Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Oktober 2011 -
Baca: Matius 7:24-27
"Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu." Matius 7:25
Meski berada di tengah badai persoalan, jika kehidupan rohani kita dibangun di atas pondasi yang kuat, kita akan tetap kokoh berdiri. Sebaliknya, orang Kristen yag kehidupan rohaninya dibangun di atas pasir akan mudah hancur saat diterpa badai: stres, frustasi, menyalahkan Tuhan dan lalu meninggalkan Tuhan.
Membangun di atas batu (pondasi yang kuat) artinya mendengarkan firman dan juga melakukan firman itu. Sedangkan orang yang membangun di atas pasir adalah orang yang mendengarkan firman tetapi tidak melakukannya. Itulah sebabnya mengapa Tuhan mengijinkan kita berada di 'padang gurun' atau mengalami badai persoalan, yaitu untuk membuktikan apakah kita sudah tinggal dalam firmanNya atau belum. Dengan adanya masalah atau badai persoalan kehidupa rohani seseorang akan terlihat kualitasnya.
Orang Kristen yang hidup dalam firman pasti akan tetap teguh berdiri meski berada di tengah badai, karena ia tahu benar bahwa jika Tuhan mengijinkan hal itu terjadi pasti tidak melebihi kekuatan dan Dia selalu menyediakan jalan ke luar. Ada tertulis: "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13). Namun jika kehidupan rohani kita dibangun di atas pasir kita akan mudah terhempas ketika badai persoalan datang, karena kita tidak berakar kuat di dalam firman seperti yang dikatakan Ayub, "Mereka menjadi seperti jerami di depan angin, seperti sekam yag diterbangkan badai." (Ayub 21:18). Kita tak ubahnya seperti sekam. Apa itu sekam? Sekam adalah kulit padi. Sekam akan bertebaran ke mana-mana jika diterpa angin karena tidak memiliki berat (ringan), tidak berbobot. Oleh karena itu mari terus melekat kepada Tuhan dan hidup seturut akan firmanNya. Badai kehidupan boleh terjadi, tetapi bagi setiap orang percaya ada jaminan pertolongan dari Tuhan.
"Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." Yesaya 46:4
Tuesday, October 25, 2011
Monday, October 24, 2011
TUHAN MENOPANG: Di Segala Perjalanan Hidup Kita!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Oktober 2011 -
Baca: Ulangan 1:19-33
"dan di padang gurun, di mana engkau melihat bahwa Tuhan, Allahmu, mendukung engkau, seperti seseorang mendukung anaknya, sepanjang jalan yang kamu tempuh, sampai kamu tiba di tempat ini." Ulangan 1:31
Empat puluh tahun bukanlah waktu yang singkat, tapi begitu lama dan sangat melelahkan. Itulah yang dialami oleh bangsa Israel: selama 40 tahun mereka harus melintasi padang gurun itu, mulai dari tanah Mesir sampai ke Kanaan, hanya dalam waktu beberapa hari saja. Sebuah perjalanan yang tidak mudah karena di padang gurun hampir tidak akan kita jumpai tanaman, kecuali di tempat-tempat tertentu. Belum lagi perbedaan suhu yang ekstrim antara siang dan malam, serta banyaknya binatang buas yang berkeliaran di padang gurun. Mengapa bangsa Israel begitu lama berada di padang gurun? Itu akibat dari ketidakpercayaan bangsa Israel sendiri sehingga Tuhan membiarkan mereka berputar-putar mengelilingi padang gurun tersebut selama 40 tahun hingga generasi pertama dari bangsa itu tidak ada lagi, hanya Kaleb dan Yosua saja dari generasi pertama bangsa itu yang memasuki Tanah Perjanjian.
