Wednesday, October 19, 2011

DOA PRIBADI: Sebagai Kebutuhan Utama

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  19 Oktober 2011 -

Baca:  Markus 1:35-39

"Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar.  Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana."  Markus 1:35

Sebagai orang percaya, terlebih lagi kita yang sudah terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, pasti dengan sendirinya juga memiliki doa pribadi di rumah setiap hari.  Bukankah demikian?  Kenyataannya masih banyak dari kita yang kurang menyadari betapa pentingnya doa itu.  Selama kita belum menjadikan doa sebagai kebutuhan utama kita seperti makan, minum, tidur atau bekerja, kita belum memiliki kehidupan doa.  Rahasia kehidupan seorang Kristen yang berhasil dan diberkati adalah memiliki doa pribadi setiap hari.  Doa pribadi bukan hanya berlaku bagi para hamba Tuhan atau pengerja gereja namun untuk semua orang Kristen tanpa terkecuali.  Doa pribadi bukanlah suatu kewajiban agama, tetapi harus menjadi bagian hidup kita yang terus-menerus mengalir seperti sungai.  Tidak ada orang yang terlalu pintar, terlalu payah, terlalu susah atau terlalu repot yang tidak dapat melakukan doa secara pribadi.

     Tuhan Yesus mengajar agar kita melakukan doa pribadi dengan cara demikian:  "...masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi.  Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."  (Matius 6:6), dan bertekun di dalam doa sampai kita menerima apa yang kita butuhkan.  Tertulis:  "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya?  Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?"  (Lukas 18:7).  Keberhasilan Rasul Paulus menjungkirbalikkan dunia dengan Injil bukanlah karena kepintarannya, tapi karena kekuatan doanya.  Itulah sebabnya Rasul Paulus menasihati,  "Tetaplah berdoa."  (1 Tesalonika 5:17).

     Sudahkah kita memiliki kehidupan doa secara pribadi setiap hari dan melakukannya dengan penuh ketekunan?  Masihkah kita ogah-ogahan berdoa dan merasa tidak yakin dengan doa kita sendiri, sehingga selalu berharap kepada pendeta atau hamba Tuhan besar yang berdoa bagi kita?  Ataukah kita mengucapkan doa dengan sungguh hanya saat berada di gereja, sedangkan saat di rumah kita lebih banyak berada di depan televisi atau tidur mendengkur?  Kemalasan kita dalam berdoa adalah akar dari segala kelemahan dan kegagalan kita. 

Jika kita ingin menerima yang baik dari Tuhan dan rindu dipakaiNya secara luar biasa, kita harus meningkatkan intensitas doa kita!

Tuesday, October 18, 2011

PENGENALAN AKAN TUHAN: Menyadari Panggilan Kita!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  18 Oktober 2011 -

Baca:  Hosea 6:1-6

"Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran."  Hosea 6:6

Memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan adalah sangat penting bagi orang percaya, karena tanpa pengenalan yang benar akan Tuhan iman kita tidak akan bertumbuh.  Memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan membuat kita semakin memahami rencana-rencanaNya dan juga keberadaan kita di dalam Dia.  Oleh karena itu rasul Paulus berdoa untuk jemaat di Efesus:  "...meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar."  (Efesus 1:17).  Itulah yang disukai dan dirindukan Tuhan.

     Mengenal Tuhan berbeda dengan sekedar tahu akan Tuhan.  Dalam pengenalan akan Tuhan terkandung suatu hubungan yang erat, penyerahan diri penuh dan juga kepercayaan.  Semakin kita mengenal Tuhan semakin kita memahami panggilan Tuhan, dan semakin menyadari keberadaan kita di hadapanNya.  Tuhan berkata,  "...engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan aku ini mengasihi engkau,..."  (Yesaya 43:4a).  Pengenalan akan Tuhan membuat kita dapat mengerti panggilanNya sehingga kita sadar betapa mulianya bagian yang ditentukan Tuhan bagi kita.  Namun ada banyak orang percaya yang belum menyadari bagian yang mulia yang disediakan Tuhan bagi mereka, karena tidak mengerti panggilan Tuhan di dalam hidupnya.  Panggilan berbeda dari karunia, karena panggilan berbicara tentang suatu tempat atau posisi di mana kita berada yang dikehendaki oleh Tuhan.  Alkitab menyatakan,  "Dahulu memang kamu hamba dosa,... Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran."  (Roma 6:17b-18).  Tuhan memanggil kita sebagai hambaNya, bukan hamba dosa, melainkan menjadi hamba kebenaran.  Salah satu ciri hamba adalah tidak punya hak berbicara, hanya tunduk dan wajib menaati segala perintah tuannya.

     Sebagai umat yang telah dimerdekakan dari dosa, kita wajib hidup dalam kebenaran, tidak lagi hidup menurut keinginan daging.  Dikatakan,  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).  Sudahkah kita menjadi hamba-hamba Tuhan yang taat dan mengabdikan hidup sepenuhnya bagi Tuhan?

Paulus berkata,  "Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus."  Galatia 1:10c