Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Desember 2011 -
Baca: 2 Tawarikah 17:1-19
"Mereka mengelilingi semua kota di Yehuda sambil mengajar rakyat." 2 Tawarikh 17:9b
Inilah perintah Tuhan Yesus kepada setiap orang percaya, "...pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu." (Matius 28:19-20a).
Pergi memberitakan Injil dan membawa orang percaya sampai menjadi murid Kristus adalah tugas yang tidak bisa kita abaikan. Tetapi banyak orang Kristen yang hanya puas sampai memberitakan Injil saja. Akibatnya banyak orang Kristen baru (petobat baru) yang akhirnya mulai lemah dan perlahan mengundurkan diri. Mengapa? Karena mereka tidak memiliki bekal yang cukup dalam memahami kebenaran firman Tuhan. Maka kita harus membimbingnya sampai mereka memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan dan menjadikan mereka sampai ke taraf 'murid' Yesus. Oleh karena itu penting sekali diadakan pengajaran firman Tuhan atau kelas-kelas pendalaman Alkitab di masing-masing gereja supaya jemaat benar-benar bertumbuh dan makin dewasa rohaninya. Inilah yang dilakukan oleh jemaat gereja mula-mula, "Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa." (Kisah 2:42). Coba perhatikan apa yang dilakukan oleh Yosafat: "Mereka memberikan pelajaran di Yehuda dengan membawa kitab Taurat Tuhan." (2 Tawarikh 17:9a). Tindakan yang dilakukan Yosafat ini hampir tidak pernah dilakukan oleh raja-raja lain di Israel, seorang raja rela 'turun gunung', berkorban waktu dan tenaga untuk mengajar rakyatnya. Yosafat menyadari bahwa pengajaran akan Taurat Tuhan itu sangat penting bagi rakyatnya supaya mereka memahami hukum-hukum Tuhan dan hidup menurut perintah-perintahNya. Jika firman Tuhan tidak diajarkan, rakyatnya akan mudah terjerumus ke jalan yang sesat. Tertulis demikian: "Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang perpegang pada hukum." (Amsal 29:18).
Tindakan Yosafat ini hampir tidak pernah dilakukan oleh raja-raja lain, sehingga karena memperhatikan hukum Tuhan inilah "...Tuhan mengokohkan kerajaan yang ada di bawah kekuasaannya. Dengan tabah hati ia hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan. Pula ia menjauhkan dari Yehuda segala bukit pengorbanan dan tiang berhala." (2 Tawarikh 17:5a-6). (Bersambung).
Sunday, December 4, 2011
Saturday, December 3, 2011
UPAH KESABARAN DAN KETEKUNAN: AYUB DIPULIHKAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Desember 2011 -
Baca: Ayub 19:1-29
"Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah." Ayub 19:25-26
Selain kesabaan dan ketekunan petani yang harus kita teladani, Yakobus juga mengajar kita untuk meneladani hidup Ayub. Dikatakan, "...kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan." (Yakobus 5:11b). Semua orang Kristen pasti tahu tentang kisah hidup Ayub. Membicarakan Ayub berarti pula membicarakan masalah dan penderitaan yang dialaminya.
Meski mengalami penderitaan yang hebat, Ayub tetap bersabar dan bertekun di dalam Tuhan. Ia menderita, padahal ia adalah seorang "...yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayub 1:8b). Renungan: apakah kita telah memiliki hidup yang jauh lebih baik dari Ayub? Apakah penderitaan atau masalah yang kita alami selama ini sebanding dengan penderitaan yang dialami oleh Ayub? Sebenarnya, penderitaan yang kita alami ini tidak ada apa-apanya dibanding dengan penderitaan yang Ayub alami, tetapi seringkali kita mengeluh, menggerutu, bersungut-sungut dan marah kepada Tuhan, padahal dari segala sisi kita masih lebih beruntung dari Ayub. Seharusnya kita bisa lebih bersabar dan kuat karena kita masih memiliki keluarga atau rekan-rekan seiman yang senantiasa men-support kita, sedangkan Ayub kehilangan keluarganya, bahkan isterinya mencemooh dan meninggalkan dia.
Mengapa Ayub bisa kuat menghadapi penderitaan yang ada? Karena Ayub tahu bahwa Tuhan yang dia sembah adalah Sang Penebus hidupnya. Semua yang terjadi dalam hidupnya, seburuk apa pun jika itu seijin Tuhan, Tuhan pasti sanggup memulihkan...Karena itu Ayub masih bisa berkata, "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub harus mengalami proses, ia yakin "...akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10). Itulah sebabnya Ayub tetap mampu bertahan di tengah penderitaan yang dialaminya.
Akhirnya "...Tuhan memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan Tuhan memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu." Ayub 42:10
Baca: Ayub 19:1-29
"Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah." Ayub 19:25-26
Selain kesabaan dan ketekunan petani yang harus kita teladani, Yakobus juga mengajar kita untuk meneladani hidup Ayub. Dikatakan, "...kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan." (Yakobus 5:11b). Semua orang Kristen pasti tahu tentang kisah hidup Ayub. Membicarakan Ayub berarti pula membicarakan masalah dan penderitaan yang dialaminya.
Meski mengalami penderitaan yang hebat, Ayub tetap bersabar dan bertekun di dalam Tuhan. Ia menderita, padahal ia adalah seorang "...yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayub 1:8b). Renungan: apakah kita telah memiliki hidup yang jauh lebih baik dari Ayub? Apakah penderitaan atau masalah yang kita alami selama ini sebanding dengan penderitaan yang dialami oleh Ayub? Sebenarnya, penderitaan yang kita alami ini tidak ada apa-apanya dibanding dengan penderitaan yang Ayub alami, tetapi seringkali kita mengeluh, menggerutu, bersungut-sungut dan marah kepada Tuhan, padahal dari segala sisi kita masih lebih beruntung dari Ayub. Seharusnya kita bisa lebih bersabar dan kuat karena kita masih memiliki keluarga atau rekan-rekan seiman yang senantiasa men-support kita, sedangkan Ayub kehilangan keluarganya, bahkan isterinya mencemooh dan meninggalkan dia.
Mengapa Ayub bisa kuat menghadapi penderitaan yang ada? Karena Ayub tahu bahwa Tuhan yang dia sembah adalah Sang Penebus hidupnya. Semua yang terjadi dalam hidupnya, seburuk apa pun jika itu seijin Tuhan, Tuhan pasti sanggup memulihkan...Karena itu Ayub masih bisa berkata, "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub harus mengalami proses, ia yakin "...akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10). Itulah sebabnya Ayub tetap mampu bertahan di tengah penderitaan yang dialaminya.
Akhirnya "...Tuhan memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan Tuhan memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu." Ayub 42:10
Subscribe to:
Posts (Atom)