Thursday, October 27, 2011

HIDUP KEKRISTENAN: Terpisah dari Dosa!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  27 Oktober 2011 -

Baca:  Keluaran 19

"Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus.  Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel."  Keluaran 19:6

"Kekudusan lagi!  Topik itu melulu, bosan ahh!"  Mungkin itu reaksi kita.  Kekudusan adalah topik yang sangat tidak disukai dan sebisa mungkin dihindari oleh orang Kristen.  Mengapa?  Karena berbicara tentang kekudusan berarti jemaat akan ditegur, dikoreksi, di  'ditelanjangi'  dosa-dosanya.  Namun, mau tidak mau, suka tidak suka, topik itu harus tetap disampaikan kepada orang percaya sampai Tuhan datang kali kedua, karena kekudusan adalah syarat mutlak untuk dapat melihat Tuhan.  "...kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan." (Ibrani 12:14).  Jadi kekudusan adalah sasaran hidup setiap orang percaya.

     Apakah sebenarnya kekudusan itu?  Secara umum kudus berarti tak berdosa.  Siapa manusia yang tidak berdosa, selain Yesus?  Kata kudus dalam bahasa Ibrani adalah qodosh, yang memiliki arti dasar pemisahan.  Kepada Musa Tuhan berfirman demikian:  "Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka:  Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus."  (Imamat 19:2).  Ini menunjukkan bahwa keberadaan Tuhan adalah kudus dan tidak bisa diganggu gugat!  Dia tidak bisa disamakan dengan ilah-ilah lain.  Karena itu Tuhan melarang bangsa Israel menyembah ilah-ilah lain karena hanya Tuhan saja yang layak disembah.  Tuhan memanggil bangsa Israel untuk dikuduskan atau dipisahkan dari bangsa-bangsa lain dan diangkat menjadi umat pilihanNya.  Begitu juga Tuhan Yesus datang ke dunia untuk mencari dan menyelamatkan kita orang-orang berdosa dan memisahkan kita dari dunia ini, serta menjadikan kita sebagai  "...bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil keluar dai kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib;"  (1 Petrus 2:9).

     Alkitab menyatakan bahwa melalui karya kudusNya di kayu salib Yesus membenarkan, meneguduskan, menebus kita  (baca  1 Korintus 1:30).  Karena telah dipisahkan dari dosa, Tuhan menghendaki kita juga  'berbeda'  dari dunia dan tidak turut dalam perbuatan-perbuatan mereka.

"Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu."  (2 Korintus 6:17).

Wednesday, October 26, 2011

JANGAN BIARKAN KESEMPATAN ITU LEWAT!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  26 Oktober 2011 -

Baca:  Galatia 6:1-10

"Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman."  Galatia 6:10

Ada kata bijak yang menyatakan bahwa kesempatan tidak datang untuk kedua kalinya.  Oleh karena itu jangan pernah sia-siakan setiap kesempatan yang ada.  Banyak orang yang menyesal begitu rupa saat kesempatan itu tidak digunakan dengan baik.  Yang ada tinggallah penyesalan.

     Tuhan memberikan kesempatan kepada orang-orang di zaman Nuh selama 120 tahun untuk bertobat, tapi mereka tidak mempergunakannya dengan baik dan akhirnya penyesalan pun tiada guna.  Dan saat Tuhan menenggelamkan bumi dengan air bah, binasalah mereka semua kecuali Nuh dan keluarganya yang selamat.  Begitu juga seluruh penduduk kota Sodam dan Gomora yang dibumihanguskan oleh Tuhan.  Selama masih hidup mereka menyia-nyiakan kesempatan yang ada dan tetap hidup di dalam dosa.  Juga kisah orang kaya dan Lazarus  (baca  Lukas 16:19-31). Saat di dunia si kaya hidup dalam gelimang harta, tapi ia lupa diri dan tidak pernah menabur atau memperhatikan orang-orang lemah.  Akhirnya ia mengalami kebinasaan kekal.  Ia lupa bahwa hidup di dunia ini adalah kesempatan bagi kita untuk mempersiapkan hidup di dalam kekekalan.

     Berapa lama kita memiliki kesempatan hidup di dunia ini?  Selamanyakah?  Dalam mazmurnya Daud berkata,  "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan;  sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap."  (Mazmur 90:10).  Menyadari bahwa kesempatan itu sangatlah terbatas, Daud pun berdoa,  "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."  (Mazmur 90:12).  Jadi tugas kita menemukan kesempata dalam setiap situasi yang ada, sebab jika hidup ini berakhir tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat.  Sesudah mati tidak ada lagi kesempatan untuk berbuat baik bagi diri sendiri atau sesama sehingga raja Salomo menasihati,  "Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, kemana engkau akan pergi."  (Pengkotbah 9:10).

Selagi Tuhan memberi kesempatan, gunakan sebaik mungkin supaya tidak ada penyesalan di kemudian hari!