Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 November 2011 -
Baca: Kejadian 45:16-28
"Demikianlah dilakukan oleh anak-anak Israel itu. Yusuf memberikan kereta kepada mereka menurut perintah Firaun; juga diberikan kepada mereka bekal di jalan." Kejadian 45:21
Dari kisah Yusuf kemarin bisa dibayangkan betapa sakitnya hati Yusuf, terlebih lagi yang membenci itu saudaranya sendiri; tapi tidak sedikit pun ia menaruh rasa pahit hati kepada saudara-saudaranya itu. Yusuf membebaskan dirinya dari kepahitan. Inilah yang menjadi kunci keberhasilan hidupnya! Yusuf sadar bahwa kepahitan hanya akan menghancurkan hidupnya dan menghambat penggenapan janji Tuhan. Karena itu Yusuf tidak mau terus-menerus menyimpan kepahitan dalam hatinya. Bukanlah kebetulan jika Yusuf menamai anak pertamanya Manasye, yang artinya Tuhan telah membuatku melupakan. Tuhan telah membuatnya melupakan kesusahan dan kepahitan yang pernah dirasakannya. Yusuf tidak mau terus-menerus menyimpan kepahitan dalam hatinya. Bahkan ketika mendapati saudara-saudaranya kekurangan makanan, Yusuf tidak memiliki keinginan membalas dendam. Ia justru mencium dan mengasihi saudara-saudaranya itu.
Yusuf membalas kejahatan saudaranya dengan kebaikan. Melakukan kesalahan adalah manusiawi, tetapi memaafkan adalah ilahi. Ketika kita dipakai Tuhan dan kemudian proses itu datang, kita akan semakin didewasakan. Oleh karena itu, jangan memberontak jika Tuhan membentuk kita. Pada mulainya Yusuf adalah hamba, namun pada akhirnya dia naik pangkat menjadi penguasa atas istana Firaun. Yusuf tampil sebagai pemenang karena dia telah lulus ujian. Seringkali kita gagal melewati masa-masa sulit dalam hidup kita dan membiarkan rasa benci dan kepahitan itu menguasai hati kita, akibatnya mimpi yang Tuhan berikan tidak menjadi kenyataan.
Jangan sekali-kali membatasi kuasa Tuhan bekerja! Karena "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Tuhan memiliki 1001 cara untuk menolong dan mengangkat hidup kita seperti yang dialami oleh Yusuf. Dan mungkin Dia mengijinkan kita mengalami ujian dan tantangan; tetapi jika kita tetap mempercayai Tuhan dengan sepenuh hati dan tidak berubah, percayalah, cepat atau lambat Tuhan akan menggenapi janjiNya dalam kehidupan kita.
Yusuf mengalami peninggian dari Tuhan karena dia kuat dan menang melewati ujian!
Sunday, November 13, 2011
Saturday, November 12, 2011
MIMPI YANG MENJADI KENYATAAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 November 2011 -
Baca: Kejadian 45:1-15
"Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu." Kejadian 45:5
Ketika mendapatkan mimpi dari Tuhan usia Yusuf masih sangat belia yaitu 17 tahun. Mimpi yang diberikan Tuhan inilah yang menjadi visi dalam hidup Yusuf sehingga ia mampu berdiri teguh dan tetap kuat menghadapi berbagai ujian yang harus dilewatinya. Waktu Yusuf menerima mimpi dari Tuhan, mimpi itu tidak langsung tergenapi. Yusuf harus mengalami berbagai tes untuk menguji kemurnian dan kesungguhan hidupnya. Yusuf ditolak oleh saudara-saudaranya dan diperlakukan tidak adil, dimasukkan ke dalam sumur, lalu dijual sebagai budak dan dihargai hanya dengan 30 keping perak. Meski demikian Yusuf tidak pernah putus asa atau terus meratapi penderitaan itu, dia tetap bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan percaya pada visi yang Tuhan berikan itu sehingga Tuhan pun "...membuat segala sesuatu indah pada waktunya," (Pengkotbah 3:11a). Tuhan mengangkat Yusuf dan menjadikan dia penguasa di Mesir.
Ada tertulis: "Ketika Ia mendatangkan kelaparan ke atas negeri itu dan menghancurkan seluruh persediaan makanan, diutus-Nyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual menjadi budak. Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji Tuhan membenarkannya. Raja menyuruh melepaskannya, penguasa bangsa-bangsa membebaskannya. Dijadikannya dia tuan atas istananya, dan kuasa atas segala harta kepunyaannya," (Mazmur 105:16-21).
Hidup sesuai jalan Tuhan bukanlah suatu jaminan untuk kita tidak mengalami masalah dan ujian. Ketika kita hidup benar justru semua orang menyudutkan kita dan semakin membenci kita seperti yang dikeluhkan Daud, "Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi." (Mazmur 73:13-14). Yusuf pun ternyata mengalami hal yang sama, di mana saudara-saudaranya semakin membenci dia. Tetapi dalam hal ini Yusuf lulus dari ujian oleh karena dia tidak membalas kebencian saudaranya itu dengan kebencian, atau kejahatan dengan kejahatan.
Bukankah banyak orang ketika mendapat perlakuan yang tidak baik oleh orang lain, hatinya menjadi pahit dan berusaha untuk membalasnya?
Baca: Kejadian 45:1-15
"Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu." Kejadian 45:5
Ketika mendapatkan mimpi dari Tuhan usia Yusuf masih sangat belia yaitu 17 tahun. Mimpi yang diberikan Tuhan inilah yang menjadi visi dalam hidup Yusuf sehingga ia mampu berdiri teguh dan tetap kuat menghadapi berbagai ujian yang harus dilewatinya. Waktu Yusuf menerima mimpi dari Tuhan, mimpi itu tidak langsung tergenapi. Yusuf harus mengalami berbagai tes untuk menguji kemurnian dan kesungguhan hidupnya. Yusuf ditolak oleh saudara-saudaranya dan diperlakukan tidak adil, dimasukkan ke dalam sumur, lalu dijual sebagai budak dan dihargai hanya dengan 30 keping perak. Meski demikian Yusuf tidak pernah putus asa atau terus meratapi penderitaan itu, dia tetap bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan percaya pada visi yang Tuhan berikan itu sehingga Tuhan pun "...membuat segala sesuatu indah pada waktunya," (Pengkotbah 3:11a). Tuhan mengangkat Yusuf dan menjadikan dia penguasa di Mesir.
Ada tertulis: "Ketika Ia mendatangkan kelaparan ke atas negeri itu dan menghancurkan seluruh persediaan makanan, diutus-Nyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual menjadi budak. Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji Tuhan membenarkannya. Raja menyuruh melepaskannya, penguasa bangsa-bangsa membebaskannya. Dijadikannya dia tuan atas istananya, dan kuasa atas segala harta kepunyaannya," (Mazmur 105:16-21).
Hidup sesuai jalan Tuhan bukanlah suatu jaminan untuk kita tidak mengalami masalah dan ujian. Ketika kita hidup benar justru semua orang menyudutkan kita dan semakin membenci kita seperti yang dikeluhkan Daud, "Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi." (Mazmur 73:13-14). Yusuf pun ternyata mengalami hal yang sama, di mana saudara-saudaranya semakin membenci dia. Tetapi dalam hal ini Yusuf lulus dari ujian oleh karena dia tidak membalas kebencian saudaranya itu dengan kebencian, atau kejahatan dengan kejahatan.
Bukankah banyak orang ketika mendapat perlakuan yang tidak baik oleh orang lain, hatinya menjadi pahit dan berusaha untuk membalasnya?
Subscribe to:
Posts (Atom)