Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Desember 2011 -
Baca: Hakim-Hakim 3:12-31
"Demikianlah pada hari itu Moab ditundukkan oleh Israel, maka amanlah tanah itu, delapan puluh tahun lamanya." Hakim-Hakim 3:30
Jatuh bangun di dalam dosa! Ituah gambaran kehidupan bangsa Israel. Ketika tidak ada raja atas Israel, maka mereka melakukan hal yang jahat di mata Tuhan: mulai menyembah ilah-ilah lain dan menjauhkan diri dari hadirat Tuhan. Ini menimbulkan murka Tuhan sehingga mereka diserahkan kepada musuh-musuh. Tapi dalam kitab Hakim-Hakim ini setiap kali bangsa Israel jatuh ke dalam dosa dan diserahkan kepada orang asing. Tuhan selalu membangkitkan seorang pahlawan di antara umat Israel. Kali ini Tuhan membangkitkan Ehud.
Siapa itu Ehud? Disebutkan Ehud adalah anak Gera, orang dari suku Benyamin. Alkitab tidak banyak mencatat mengenai Ehud, tetapi pastilah ada 'nilai lebih' dalam diri Ehud sehingga Tuhan memakai dia sebagai pahlawan Israel. Pada waktu itu Tuhan menghukum bangsa Israel dan menyerahkan mereka di bawah penjajahan raja Moab yang bernama Eglon. Selama 18 tahun bangsa Israel direndahkan oleh bangsa Moab, dan saat berada dalam kesesakan dan penderitaan inilah bangsa Israel berseru-seru kepada Tuhan dan meminta pertolongan, maka Tuhan pun membangkitkan pembebas bagi mereka yaitu Ehud. Secara fisik Ehud memiiki banyak kekurangan. Ia bukan sekedar kidal, tapi tangan kanannya juga cacat sehingga ia harus menggunakan tangan kirinya untuk mengerjakan apa pun. Namun Tuhan memakai hidup Ehud secara luar biasa. Hanya bersenjatakan pedang buatannya sendiri yang ia simpan di dalam pakaiannya, Ehud berani menghadap raja Moab dan merancang pembunuhan; dan itu sudah cukup baginya untuk membunuh raja Moab yaitu Eglon. Ehud menjadi pahlawan atas Israel, raja Moab dapat dikalahkannya, bahkan "Pada waktu itu mereka menewaskan kira-kira sepuluh ribu orang dari Moab semuanya orang yang tegap dan tangkas, seorang pun tidak ada yang lolos." (ayat 29).
Menurut ukuran manusia, Ehud bukanlah siapa-siapa, bahkan ia dipandang sebelah mata dan diremehkan orang karena kecacatannya. Tapi bagi Tuhan tidak ada yang mustahil! Kelemahan Ehud bisa diubah menjadi kekuatan yang dahsyat! Di tangan Tuhan yang adalah Sang Penjunan, seorang yang tidak berarti diubahNya menjadi pahlawan bagi bangsa Israel. Awesome God!
Di bawah kepemimpinan Ehud, bangsa Israel hidup aman selama 80 tahun!
Friday, December 16, 2011
Thursday, December 15, 2011
TUNDUK KEPADA OTORITAS!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Desember 2011 -
Baca: Ibrani 13:1-25
"Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya." Ibrani 13:17a
Di zaman sekarang ini tidak mudah menemukan orang yang memiliki roh penundukan diri. Sebaliknya banyak orang yang memiliki roh pemberontakan. Memberontak berarti tidak tunduk pada otoritas, di mana hal ini pasti akan menimbulkan konflik, baik itu konflik antar sesama anggota dalam sebuah keluarga, organisasi, masyarakat, atau bahkan suatu negara. Hari ini firman Tuhan mengingatkan agar setiap orang percaya memiliki roh penundukan diri. Kata taatilah dalam ayat nas di atas menurut teks aslinya berarti menyesuaikan, mengalah dan menaati. Sedangkan kata tunduklah berarti tunduk kepada otoritas.
