Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 November 2011 -
Baca: Mazmur 56:1-14
"Maka musuhku akan mundur pada waktu aku berseru; aku yakin, bahwa Allah memihak kepadaku." Mazmur 56:10
Definisi ketakutan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: "Merasa gentar atau ngeri menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana; tidak berani (berbuat, menempuh, menderita); atau juga gelisah, kuatir". Daud mengalami ketakutan yang luar biasa ketika orang-orang Filistin menangkap dia di Gat. Dan pengalaman itulah yang melatarbelakangi Daud menulis Mazmur 56 ini.
Alkitab jelas menyatakan bahwa Daud menjadi sangat ketakutan sehingga meminta hikmat kepada Tuhan. Ada pun satu-satunya cara agar ia dapat melepaskan diri dari raja Filistin adalah dengan berpura-pura menjadi gila: "Sebab itu ia (Daud) berlaku seperti orang yang sakit ingatan di depan mata mereka dan berbuat pura-pura gila di dekat mereka;" (1Samuel 21:13a), bahkan sampai-sampai ia menggores-gores pintu gerbang dan membiarkan air liurnya meleleh hingga ke janggutnya. Berikut reaksi raja Filistin ketika melihat Daud: "Tidakkah kamu lihat, bahwa orang itu gila? Mengapa kamu membawa dia kepadaku? Kekurangan orang gilakah aku, maka kamu bawa orang ini kepadaku supaya ia menunjukkan gilanya dekat aku? Patutkah orang yang demikian masuk ke rumahku?" (1 Samuel 21:14-15). Mungkin Daud berpikir bahwa saat itu ia akan mati dan tidak punya pengharapan lagi. Namun ternyata ia luput dari kematian dan terbebaskan. Itu semua karena campur tangan Tuhan. Daud pun membuat suatu miktam, yaitu nyanyian berulang-ulang untuk menguatkan hatinya.
Siapa pun orangnya pasti pernah mengalami rasa takut ketika menghadapi permasalahan yang berat. Tak terkecuali Daud, meski ia dikenal sebagai seorang pemberani, satu-satunya yang mampu mengalahkan Goliat. Tapi jika kita memperhatikan Mazmur 56, betapa berat pergumulan yang harus dialami: "...orang-orang menginjak-injak aku, sepanjang hari orang memerangi dan mengimpit aku! Seteru-seteruku menginjak-injak aku sepanjang hari, bahkan banyak orang yang memerangi aku dengan sombong. Sepanjang hari mereka mengacukan perkaraku; mereka senantiasa bermaksud jahat terhadapku. Mereka mau menyerbu, mereka mengintip, mengamat-amati langkahku, seperti orang-orang yang ingin mencabut nyawaku." (Mazmur 56:2, 3, 6, 7).
Secara manusia, Daud tidak kuat menghadapi masalah yang berat ini.
Friday, November 4, 2011
Thursday, November 3, 2011
MAJIKAN KITA ADALAH TUHAN, BUKAN MANUSIA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 November 2011 -
Baca: 1 Korintus 9:1-23
"Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu." 1 Korintus 9:14
Kalau kita melayani Tuhan, apa pun bentuknya, entah sebagai pengajar, penulis, diaken, pendeta, worship leader, singer, pendoa syafaat, kolektan, tim paduan suara dan sebagainya, tuan kita bukanlah gembala sidang atau pemimpin organisasi gereja tempat di mana kita berjemaat atau melayani. Yang menjadi tuan kita adalah Tuhan Yesus sendiri. Kita adalah hamba dan Tuhan Yesus adalah Tuan kita. Jadi para pelayan Tuhan bukanlah seperti buruh atau pegawai dari organisasi gereja, melainkan seorang hamba yang telah dipanggil dan dipilih oleh Tuhan sendiri.
