Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 November 2011 -
Baca: Filipi 1:12-26
"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." Filipi 1:21
Pernahkah Saudara bertanya pada diri sendiri tentang hidup ini: "Mengapa saya hidup? Untuk apa saya hidup? Setelah saya mati nanti, apakah saya masuk sorga atau neraka?" Ataukah kita tidak peduli dengan itu semua, yang penting hidup untuk makan dan makan untuk hidup. Mungkin yang lain berprinsip: mengalir saja dalam menjalani hidup ini, yang penting dibuat happy, urusan mati itu urusan nanti. Ingat! Setiap orang harus memiliki tujuan dalam hidupnya, jangan sampai kita menjalani hidup ini tanpa ada tujuan. Dengan memiliki tujuan hidup yang jelas (sasaran yang hendak dituju), hidup kita akan lebih bermakna, semakin memotivasi kita, mendisiplinkan kita dan mengontrol kita ke arah yang benar. Ada tertulis: "Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia." (Ibrani 9:27-28).
Masuk sorga atau neraka kelak sangat ditentukan oleh tujuan hidup kita. Alkitab jelas menyatakan bahwa manusia ditetapkan untuk mati satu kali, setelah itu ia akan dihakimi. Oleh karena itu hiduplah dengan tujuan yang benar seperti rasul Paulus berniat demikian: "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." Rasul Paulus memiliki tujuan hidup yang jelas yaitu hidup yang meninggikan dan memuliakan nama Tuhan; hidup Paulus adalah bagi Kristus dan untuk Kristus. Karena itu dia berkata, "...jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:22a). Artinya Paulus berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi Kristus, menjadikan Tuhan Yesus sebagai teladan utama dalam hidupnya, serta menempatkan Dia lebih dari apa pun yang ada di dunia ini. Tertulis: "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Semua itu harus dibuktikan dalam tindakan yang benar-benar nyata.
Paulus telah membuktikan komitmennya itu: seluruh hidupnya dicurahkan untuk Injil sehingga nama Yesus dimuliakan.
Ujian dan tantangan yang ada tak menggoyakan iman dan pengharapan Paulus di dalam Kristus, bahkan ia terus "...berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:14).
Thursday, November 17, 2011
Wednesday, November 16, 2011
MASA PADANG GURUN: Masa Penuh Mujizat!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 November 2011 -
Baca: Ulangan 8:1-20
"Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak Tuhan, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak." Ulangan 8:2
Tak seorang pun di dunia ini yang mau mengalami masa-masa padang gurun. Masa padang gurun bisa diartikan masa-masa sukar dalam kehidupan kita: ketika rumah tangga sedang menghadapi masalah berat, krisis keuangan, usaha seret dan mau pailit, anak-anak memberontak, sakit-penyakit tak kunjung sembuh dan sebagainya. Di masa-masa seperti itu banyak dari kita yang tidak tahan: mulai stres, mengeluh, bersungut-sungut dan mulai menyalahkan Tuhan.
Sikap ini setali tiga uang dengan bangsa Israel, yang sekalipun mengalami mujizat-mujizat besar dari Tuhan tidak ada henti-hentinya bersungut-sungut dan memberontak kepada Tuhan. Jika kita memperhatikan lebih teliti lagi, ada keindahan di balik masa padang gurun itu. Justru saat berada di padang gurun inilah bangsa Israel merasakan pengalaman yang luar biasa bersama Tuhan, di mana Tuhan menyatakan mujizatnya secara luar biasa bersama Tuhan, di mana Tuhan ubahkan menjadi tawar; ada tiang awan di waktu siang dan tiang api; Laut Teberau terbelah; ada roti sorga ('manna') dan juga burung puyuh sehingga bangsa Israel tidak mengalami kelaparan, bahkan kasut dan baju mereka bisa bertahan sampai 40 tahun!
Jika kita sedang mengalami masa-masa padang gurun tetaplah kuat dan jangan mengeluh karena ini adalah kesempatan bagi kita melihat mujizat Tuhan dinyatakan. Jadi kita harus dapat memandang 'masa padang gurun' ini dengan cara pandang yang positif karena ini adalah cara Tuhan untuk membentuk dan memproses kita sebelum kita mencapai Tanah Perjanjian atau menikmati berkat-berkat Tuhan. Memang menjalani masa padang gurun tidak mudah, dibutuhkan kesabaran dan ketekunan. Alkitab menyatakan, "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu." (Ibrani 10:36). Tanpa melewati padang gurun, bangsa Israel tidak akan menjadi bangsa yang kuat dan tangguh. Di padang gurun inilah bangsa Israel juga dilatih untuk memiliki kerendahan hati dan belajar bergantung kepada Tuhan sepenuhnya.
Bersyukurlah jika Tuhan membawa kita ke padang gurun, karena semua itu akan mendatangkan kebaikan bagi kita!
Baca: Ulangan 8:1-20
"Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak Tuhan, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak." Ulangan 8:2
Tak seorang pun di dunia ini yang mau mengalami masa-masa padang gurun. Masa padang gurun bisa diartikan masa-masa sukar dalam kehidupan kita: ketika rumah tangga sedang menghadapi masalah berat, krisis keuangan, usaha seret dan mau pailit, anak-anak memberontak, sakit-penyakit tak kunjung sembuh dan sebagainya. Di masa-masa seperti itu banyak dari kita yang tidak tahan: mulai stres, mengeluh, bersungut-sungut dan mulai menyalahkan Tuhan.
Sikap ini setali tiga uang dengan bangsa Israel, yang sekalipun mengalami mujizat-mujizat besar dari Tuhan tidak ada henti-hentinya bersungut-sungut dan memberontak kepada Tuhan. Jika kita memperhatikan lebih teliti lagi, ada keindahan di balik masa padang gurun itu. Justru saat berada di padang gurun inilah bangsa Israel merasakan pengalaman yang luar biasa bersama Tuhan, di mana Tuhan menyatakan mujizatnya secara luar biasa bersama Tuhan, di mana Tuhan ubahkan menjadi tawar; ada tiang awan di waktu siang dan tiang api; Laut Teberau terbelah; ada roti sorga ('manna') dan juga burung puyuh sehingga bangsa Israel tidak mengalami kelaparan, bahkan kasut dan baju mereka bisa bertahan sampai 40 tahun!
Jika kita sedang mengalami masa-masa padang gurun tetaplah kuat dan jangan mengeluh karena ini adalah kesempatan bagi kita melihat mujizat Tuhan dinyatakan. Jadi kita harus dapat memandang 'masa padang gurun' ini dengan cara pandang yang positif karena ini adalah cara Tuhan untuk membentuk dan memproses kita sebelum kita mencapai Tanah Perjanjian atau menikmati berkat-berkat Tuhan. Memang menjalani masa padang gurun tidak mudah, dibutuhkan kesabaran dan ketekunan. Alkitab menyatakan, "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu." (Ibrani 10:36). Tanpa melewati padang gurun, bangsa Israel tidak akan menjadi bangsa yang kuat dan tangguh. Di padang gurun inilah bangsa Israel juga dilatih untuk memiliki kerendahan hati dan belajar bergantung kepada Tuhan sepenuhnya.
Bersyukurlah jika Tuhan membawa kita ke padang gurun, karena semua itu akan mendatangkan kebaikan bagi kita!
Subscribe to:
Posts (Atom)