Tuhan menghendaki setiap orang percaya memiliki roh penundukan diri. Tunduk kepada siapa? Tunduk kepada Tuhan dan juga tunduk kepada pemimpin-pemimpin rohani kita. Tidak sedikit orang Kristen yang tidak tunduk kepada pemimpin rohaninya, mereka malah suka mengkritik, membicarakan kelemahan dan kekurangan, serta meremehkannya. Dalam Bilangan 12:1-16 dikisahkan bagaimana Miryam dan Harun memberontak kepada Musa. Secara garis keluarga, Miryam adalah kakak dari Harun dan Musa, sedangkan Musa adalah yang paling kecil. Tetapi di hadapan Tuhan, urutan otoritas adalah Musa, Harun dan Miryam. Jadi Musa adalah pemegang otoritas tertinggi. Karena tidak tunduk kepada otoritas, Miryam harus menanggung akibatnya, ia "...kena kusta, putih seperti salju;" (Bilangan 12:10a). Tanda bahwa di dalam diri seseorang ada Roh Kudus adalah adanya roh penundukan diri: anak-anak tunduk kepada orangtua, isteri tunduk kepada suami, kita tunduk pada pemimpin rohani, pemimpin rohani kepada gembala dan seterusnya. Musa, sebelumnya adalah seorang yang keras dan pemarah, tetapi setelah mengalami proses penundukan diri dari Tuhan di padang gurun Midian selama 40 tahun, menjadi "...seorang yang lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang ada di atas muka bumi." (Bilangan 12:3).
Tuhan Yesus adalah teladan utama dalam hal penundukan diri; Dia tunduk kepada kehendak Bapa, bahkan "...dalam keadaan seperti manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8).
Tanpa penundukan diri, di mata Tuhan kita bukanlah pribadi yang berkualitas!
Baca: Ibrani 13:1-25
"Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya." Ibrani 13:17a
Di zaman sekarang ini tidak mudah menemukan orang yang memiliki roh penundukan diri. Sebaliknya banyak orang yang memiliki roh pemberontakan. Memberontak berarti tidak tunduk pada otoritas, di mana hal ini pasti akan menimbulkan konflik, baik itu konflik antar sesama anggota dalam sebuah keluarga, organisasi, masyarakat, atau bahkan suatu negara. Hari ini firman Tuhan mengingatkan agar setiap orang percaya memiliki roh penundukan diri. Kata taatilah dalam ayat nas di atas menurut teks aslinya berarti menyesuaikan, mengalah dan menaati. Sedangkan kata tunduklah berarti tunduk kepada otoritas.
Tuhan menghendaki setiap orang percaya memiliki roh penundukan diri. Tunduk kepada siapa? Tunduk kepada Tuhan dan juga tunduk kepada pemimpin-pemimpin rohani kita. Tidak sedikit orang Kristen yang tidak tunduk kepada pemimpin rohaninya, mereka malah suka mengkritik, membicarakan kelemahan dan kekurangan, serta meremehkannya. Dalam Bilangan 12:1-16 dikisahkan bagaimana Miryam dan Harun memberontak kepada Musa. Secara garis keluarga, Miryam adalah kakak dari Harun dan Musa, sedangkan Musa adalah yang paling kecil. Tetapi di hadapan Tuhan, urutan otoritas adalah Musa, Harun dan Miryam. Jadi Musa adalah pemegang otoritas tertinggi. Karena tidak tunduk kepada otoritas, Miryam harus menanggung akibatnya, ia "...kena kusta, putih seperti salju;" (Bilangan 12:10a). Tanda bahwa di dalam diri seseorang ada Roh Kudus adalah adanya roh penundukan diri: anak-anak tunduk kepada orangtua, isteri tunduk kepada suami, kita tunduk pada pemimpin rohani, pemimpin rohani kepada gembala dan seterusnya. Musa, sebelumnya adalah seorang yang keras dan pemarah, tetapi setelah mengalami proses penundukan diri dari Tuhan di padang gurun Midian selama 40 tahun, menjadi "...seorang yang lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang ada di atas muka bumi." (Bilangan 12:3).
Tuhan Yesus adalah teladan utama dalam hal penundukan diri; Dia tunduk kepada kehendak Bapa, bahkan "...dalam keadaan seperti manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8).
Tanpa penundukan diri, di mata Tuhan kita bukanlah pribadi yang berkualitas!
Subscribe to:
Posts (Atom)