Thursday, October 13, 2011

ORANG KRISTEN ADALAH GARAM DUNIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  13 Oktober 2011 -

Baca:  Matius 5:13-16

"Kamu adalah garam dunia.  Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?  Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang."  Matius 5:13

Saat mengajar orang banyak terkadang Yesus menggunkan perumpamaan sederhana dengan menggunakan hal-hal yang mudah dipahami oleh orang-orang Yahudi, yaitu sesuatu yang biasa mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari agar mereka dapat menangkap makna kebenaran firman yang disampaikanNya itu lebih jelas lagi.

     Pada suatu kesempatan Yesus menyampaikan dua hal penting yang harus dipahami oleh setiap orang percaya tentang keberadaannya sebagai garam dunia dan terang dunia.  1.  Garam Dunia.  Pulau Madura di Jawa Timur mendapat julukan sebagai pulau garam.  Mengapa?  Karena di pulau ini dihasilkan banyak garam.  Siapa yang tidak tahu garam?  Dapat dipastikan semua orang, besar kecil, tua muda, kaya miskin, di mana pun mereka tinggal, pernah menggunakan dan mengenal rasa garam, sebab garam selalu tersedia di dapur rumah setiap orang.  Mungkin di rumah kita tidak ada mobil, tidak ada AC, tidak ada kulkas, tetapi minimal pasti ada garam.  Benda ini kelihatannya sangat sepele, berharga murah, tetapi sangat dibutuhkan oleh semua orang.

     Apa maksud Tuhan Yesus menyatakan bahwa setiap orang percaya adalah garam dunia?  Pertanyaan Yesus ini adalah sebagai penegasan, bukan himbauan atau perintah, melainkan suatu penegasan bahwa keberadaan orang percaya itu bernilai dan mempunyai fungsi penting bagi lingkungan mereka.  Namun,  "Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?  Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang."  Kita tahu bahwa garam itu baru ada gunanya kalau ada rasa asinnya sehingga makanan yang hambar menjadi berasa, bisa pula membunuh kuman dan mencegah pembusukan.  Namun untuk menjadi garam dunia ada harga yang harus dibayar, diperlukan pengorbanan sebagaimana garam pun mengorbankan dirinya.  Garam harus meleleh, melebur dan tidak terlihat lagi wujudnya, yang tinggal hanya rasanya.  Sanggupkah kita?  Sampai saat ini masih banyak orang Kristen yang belum bisa menjalankan fungsinya sebagai garam dunia karena memiliki hidup yang tak jauh berbeda dari orang-orang di luar Tuhan.

Jika kita tidak bisa menjadi garam dunia atau berkat bagi orang lain, berarti kita telah gagal menjalankan hidup kekristenan kita.

Wednesday, October 12, 2011

UANG DAN KEKAYAAN: Tak Dapat Memuaskan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  12 Oktober 2011 -

Baca:  Pengkotbah 5:7-19

"Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya."  Pengkotbah 5:9a

Banyak orang mengukur dan menilai keberhasilan dan kebahagiaan dengan uang atau kekayaan yang dimiliki.  Bisa dimaklumi, karena dengan memiliki uang seseorang bisa mendapatkan segalanya:  tidur di hotel berbintang, berkeliling dunia, beli rumah di kawasan elite, beli mobil mewah, mendapatkan isteri cantik dan sebagainya.  Apakah dengan uang dan kekayaan orang benar-benar berbahagia dan puas?  Ayat nas jelas menyatakan bahwa  "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tiadak akan puas dengan penghasilannya."

     Orang yang memiliki banyak uang sampai kapan pun tidak akan pernah puas dengan uang yang dimilikinya.  Begitu pula orang kaya, tidak pernah puas akan kekayaannya.  Seringkali kita menganggap bahwa ada hubungan erat antara kepuasan dengan jumlah uang atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang.  Kita mengira jika orang mempunyai uang dalam jumlah besar ia akan merasa puas dan berbahagia.  Ketika seseorang mendapatkan gaji 1 juta rupiah/bulan, ia berpikir bahwa hidupnya akan lebih dari cukup dan berbahagia jika gajinya 3 juta rupiah/bulan.  Anggapan ini kelihatannya benar, tapi ketika ia mendapatkan gaji 3 juta rupiah/bulan ia merasakan bahwa masih banyak hal yang tidak bisa dipenuhi dengan gajinya tersebut.  Kita selalu merasa masih kurang dan tidak pernah merasa cukup.

     Bolehkah kita memiliki banyak uang dan menjadi kaya?  Tentu saja setiap orang percaya boleh memiliki banyak uang dan menikmati kekayaan yang diperolehnya, hanya saja dengan cara yang bekenan kepada Tuhan.  Dan jangan sampai kita menjadi tamak akan uang!  Uang dan kekayaan itu sendiri tidak membahayakan, tetapi cinta uang dan kekayaan itulah yang berbahaya,  "Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka."  (1 Timotius 6:10b).  Alkitab tidak mengatakan bahwa uang adalah akar segala kejahatan, tetapi cinta uang itu adalah akar segala kejahatan.  Uang adalah baik, tidak jahat, tetapi manusia yang terperangkap ke dalam ketamakan, kikir, iri hati dan sebagainya inilah yang menyimpang dari firman Tuhan, karena saat ini banyak orang ingin cepat kaya dengan cara yang salah.

Sebanyak apa pun harta kita, tidak sepeser pun kita bawa saat kita meninggalkan dunia ini!