Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Oktober 2011 -
Baca: Roma 4
"Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham,..." Roma 4:16a
Alkitab mencatat, "Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain." (Yosua 24:2). Melalui ayat ini jelas dinyatakan bahwa Terah, ayah Abraham, adalah penyembah berhala. Ini menunjukkan bahwa pada awalnya Abraham bukanlah orang percaya. Seperti orang-orang sezamannya, ia adalah penyembah berhala yang memuja berhala di Ur-Kasdim. Namun dalam Kejadian 12:1 Tuhan mengatakan padanya, "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;" (Kejadian 12:1). Inilah awal Abraham menjadi orang percaya.
Tuhan menyatakan diriNya secara pribadi kepada Abraham karena Dia memiliki rencana besar atas kehidupan Abraham, hendak menjadikannya bapa bagi bangsa-bangsa. Hidup Abraham dipakai Tuhan bukan karena ia orang benar, tetapi karena anugerahNya semata. "Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri,..." (2 Timotius 1:9). Abraham merespons panggilan Tuhan ini dengan ketaatan. Ketika diperintahkan pergi ke suatu negeri yang belum diketahuinya, dengan konsekuensi harus meninggalkan sanak keluarga dan tanah leluhurnya, Abraham taat. Ini bukanlah perkara mudah, apalagi perintah itu ia terima dari Tuhan yang baru saja dikenalnya. Namun respons Abraham telah menghasilkan keselamatan bagi seluruh umat manusia, di mana melalui keturunan Abraham inilah Allah menggenapi janjiNya dengan mengutus Yesus Kristus datang ke dunia.
Prinsip pemilihan Tuhan terhadap Abraham sama dengan prinsip Tuhan memilih kita. Kita yang sebelumnya adalah orang-orang berdosa, ditebus melalui darah Kristus yang kudus sehingga kita menjadi orang-orang yang dibenarkan, lalu diangkat sebagai anak-anakNya, artinya kita juga ahli waris Kerajaan Allah.
Mari introspeksi diri: adakah kita memiliki ketaatan seperti Abraham? Berani mengambil keputusan untuk mengikuti dan melayani Tuhan dengan segenap hati serta rela meninggalkan segala kenyamanan yang ada selama ini?
Friday, October 28, 2011
Thursday, October 27, 2011
HIDUP KEKRISTENAN: Terpisah dari Dosa!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Oktober 2011 -
Baca: Keluaran 19
"Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel." Keluaran 19:6
"Kekudusan lagi! Topik itu melulu, bosan ahh!" Mungkin itu reaksi kita. Kekudusan adalah topik yang sangat tidak disukai dan sebisa mungkin dihindari oleh orang Kristen. Mengapa? Karena berbicara tentang kekudusan berarti jemaat akan ditegur, dikoreksi, di 'ditelanjangi' dosa-dosanya. Namun, mau tidak mau, suka tidak suka, topik itu harus tetap disampaikan kepada orang percaya sampai Tuhan datang kali kedua, karena kekudusan adalah syarat mutlak untuk dapat melihat Tuhan. "...kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan." (Ibrani 12:14). Jadi kekudusan adalah sasaran hidup setiap orang percaya.
Apakah sebenarnya kekudusan itu? Secara umum kudus berarti tak berdosa. Siapa manusia yang tidak berdosa, selain Yesus? Kata kudus dalam bahasa Ibrani adalah qodosh, yang memiliki arti dasar pemisahan. Kepada Musa Tuhan berfirman demikian: "Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus." (Imamat 19:2). Ini menunjukkan bahwa keberadaan Tuhan adalah kudus dan tidak bisa diganggu gugat! Dia tidak bisa disamakan dengan ilah-ilah lain. Karena itu Tuhan melarang bangsa Israel menyembah ilah-ilah lain karena hanya Tuhan saja yang layak disembah. Tuhan memanggil bangsa Israel untuk dikuduskan atau dipisahkan dari bangsa-bangsa lain dan diangkat menjadi umat pilihanNya. Begitu juga Tuhan Yesus datang ke dunia untuk mencari dan menyelamatkan kita orang-orang berdosa dan memisahkan kita dari dunia ini, serta menjadikan kita sebagai "...bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil keluar dai kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib;" (1 Petrus 2:9).
Alkitab menyatakan bahwa melalui karya kudusNya di kayu salib Yesus membenarkan, meneguduskan, menebus kita (baca 1 Korintus 1:30). Karena telah dipisahkan dari dosa, Tuhan menghendaki kita juga 'berbeda' dari dunia dan tidak turut dalam perbuatan-perbuatan mereka.
"Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (2 Korintus 6:17).
Baca: Keluaran 19
"Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel." Keluaran 19:6
"Kekudusan lagi! Topik itu melulu, bosan ahh!" Mungkin itu reaksi kita. Kekudusan adalah topik yang sangat tidak disukai dan sebisa mungkin dihindari oleh orang Kristen. Mengapa? Karena berbicara tentang kekudusan berarti jemaat akan ditegur, dikoreksi, di 'ditelanjangi' dosa-dosanya. Namun, mau tidak mau, suka tidak suka, topik itu harus tetap disampaikan kepada orang percaya sampai Tuhan datang kali kedua, karena kekudusan adalah syarat mutlak untuk dapat melihat Tuhan. "...kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan." (Ibrani 12:14). Jadi kekudusan adalah sasaran hidup setiap orang percaya.
Apakah sebenarnya kekudusan itu? Secara umum kudus berarti tak berdosa. Siapa manusia yang tidak berdosa, selain Yesus? Kata kudus dalam bahasa Ibrani adalah qodosh, yang memiliki arti dasar pemisahan. Kepada Musa Tuhan berfirman demikian: "Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus." (Imamat 19:2). Ini menunjukkan bahwa keberadaan Tuhan adalah kudus dan tidak bisa diganggu gugat! Dia tidak bisa disamakan dengan ilah-ilah lain. Karena itu Tuhan melarang bangsa Israel menyembah ilah-ilah lain karena hanya Tuhan saja yang layak disembah. Tuhan memanggil bangsa Israel untuk dikuduskan atau dipisahkan dari bangsa-bangsa lain dan diangkat menjadi umat pilihanNya. Begitu juga Tuhan Yesus datang ke dunia untuk mencari dan menyelamatkan kita orang-orang berdosa dan memisahkan kita dari dunia ini, serta menjadikan kita sebagai "...bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil keluar dai kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib;" (1 Petrus 2:9).
Alkitab menyatakan bahwa melalui karya kudusNya di kayu salib Yesus membenarkan, meneguduskan, menebus kita (baca 1 Korintus 1:30). Karena telah dipisahkan dari dosa, Tuhan menghendaki kita juga 'berbeda' dari dunia dan tidak turut dalam perbuatan-perbuatan mereka.
"Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (2 Korintus 6:17).
Subscribe to:
Posts (Atom)