Saturday, November 12, 2011

MIMPI YANG MENJADI KENYATAAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 November 2011 -

Baca:  Kejadian 45:1-15

"Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu."  Kejadian 45:5

Ketika mendapatkan mimpi dari Tuhan usia Yusuf masih sangat belia yaitu 17 tahun.  Mimpi yang diberikan Tuhan inilah yang menjadi visi dalam hidup Yusuf sehingga ia mampu berdiri teguh dan tetap kuat menghadapi berbagai ujian yang harus dilewatinya.  Waktu Yusuf menerima mimpi dari Tuhan, mimpi itu tidak langsung tergenapi.  Yusuf harus mengalami berbagai tes untuk menguji kemurnian dan kesungguhan hidupnya.  Yusuf ditolak oleh saudara-saudaranya dan diperlakukan tidak adil, dimasukkan ke dalam sumur, lalu dijual sebagai budak dan dihargai hanya dengan 30 keping perak.  Meski demikian Yusuf tidak pernah putus asa atau terus meratapi penderitaan itu, dia tetap bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan percaya pada visi yang Tuhan berikan itu sehingga Tuhan pun  "...membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  (Pengkotbah 3:11a).  Tuhan mengangkat Yusuf dan menjadikan dia penguasa di Mesir.

     Ada tertulis:  "Ketika Ia mendatangkan kelaparan ke atas negeri itu dan menghancurkan seluruh persediaan makanan, diutus-Nyalah seorang mendahului mereka:  Yusuf, yang dijual menjadi budak.  Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji Tuhan membenarkannya.  Raja menyuruh melepaskannya, penguasa bangsa-bangsa membebaskannya.  Dijadikannya dia tuan atas istananya, dan kuasa atas segala harta kepunyaannya,"  (Mazmur 105:16-21).

     Hidup sesuai jalan Tuhan bukanlah suatu jaminan untuk kita tidak mengalami masalah dan ujian.  Ketika kita hidup benar justru semua orang menyudutkan kita dan semakin membenci kita seperti yang dikeluhkan Daud,  "Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah.  Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi."  (Mazmur 73:13-14).  Yusuf pun ternyata mengalami hal yang sama, di mana saudara-saudaranya semakin membenci dia.  Tetapi dalam hal ini Yusuf lulus dari ujian oleh karena dia tidak membalas kebencian saudaranya itu dengan kebencian, atau kejahatan dengan kejahatan.

Bukankah banyak orang ketika mendapat perlakuan yang tidak baik oleh orang lain, hatinya menjadi pahit dan berusaha untuk membalasnya?

Friday, November 11, 2011

TUHAN: Di Balik Kemenangan Bangsa Israel!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 November 2011 -

Baca:  Mazmur 46:1-12

"Pergilah, pandanglah pekerjaan Tuhan, yang mengadakan pemusnahan di bumi, yang menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi, yang mematahkan busur panah, menumpulkan tombak, membakar kereka-kereka perang dengan api!"  Mazmur 46:9-10

Sebelum mencapai Kanaan bangsa Israel harus terlebih dahulu menaklukkan bangsa-bangsa lain.  Dalam Yosua 12:1-24 tercatat daftar raja-raja yang telah dikalahkan oleh orang-orang Israel.  Bukankah hebat bangsa Israel?  Padahal orang-orang Israel tidak berpengalaman dalam hal militer, tetapi mereka berhasil mengalahkan musuh-musuhnya yang begitu banyak dan kuat-kuat.

     Lalu, siapa yang menjadi tokoh utama di balik semua kemenangan bangsa Israel ini?  Jawabnya adalah Tuhan, tidak ada yang lain.  Inilah janji Tuhan kepada Yosua:  "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa."  (Yosua 1:3).  Bangsa Israel menjadi bangsa yang kuat dan perkasa oleh karena Tuhan yang campur tangan.  Di luar Tuhan mereka tidak dapat berbuat apa-apa.  Simak nyanyian Musa ini:  "Tuhan itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku.  Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allahku, kupuji Dia, itulah nama-Nya."  (Keluaran 15:2-3).  Mereka mengakui bahwa yang menjadi pahlawan perang bagi mereka adalah Tuhan sendiri!  Karena itu nama Tuhan harus selalu ditinggikan!

     Untuk meraih kemenangan dan mengalami penyertaan Tuhan tentu ada syaratnya!  Alkitab mencatat ketika bangsa Israel hidup seturut dengan kehendak Tuhan  (taat), mereka mampu mengalahkan musuh sekuat apa pun.  Sebaliknya ketika mereka tidak lagi setia kepada Tuhan dan memberontak kepadaNya, kekalahan demi kekalahan harus mereka alami.  Hidup kekristenan adalah hidup dalam peperangan.  Dalam hal ini tidak berbicara tentang perang secara fisik, tetapi peperangan melawan tipu muslihat Iblis, mempertahankan iman dan bagaimana bertahan di tengah persoalan.  Dengan kekuatan sendiri kita tidak akan mampu menghadapi semua itu.  Rasul Paulus berkata,  "Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya."  (2 Timotius 2:4).

Peperangan identik dengan perjuangan dan air mata, karena itu arahkan pandangan kepada Tuhan dan andalkan Dia dalam segala hal, niscaya kemenangan demi kemenangan akan kita raih, karena Dia yang berperang ganti kita.