Kita semua adalah hamba-hamba Tuhan, pelayan-pelayan pekerjaan Tuhan yang telah ditetapkan oleh Tuhan sendiri menurut kadar anugerah yang dikaruniakan kepada kita masing-masing. Karunia atau kesanggupan yang ada pada kita itulah yang menetapkan kedudukan kita di dalam tubuh Kristus. Kita adalah hamba-hamba Tuhan yang bersama-sama melayani satu Tuan, yang adalah majikan kita satu-satunya, yang kepada Dia kita harus tunduk dan taat secara mutlak. Rasul Paulus berkata, "Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah." (1 Korintus 4:1). Rasul Paulus menyadari bahwa Tuhan adalah Tuannya dan dia adalah hamba; Tuhan memanggil, Tuhan juga yang akan memberikan upah kepadanya atas pelayanan yang ia lakukan. Inilah kebenaran yang harus kita mengerti! Banyak sekali pelayan Tuhan yang mundur dari pelayanan karena mereka kecewa kepada manusia atau organisasi gereja. Mengapa demikian? Karena fokus pelayanan mereka tertuju kepada manusia, bukan kepada Tuhan. Namun jika mata kita terarah kepada Tuhan Yesus yang adalah Tuan kita, maka kita tidak akan mudah kecewa atau putus asa dalam pelayanan. Rasul Paulus berkata pula, "Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hambaNya." (Kolose 3:24).
Jika Tuhan yang memanggil kita, Ia juga pasti akan menyediakan upah itu bagi kita, sebab "...dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia" (1 Korintus 15:58). Oleh karena itu berhentilah bersungut-sungut atau mengeluh dalam pelayanan. Tuhan adalah Tuan dan Majikan kita, Dialah yang akan menjamin hidup kita.
Upah yang diberikan Tuhan selalu datang pada waktu yang tepat dan selalu cukup.
Baca: 1 Korintus 9:1-23
"Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu." 1 Korintus 9:14
Kalau kita melayani Tuhan, apa pun bentuknya, entah sebagai pengajar, penulis, diaken, pendeta, worship leader, singer, pendoa syafaat, kolektan, tim paduan suara dan sebagainya, tuan kita bukanlah gembala sidang atau pemimpin organisasi gereja tempat di mana kita berjemaat atau melayani. Yang menjadi tuan kita adalah Tuhan Yesus sendiri. Kita adalah hamba dan Tuhan Yesus adalah Tuan kita. Jadi para pelayan Tuhan bukanlah seperti buruh atau pegawai dari organisasi gereja, melainkan seorang hamba yang telah dipanggil dan dipilih oleh Tuhan sendiri.
Kita semua adalah hamba-hamba Tuhan, pelayan-pelayan pekerjaan Tuhan yang telah ditetapkan oleh Tuhan sendiri menurut kadar anugerah yang dikaruniakan kepada kita masing-masing. Karunia atau kesanggupan yang ada pada kita itulah yang menetapkan kedudukan kita di dalam tubuh Kristus. Kita adalah hamba-hamba Tuhan yang bersama-sama melayani satu Tuan, yang adalah majikan kita satu-satunya, yang kepada Dia kita harus tunduk dan taat secara mutlak. Rasul Paulus berkata, "Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah." (1 Korintus 4:1). Rasul Paulus menyadari bahwa Tuhan adalah Tuannya dan dia adalah hamba; Tuhan memanggil, Tuhan juga yang akan memberikan upah kepadanya atas pelayanan yang ia lakukan. Inilah kebenaran yang harus kita mengerti! Banyak sekali pelayan Tuhan yang mundur dari pelayanan karena mereka kecewa kepada manusia atau organisasi gereja. Mengapa demikian? Karena fokus pelayanan mereka tertuju kepada manusia, bukan kepada Tuhan. Namun jika mata kita terarah kepada Tuhan Yesus yang adalah Tuan kita, maka kita tidak akan mudah kecewa atau putus asa dalam pelayanan. Rasul Paulus berkata pula, "Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hambaNya." (Kolose 3:24).
Jika Tuhan yang memanggil kita, Ia juga pasti akan menyediakan upah itu bagi kita, sebab "...dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia" (1 Korintus 15:58). Oleh karena itu berhentilah bersungut-sungut atau mengeluh dalam pelayanan. Tuhan adalah Tuan dan Majikan kita, Dialah yang akan menjamin hidup kita.
Upah yang diberikan Tuhan selalu datang pada waktu yang tepat dan selalu cukup.
Subscribe to:
Posts (Atom)