Friday, October 14, 2011

ORANG KRISTEN ADALAH TERANG DUNIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  14 Oktober 2011 -

Baca:  Matius 5:13-16

"Kamu adalah terang dunia.  Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi."  Matius 5:14

Di zaman Tuhan Yesus orang-orang memakai pelita sebagai alat penerangan.  Ada unsur-unsur dalam sebuah pelita yang membuatnya bisa menyala:  harus ada bejana, entah terbuat dari emas, perak atau pun besi, minyak, sumbu dan juga sumber api.  Masing-masing unsur itu melengkapi satu sama lain sehingga menghasilkan cahaya atau terang.  Jika hanya ada sumbu saja tanpa ada bejana atau minyak maka pelita itu tidak akan bisa menyala, bahkan tidak bisa disebut pelita.

     2.  Terang Dunia.  Itulah keberadaan orang percaya, harus bisa menjadi terang bagi dunia.  Dikatakan,  "...orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu."  (Matius 5:15).  Artinya terang dari Tuhan itu tidak boleh ditutupi, disembunyikan, terlebih lagi dipadamkan.  Terang dari Tuhan harus dinyatakan kepada seluruh orang, harus diangkat ke tempat yang lebih tinggi sehingga memberi terang kepada dunia sekitar laksana kota yang letaknya di atas bukit, di mana keberadaannya jelas terlihat dan tidak mungkin disembunyikan.  Itulah keberaaan kita sebagai orang percaya yang adalah terang di tengah kegelapan dunia ini.  Orang lain akan melihat kita dengan jelas.  Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa pelita itu tidak boleh ditaruh di bawah gantang, yang artinya dimatikan, sehingga sama sekali tidak memiliki fungsi sebagai pelita lagi.  Atau ditaruh di bawah tempat tidur, artinya disembunyikan, sehingga pelita itu pun tidak akan bisa menerangi seluruh rumah.

     Hidup kita tidak boleh menjadi hidup yang ditutupi oleh gantang, melainkan harus transparan, sehingga bisa terlihat oleh orang lain.  Alkitab menyatakan,  "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan.  Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,"  (Efesus 5:8-9).  Menjadi terang berarti hidup kita menjadi kesaksian bagi orang lain.  Kesaksian hidup kita berbicara lebih tajam dari perkataan kita.  Kesaksian hidup kita lebih penting daripada kotbah yang kita sampaikan.  Bila di dalam kita ada Kristus, tanpa harus digembar-gemborkan, orang lain akan tahu dari perbuatan kita.

Sudahkah kita menjadi pelita yang menyala dan menjadi kesaksian yang hidup bagi orang-orang di sekitar kita?

Thursday, October 13, 2011

ORANG KRISTEN ADALAH GARAM DUNIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  13 Oktober 2011 -

Baca:  Matius 5:13-16

"Kamu adalah garam dunia.  Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?  Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang."  Matius 5:13

Saat mengajar orang banyak terkadang Yesus menggunkan perumpamaan sederhana dengan menggunakan hal-hal yang mudah dipahami oleh orang-orang Yahudi, yaitu sesuatu yang biasa mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari agar mereka dapat menangkap makna kebenaran firman yang disampaikanNya itu lebih jelas lagi.

     Pada suatu kesempatan Yesus menyampaikan dua hal penting yang harus dipahami oleh setiap orang percaya tentang keberadaannya sebagai garam dunia dan terang dunia.  1.  Garam Dunia.  Pulau Madura di Jawa Timur mendapat julukan sebagai pulau garam.  Mengapa?  Karena di pulau ini dihasilkan banyak garam.  Siapa yang tidak tahu garam?  Dapat dipastikan semua orang, besar kecil, tua muda, kaya miskin, di mana pun mereka tinggal, pernah menggunakan dan mengenal rasa garam, sebab garam selalu tersedia di dapur rumah setiap orang.  Mungkin di rumah kita tidak ada mobil, tidak ada AC, tidak ada kulkas, tetapi minimal pasti ada garam.  Benda ini kelihatannya sangat sepele, berharga murah, tetapi sangat dibutuhkan oleh semua orang.

     Apa maksud Tuhan Yesus menyatakan bahwa setiap orang percaya adalah garam dunia?  Pertanyaan Yesus ini adalah sebagai penegasan, bukan himbauan atau perintah, melainkan suatu penegasan bahwa keberadaan orang percaya itu bernilai dan mempunyai fungsi penting bagi lingkungan mereka.  Namun,  "Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?  Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang."  Kita tahu bahwa garam itu baru ada gunanya kalau ada rasa asinnya sehingga makanan yang hambar menjadi berasa, bisa pula membunuh kuman dan mencegah pembusukan.  Namun untuk menjadi garam dunia ada harga yang harus dibayar, diperlukan pengorbanan sebagaimana garam pun mengorbankan dirinya.  Garam harus meleleh, melebur dan tidak terlihat lagi wujudnya, yang tinggal hanya rasanya.  Sanggupkah kita?  Sampai saat ini masih banyak orang Kristen yang belum bisa menjalankan fungsinya sebagai garam dunia karena memiliki hidup yang tak jauh berbeda dari orang-orang di luar Tuhan.

Jika kita tidak bisa menjadi garam dunia atau berkat bagi orang lain, berarti kita telah gagal menjalankan hidup kekristenan kita.