Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Oktober 2011 -
Baca: Matius 9:35-38
"Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan." Matius 9:35
Saat berada di bumi Tuhan Yesus tidak pernah berhenti untuk bekerja. Dia berkata, "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga." (Yohanes 5:17). Alkitab pun menyatakan bahwa Yesus datang ke dunia bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani semua orang (baca Matius 20:28). Ayat nas di atas menunjukkan betapa sibuknya Yesus melayani jiwa-jiwa; Ia berjalan berkeliling ke semua kota dan desa sambil mengajar, memberitakan Injil serta menyembuhkan segala penyakit. Demikian sibuknya sampai-sampai Yesus tidak mempunyai tempat untuk sekedar meletakkan kepalaNya (baca Matius 8:20). Walaupun demikian Yesus tidak pernah mengabaikan jam-jam doa; Ia selalu mempunyai waktu untuk berdoa. Di waktu pagi sebelum fajar merekah Yesus bangun dan mengasingkan diriNya untuk berdoa (baca Markus 1:35), bahkan pada waktu malam Ia juga mencari tempat yang sunyi senyap untuk berdoa sepanjang malam (Baca Lukas 6:12).
Ada peribahasa yang mengatakan, 'Time is money'. Banyak orang yang sangat memperhitungkan waktunya secara mendetil. Waktu yang ada sebisa mungkin dipergunakan sebaik-baiknya. Bagi mereka, membuang waktu sama artinya kehilangan keuntungan; semua diukur dengan uang. Dari sekian waktu yang digunakan untuk bekerja (mencari uang), adakah yang mereka gunakan untuk berdoa dan mencari hadirat Tuhan? Tak terkecuali orang Kristen dan mungkin para hamba Tuhan terlalu disibukkan dengan banyak pekerjaan dan juga jadwal pelayanan, sehingga malah tidak punya waktu untuk berdoa. Kita bisa menyediakan waktu berjalan-jalan dengan keluarga, menyalurkan hobi memasak dan berkebun, berolahraga, nonton konser musik dan lain-lain, tetapi kita sulit menyediakan waktu untuk berdoa 1 jam sama. Untuk perkara-perkara rohani kita tidak bisa mengatur dan membagi waktu! Tapi untuk perkara-perkara duniawi (daging), apa pun itu pasti kita sempat-sempatkan. Sibuk! Sibuk! Itu yang kita katakan. Kita tidak ada waktu untuk berdoa. Iblis akan bersorak-sorai bila kita melalaikan doa. Semakin kita meninggalkan doa semakin mudah Iblis menghancurkan hidup kita.
Jangan hanya berdoa saat dalam masalah saja, tapi berdoalah setiap waktu!
Thursday, October 20, 2011
Wednesday, October 19, 2011
DOA PRIBADI: Sebagai Kebutuhan Utama
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Oktober 2011 -
Baca: Markus 1:35-39
"Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana." Markus 1:35
Sebagai orang percaya, terlebih lagi kita yang sudah terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, pasti dengan sendirinya juga memiliki doa pribadi di rumah setiap hari. Bukankah demikian? Kenyataannya masih banyak dari kita yang kurang menyadari betapa pentingnya doa itu. Selama kita belum menjadikan doa sebagai kebutuhan utama kita seperti makan, minum, tidur atau bekerja, kita belum memiliki kehidupan doa. Rahasia kehidupan seorang Kristen yang berhasil dan diberkati adalah memiliki doa pribadi setiap hari. Doa pribadi bukan hanya berlaku bagi para hamba Tuhan atau pengerja gereja namun untuk semua orang Kristen tanpa terkecuali. Doa pribadi bukanlah suatu kewajiban agama, tetapi harus menjadi bagian hidup kita yang terus-menerus mengalir seperti sungai. Tidak ada orang yang terlalu pintar, terlalu payah, terlalu susah atau terlalu repot yang tidak dapat melakukan doa secara pribadi.
Tuhan Yesus mengajar agar kita melakukan doa pribadi dengan cara demikian: "...masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Matius 6:6), dan bertekun di dalam doa sampai kita menerima apa yang kita butuhkan. Tertulis: "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (Lukas 18:7). Keberhasilan Rasul Paulus menjungkirbalikkan dunia dengan Injil bukanlah karena kepintarannya, tapi karena kekuatan doanya. Itulah sebabnya Rasul Paulus menasihati, "Tetaplah berdoa." (1 Tesalonika 5:17).
Sudahkah kita memiliki kehidupan doa secara pribadi setiap hari dan melakukannya dengan penuh ketekunan? Masihkah kita ogah-ogahan berdoa dan merasa tidak yakin dengan doa kita sendiri, sehingga selalu berharap kepada pendeta atau hamba Tuhan besar yang berdoa bagi kita? Ataukah kita mengucapkan doa dengan sungguh hanya saat berada di gereja, sedangkan saat di rumah kita lebih banyak berada di depan televisi atau tidur mendengkur? Kemalasan kita dalam berdoa adalah akar dari segala kelemahan dan kegagalan kita.
Jika kita ingin menerima yang baik dari Tuhan dan rindu dipakaiNya secara luar biasa, kita harus meningkatkan intensitas doa kita!
Baca: Markus 1:35-39
"Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana." Markus 1:35
Sebagai orang percaya, terlebih lagi kita yang sudah terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, pasti dengan sendirinya juga memiliki doa pribadi di rumah setiap hari. Bukankah demikian? Kenyataannya masih banyak dari kita yang kurang menyadari betapa pentingnya doa itu. Selama kita belum menjadikan doa sebagai kebutuhan utama kita seperti makan, minum, tidur atau bekerja, kita belum memiliki kehidupan doa. Rahasia kehidupan seorang Kristen yang berhasil dan diberkati adalah memiliki doa pribadi setiap hari. Doa pribadi bukan hanya berlaku bagi para hamba Tuhan atau pengerja gereja namun untuk semua orang Kristen tanpa terkecuali. Doa pribadi bukanlah suatu kewajiban agama, tetapi harus menjadi bagian hidup kita yang terus-menerus mengalir seperti sungai. Tidak ada orang yang terlalu pintar, terlalu payah, terlalu susah atau terlalu repot yang tidak dapat melakukan doa secara pribadi.
Tuhan Yesus mengajar agar kita melakukan doa pribadi dengan cara demikian: "...masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Matius 6:6), dan bertekun di dalam doa sampai kita menerima apa yang kita butuhkan. Tertulis: "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (Lukas 18:7). Keberhasilan Rasul Paulus menjungkirbalikkan dunia dengan Injil bukanlah karena kepintarannya, tapi karena kekuatan doanya. Itulah sebabnya Rasul Paulus menasihati, "Tetaplah berdoa." (1 Tesalonika 5:17).
Sudahkah kita memiliki kehidupan doa secara pribadi setiap hari dan melakukannya dengan penuh ketekunan? Masihkah kita ogah-ogahan berdoa dan merasa tidak yakin dengan doa kita sendiri, sehingga selalu berharap kepada pendeta atau hamba Tuhan besar yang berdoa bagi kita? Ataukah kita mengucapkan doa dengan sungguh hanya saat berada di gereja, sedangkan saat di rumah kita lebih banyak berada di depan televisi atau tidur mendengkur? Kemalasan kita dalam berdoa adalah akar dari segala kelemahan dan kegagalan kita.
Jika kita ingin menerima yang baik dari Tuhan dan rindu dipakaiNya secara luar biasa, kita harus meningkatkan intensitas doa kita!
Subscribe to:
Posts (Atom)