Monday, November 7, 2011

HATI YANG SENANTIASA BERSYUKUR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 November 2011 -

Baca:  Mazmur 50:1-23

"Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku;"  Mazmur 50:32

Amerika Serikat adalah salah satu negara yang memiliki tradisi khusus yaitu menggelar acara Thanksgiving. atau hari ucapan syukur.  Tradisi ini bermula ketika para pendatang dari Eropa mendarat untuk pertama kalinya di benua Amerika, dan pada waktu itu mereka berhasil meraih keuntungan untuk pertama kalinya di tahun 1623.  Sejak itulah mereka menetapkan suatu hari sebagai tradisi yaitu hari ucapan syukur.

     Bagaimanakah hari-hari Saudara?  Apakah dipenuhi oleh ucapan syukur kepada Tuhan setiap waktu atau terus diliputi oleh kekuatiran, keluh kesah dan persungutan?  Perhatikan ayat nas di atas:  "Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku;" Hidup yang dipenuhi oleh ucapan syukur adalah hidup yang memuliakan Tuhan.  Hidup yang bersyukur itulah kunci kepuasan dan kebahagiaan hidup.  Namun jika yang keluar dari mulut kita hanyalah persungutan, mustahil kita merasakan kebahagiaan hidup.  Orang yang terus bersungut-sungut berarti tidak pernah menghargai pertolongan Tuhan dalam hidupnya, meragukan kuasa dan kesanggupan Tuhan.

     Mengapa kita harus selalu bersyukur kepada Tuhan?  Hidup yang selalu bersyukur menunjukkan bahwa kita percaya dan mengakui bahwa Tuhan adalah Sumber segala berkat.  Alkitab menyatakan,  "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."  (1 Tesalonika 5:18).  Kita harus mengucap syukur kepada Tuhan dalam segala hal, baik dalam keadaan keberkatan atau pun sedang dalam pergumulan, baik dalam suka maupun duka.  Jadi, bukan hanya ketika segala sesuatu berjalan baik atau lancar.  Bila saat ini kita diijinkan mengalami masalah atau penderitaan sekali pun, tetaplah mengucap syukur, karena semuanya pasti akan mendatangkan kebaikan bagi kita.

     Pastilah Tuhan itu baik, ya Tuhan itu baik adanya:  di dalam Dia ada sukacita, ada damai sejahtera, ada kebahagiaan, ada pengharapan yang pasti, ada masa depan yang baik dan sebagainya.  Dan ucapan syukur terbesar dapat disebabkan karena kita telah diselamatkan!  Alkitab mengajak kita untuk tetap bersyukur meski sedang dalam kesukaran, sebab kesukaran bermanafaat untuk pengemban karakter kita.

Janganlah hidup seperti sembilan orang kusta itu, yang setelah beroleh kesembuhan dari Tuhan berlalu begitu saja dan melupakan kebaikan Tuhan.

Sunday, November 6, 2011

SUDAHKAH KITA TERBEBAS DARI KEBENCIAN?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 November 2011 -

Baca:  1 Yohanes 3:11-18

"Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia."  1 Yohanes 3:15a

Apakah Saudara adalah seorang Kristen atau pengikut Kristus?  Jika kita mengaku bahwa diri kita adalah seorang Kristen tapi dalam kenyataannya kita tidak memiliki kasih, berarti kekristenan kita adalah bohong;  sama artinya kita ini tidak mengenal Allah karena Allah adalah kasih  (baca 1 Yohanes 4:8).

     Mungkin kita tidak menyadari jika selama ini doa-doa kita tidak beroleh jawaban dari Tuhan;  salah satu penyebabnya adalah karena kita tidak mengasihi sesama saudara seiman.  Bila kita mengakui bahwa di dalam hati kita ada Roh Allah itu Roh Kasih.  Kita tidak perlu gembar-gembor kepada orang lain untuk menegaskan bahwa kita ini adalah orang percaya, karena dari buahnyalah kita mengenal suatu pohon.  Begitu pula dengan kehidupan orang percaya, dari buah-buah kehidupannya  (ucapan, perbuatan atau tindakan)  orang lain akan mengenal kita apakah kita ini seorang percaya atau bukan.  Seorang Kristen yang benar tidak akan pernah menyimpan kepahitan dan kebencian terhadap sesamanya.  Alkitab menyatakan:  "Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita.  Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.  Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia.  Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya."  (1 Yohanes 3:14-15).

     Sadarkah kita bahwa yang menjadi penghambat doa untuk beroleh jawaban dari Tuhan adalah ketika kita masih menyimpan kebencian terhadap sesama dan tidak mau mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita?  Ketika kita menolak mengampuni orang lain, akar pahit itu terus bertumbuh dalam hati kita dan semakin mencabik-cabik doa kita.  Bagaimana kita dapat berharap Tuhan akan mencurahkan berkat-berkatNya atas hidup kita kala kita masih menyimpan kebencian terhadap orang lain?  Bukankah Tuhan telah mengampuni dosa-dosa kita yang tak terhitung jumlahnya itu?  Karena itu Dia mengharapkan kita juga mengampuni orang lain sebagaimana dosa kita telah diampuni oleh Tuhan.  Bagaimana kita dapat berdoa kalau kita masih membenci orang lain ?

Apabila kita mengeraskan hati dan tetap membenci orang lain, maka dosa kebencian itulah yang memisahkan kita dari Tuhan, sehingga doa-doa kita pun hanya sampai di langit-langit kamar!