dosa yang dilakukan oleh anak-anak imam Eli, sementara imam Eli sendiri tidak tegas terhadap dosa anak-anaknya.  Alkitab menyatakan bahwa anak-anak Eli, yaitu Hofni dan Pinehas, hidup menyimpang dari firman Tuhan.  Mereka sangat memandang rendah korban untuk Tuhan.  Keduanya juga sering meminta paksa daging yang hendak dipersembahkan untuk korban bagi Tuhan seperti tertulis:  "Sekarang juga harus kauberikan, kalau tidak, aku akan mengambilnya dengan kekerasan."  (1 Samuel 2:16b).  Tidak hanya itu, mereka juga tidur dengan perempuan-perempuan di pintu kemah pertemuan.  Namun imam Eli tidak bertindak tegas terhadap anak-anaknya, ia memilih untuk tidak memarahi mereka.  Ini menunjukkan bahwa imam Eli lebih mengasihi anak-anaknya daripada mengasihi Tuhan.

     Jadi, yang menjadi pertanyaan mengapa Tuhan tidak menyatakan kehendakNya bukan pada diri Allah, tetapi pada diri manusia itu sendiri.  Situasi ketika Tuhan  'berdiam diri'  nampaknya membuat imam Eli tidak lagi peka akan suara Tuhan, di mana ia tidak tahu lagi membedakan yang manakah suara Tuhan.  Imam Eli tidak lagi menyadari akan kehadiran Tuhan.  Ini terlihat jelas ketika Tuhan memanggil-manggil Samuel, imam Eli malah menyuruh Samuel untuk tidur.  Dan baru setelah Tuhan memanggil Samuel untuk ketiga kalinya,  "...mengertilah Eli, bahwa Tuhanlah yang memanggi anak itu."  (1 Samuel 3:8c).  Waktu itu Samuel masih belum mengenal suara Tuhan, dalam arti belum memiliki pengalaman mendengar Tuhan berbicara kepadanya secara langsung.  Berbeda dengan imam Eli yang seharusnya lebih peka akan suara Tuhan.  Sayang, imam Eli telah kehilangan kepekaan akan suara Tuhan.

Akhirnya ketika Tuhan menyatakan bahwa Ia hendak menghukum keluarganya, imam Eli hanya bisa pasrah dan tidak membantah!

Friday, December 16, 2011

EHUD: Seorang Kidal yang Dipakai Tuhan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Desember 2011 - 

Baca:  Hakim-Hakim 3:12-31

"Demikianlah pada hari itu Moab ditundukkan oleh Israel, maka amanlah tanah itu, delapan puluh tahun lamanya."  Hakim-Hakim 3:30

Jatuh bangun di dalam dosa!  Ituah gambaran kehidupan bangsa Israel.  Ketika tidak ada raja atas Israel, maka mereka melakukan hal yang jahat di mata Tuhan:  mulai menyembah ilah-ilah lain dan menjauhkan diri dari hadirat Tuhan.  Ini menimbulkan murka Tuhan sehingga mereka diserahkan kepada musuh-musuh.  Tapi dalam kitab Hakim-Hakim ini setiap kali bangsa Israel jatuh ke dalam dosa dan diserahkan kepada orang asing.  Tuhan selalu membangkitkan seorang pahlawan di antara umat Israel.  Kali ini Tuhan membangkitkan Ehud.

     Siapa itu Ehud?  Disebutkan Ehud adalah anak Gera, orang dari suku Benyamin.  Alkitab tidak banyak mencatat mengenai Ehud, tetapi pastilah ada  'nilai lebih'  dalam diri Ehud sehingga Tuhan memakai dia sebagai pahlawan Israel.  Pada waktu itu Tuhan menghukum bangsa Israel dan menyerahkan mereka di bawah penjajahan raja Moab yang bernama Eglon.  Selama 18 tahun bangsa Israel direndahkan oleh bangsa Moab, dan saat berada dalam kesesakan dan penderitaan inilah bangsa Israel berseru-seru kepada Tuhan dan meminta pertolongan, maka Tuhan pun membangkitkan pembebas bagi mereka yaitu Ehud.  Secara fisik Ehud memiiki banyak kekurangan.  Ia bukan sekedar kidal, tapi tangan kanannya juga cacat sehingga ia harus menggunakan tangan kirinya untuk mengerjakan apa pun.  Namun Tuhan memakai hidup Ehud secara luar biasa.  Hanya bersenjatakan pedang buatannya sendiri yang ia simpan di dalam pakaiannya, Ehud berani menghadap raja Moab dan merancang pembunuhan;  dan itu sudah cukup baginya untuk membunuh raja Moab yaitu Eglon.  Ehud menjadi pahlawan atas Israel, raja Moab dapat dikalahkannya, bahkan  "Pada waktu itu mereka menewaskan kira-kira sepuluh ribu orang dari Moab semuanya orang yang tegap dan tangkas, seorang pun tidak ada yang lolos."  (ayat 29).

     Menurut ukuran manusia, Ehud bukanlah siapa-siapa, bahkan ia dipandang sebelah mata dan diremehkan orang karena kecacatannya.  Tapi bagi Tuhan tidak ada yang mustahil!  Kelemahan Ehud bisa diubah menjadi kekuatan yang dahsyat!  Di tangan Tuhan yang adalah Sang Penjunan, seorang yang tidak berarti diubahNya menjadi pahlawan bagi bangsa Israel.  Awesome God!

Di bawah kepemimpinan Ehud, bangsa Israel hidup aman selama 80 tahun!