Dalam perjalanan hidup ini terkadang kita juga harus mengalami seolah-olah sedang berada di padang gurun. Tetapi ada hal yang hendak Tuhan sampaikan kepada kita: "Sebab Tuhan, Allahmu, memberkati engkau dalam segala pekerjaan tanganmu. Ia memperhatikan perjalananmu melalui padang gurun yang besar ini; keempat puluh tahun ini Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, dan engkau tidak kekuarangan apa pun." (Ulangan 2:7). Di tengah badai kehidupan yang seberat apa pun janganlah sampai kita melupakan segala kebaikan Tuhan. Pengalaman hidup bangsa Israel ini menjadi bukti nyata betapa sempurna penyertaan Tuhan terhadap mereka. Namun meskipun berada di padang gurun selama bertahun-tahun bangsa Israel tetap berada dalam pemeliharaan Tuhan, sehingga mereka tidak kekurangan suatu apa pun juga.
Seringkali ketika permasalah datang menerpa hidup ini kita bertanya: di manakah Tuhan? Kita merasa Tuhan tidak mempedulikan kita dan membiarkan kita bergumul sendirian. Akibatnya kita menjadi lemah dan tak berdaya. Ibarat sebuah bangunan, 'rumah rohani' kita hancur berkeping-keping dan tinggal puing-puing berserakan. Mengapa bisa terjadi?
Sesungguhnya ada banyak orang percaya yang tetap kuat dan mampu bertahan di tengah persoalan.
Baca: Ulangan 1:19-33
"dan di padang gurun, di mana engkau melihat bahwa Tuhan, Allahmu, mendukung engkau, seperti seseorang mendukung anaknya, sepanjang jalan yang kamu tempuh, sampai kamu tiba di tempat ini." Ulangan 1:31
Empat puluh tahun bukanlah waktu yang singkat, tapi begitu lama dan sangat melelahkan. Itulah yang dialami oleh bangsa Israel: selama 40 tahun mereka harus melintasi padang gurun itu, mulai dari tanah Mesir sampai ke Kanaan, hanya dalam waktu beberapa hari saja. Sebuah perjalanan yang tidak mudah karena di padang gurun hampir tidak akan kita jumpai tanaman, kecuali di tempat-tempat tertentu. Belum lagi perbedaan suhu yang ekstrim antara siang dan malam, serta banyaknya binatang buas yang berkeliaran di padang gurun. Mengapa bangsa Israel begitu lama berada di padang gurun? Itu akibat dari ketidakpercayaan bangsa Israel sendiri sehingga Tuhan membiarkan mereka berputar-putar mengelilingi padang gurun tersebut selama 40 tahun hingga generasi pertama dari bangsa itu tidak ada lagi, hanya Kaleb dan Yosua saja dari generasi pertama bangsa itu yang memasuki Tanah Perjanjian.
Dalam perjalanan hidup ini terkadang kita juga harus mengalami seolah-olah sedang berada di padang gurun. Tetapi ada hal yang hendak Tuhan sampaikan kepada kita: "Sebab Tuhan, Allahmu, memberkati engkau dalam segala pekerjaan tanganmu. Ia memperhatikan perjalananmu melalui padang gurun yang besar ini; keempat puluh tahun ini Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, dan engkau tidak kekuarangan apa pun." (Ulangan 2:7). Di tengah badai kehidupan yang seberat apa pun janganlah sampai kita melupakan segala kebaikan Tuhan. Pengalaman hidup bangsa Israel ini menjadi bukti nyata betapa sempurna penyertaan Tuhan terhadap mereka. Namun meskipun berada di padang gurun selama bertahun-tahun bangsa Israel tetap berada dalam pemeliharaan Tuhan, sehingga mereka tidak kekurangan suatu apa pun juga.
Seringkali ketika permasalah datang menerpa hidup ini kita bertanya: di manakah Tuhan? Kita merasa Tuhan tidak mempedulikan kita dan membiarkan kita bergumul sendirian. Akibatnya kita menjadi lemah dan tak berdaya. Ibarat sebuah bangunan, 'rumah rohani' kita hancur berkeping-keping dan tinggal puing-puing berserakan. Mengapa bisa terjadi?
Sesungguhnya ada banyak orang percaya yang tetap kuat dan mampu bertahan di tengah persoalan.
Subscribe to:
Posts (Atom)