Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Desember 2011 -
Baca: Kejadian 19:1-29
"Sungguhlah kota yang di sana itu cukup dekat kiranya untuk lari ke sana; kota itu kecil; izinkanlah kiranya aku lari ke sana. Bukankah kota itu kecil? Jika demikian, nyawaku akan terpelihara." Kejadian 19:20
Dari bacaan ini kita tahu bahwa sesungguhnya Lot sudah mengerti perihal Sodom dan Gomora yang penuh kejahatan dan marabahaya, tetapi ia tetap saja memilih tinggal di sana karena tegiur kesuburan dan kekayaan di sana. Seperti tertulis, "...Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah. Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom. Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap Tuhan." (Kejadian 13:11-13).
Karena tinggal di dekat Sodom, gaya hidup Lot menjadi berubah sama seperti orang-orang yang tinggal di Sodom dan Gomora, apalagi ia menikah dengan orang yang tidak percaya. Lot sama sekali tidak mencontoh kehidupan Abraham yang senantiasa membangun mezbah bagi Tuhan (membangun kekariban dengan Tuhan). Sejak saat itu kehidupan Lot semakin jauh dari Tuhan. Bahkan ia pun sampai hati menyerahkan kedua anak gadisnya kepada orang-orang yang tidak mengenal Tuhan (Kejadian 19:8). Sebagai orangtua seharusnya ia menjaga dan melindungi anak-anaknya, bukan malah menjerumuskan mereka. Namun kemudian Lot benar-benar menuai akibat perbuatannya, juga diremehkan oleh kedua bakal menantunya saat mengajak mereka keluar dari Sodom: "...ia dipandang oleh kedua bakal menantunya itu sebagai orang yang berolok-olok saja." (Kejadian 19:14). Harga diri Lot benar-benar telah diinjak-injak!
Meski keadaan Lot semakin hancur, Abraham tetap berdoa untuk keselamatan Lot sehingga sebelum malapetaka menimpa kota Sodom dan Gomora Lot telah dituntun oleh malaikat Tuhan untuk ke luar dari kota Sodom. Walaupun demikian Lot tetap merasa bahwa dirinya tidak mungkin mampu ke luar dari kota Sodom karena jaraknya cukup jauh untuk bisa lari dan ke luar dari kota Sodom, sedangkan malapetaka segera akan terjadi. Akan tetapi "...Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu." (Kejadian 19:29).
Pelajaran berharga dari kisah Lot: janganlah kita berkompromi dengan dosa sedikit pun walau kelihatannya sangat menguntungkan, kaena hal itu pada saatnya akan membawa kita kepada kehancuran dan kebinasaan kekal!
Thursday, December 1, 2011
Wednesday, November 30, 2011
PELAYAN TUHAN: Memiliki Reputasi yang Baik!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 November 2011 -
Baca: Kisah 6:1-7
"Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu," Kisah 6:3
Melayani Tuhan adalah pekerjaan yang sangat mulia dan itu adalah anugerah Tuhan yang luar biasa. Karena tugas melayani Tuhan adalah mulia, maka kita yang sudah dipercaya Tuhan untuk terlibat dalam pelayanan, di mana pun berada dan apa pun bentuknya, tidak boleh mengerjakan tugas tersebut sekendak sendiri atau asal-asalan. Itulah sebabnya Rasul Paulus pun sangat berhati-hati dalam memilih dan menetapkan orang-orang yang hendak dipercaya untuk melayani jemaat Tuhan. Secara kuantitas orang-orang yang telah bertobat dan percaya kepada Kristus jumlahnya memang banyak sekali, namun tidak semua orang layak dan bisa dipilih untuk menjadi pekerja Tuhan. Akhirnya dari ribuan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus hanya tujuh orang saja yang terpilih dan layak mengemban tugas sebagai pelayan Tuhan.
Ini menjadi PR yang tidak mudah bagi para hamba Tuhan atau Gembala Sidang agar mereka tidak sembrono atau terlalu menggampangkan dalam memilih para pengerja atau pelayan. Seringkali Gembala Sidang memilih para pengerjanya berdasarkan faktor like or dislike, ia seorang yang kaya atau menjadi donatur gereja, memiliki hubungan yang sangat dekat dan sebagainya, padahal orang-orang yang dipilihnya itu tidak memenuhi kualitas hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan: masih hidup dalam keinginan duniawi (tabiat daging), tidak bisa dipercaya, kurang setia, suka menghakimi, tidak bisa menguasai diri dalam hal perkataan dan tidak suka berdoa (tidak memiliki kekariban dengan Tuhan secara pribadi). Apabila ada pelayan Tuhan yang seperti ini, akankah ia bisa menjadi berkat bagi jemaat Tuhan? Bukankah justru akan menjadi batu sandungan dan makin melemahkan jemaat Tuhan lainnya?
Adapun kualitas hidup seorang pelayan Tuhan itu seharusnya demikian: 1. Ia haruslah orang yang terkenal baik. Artinya memiliki reputasi baik di antara jemaat dan juga lingkungan di mana ia tinggal. 2. Ia memiliki kehidupan yang bisa diteladani oleh semua orang. Menjadi teladan dalam hal apa? Nasehat Paulus, "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12b).
Jika kita masih hidup sebagai 'manusia lama' dan tidak bisa menghasilkan buah-buah pertobatan, sia-sialah pelayanan kita di hadapan Tuhan dan juga di hadapan manusia!
Baca: Kisah 6:1-7
"Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu," Kisah 6:3
Melayani Tuhan adalah pekerjaan yang sangat mulia dan itu adalah anugerah Tuhan yang luar biasa. Karena tugas melayani Tuhan adalah mulia, maka kita yang sudah dipercaya Tuhan untuk terlibat dalam pelayanan, di mana pun berada dan apa pun bentuknya, tidak boleh mengerjakan tugas tersebut sekendak sendiri atau asal-asalan. Itulah sebabnya Rasul Paulus pun sangat berhati-hati dalam memilih dan menetapkan orang-orang yang hendak dipercaya untuk melayani jemaat Tuhan. Secara kuantitas orang-orang yang telah bertobat dan percaya kepada Kristus jumlahnya memang banyak sekali, namun tidak semua orang layak dan bisa dipilih untuk menjadi pekerja Tuhan. Akhirnya dari ribuan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus hanya tujuh orang saja yang terpilih dan layak mengemban tugas sebagai pelayan Tuhan.
Ini menjadi PR yang tidak mudah bagi para hamba Tuhan atau Gembala Sidang agar mereka tidak sembrono atau terlalu menggampangkan dalam memilih para pengerja atau pelayan. Seringkali Gembala Sidang memilih para pengerjanya berdasarkan faktor like or dislike, ia seorang yang kaya atau menjadi donatur gereja, memiliki hubungan yang sangat dekat dan sebagainya, padahal orang-orang yang dipilihnya itu tidak memenuhi kualitas hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan: masih hidup dalam keinginan duniawi (tabiat daging), tidak bisa dipercaya, kurang setia, suka menghakimi, tidak bisa menguasai diri dalam hal perkataan dan tidak suka berdoa (tidak memiliki kekariban dengan Tuhan secara pribadi). Apabila ada pelayan Tuhan yang seperti ini, akankah ia bisa menjadi berkat bagi jemaat Tuhan? Bukankah justru akan menjadi batu sandungan dan makin melemahkan jemaat Tuhan lainnya?
Adapun kualitas hidup seorang pelayan Tuhan itu seharusnya demikian: 1. Ia haruslah orang yang terkenal baik. Artinya memiliki reputasi baik di antara jemaat dan juga lingkungan di mana ia tinggal. 2. Ia memiliki kehidupan yang bisa diteladani oleh semua orang. Menjadi teladan dalam hal apa? Nasehat Paulus, "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12b).
Jika kita masih hidup sebagai 'manusia lama' dan tidak bisa menghasilkan buah-buah pertobatan, sia-sialah pelayanan kita di hadapan Tuhan dan juga di hadapan manusia!
Subscribe to:
Posts (Atom)