Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Oktober 2011 -
Baca: Pengkotbah 5:7-19
"Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya." Pengkotbah 5:9a
Banyak orang mengukur dan menilai keberhasilan dan kebahagiaan dengan uang atau kekayaan yang dimiliki. Bisa dimaklumi, karena dengan memiliki uang seseorang bisa mendapatkan segalanya: tidur di hotel berbintang, berkeliling dunia, beli rumah di kawasan elite, beli mobil mewah, mendapatkan isteri cantik dan sebagainya. Apakah dengan uang dan kekayaan orang benar-benar berbahagia dan puas? Ayat nas jelas menyatakan bahwa "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tiadak akan puas dengan penghasilannya."
Orang yang memiliki banyak uang sampai kapan pun tidak akan pernah puas dengan uang yang dimilikinya. Begitu pula orang kaya, tidak pernah puas akan kekayaannya. Seringkali kita menganggap bahwa ada hubungan erat antara kepuasan dengan jumlah uang atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang. Kita mengira jika orang mempunyai uang dalam jumlah besar ia akan merasa puas dan berbahagia. Ketika seseorang mendapatkan gaji 1 juta rupiah/bulan, ia berpikir bahwa hidupnya akan lebih dari cukup dan berbahagia jika gajinya 3 juta rupiah/bulan. Anggapan ini kelihatannya benar, tapi ketika ia mendapatkan gaji 3 juta rupiah/bulan ia merasakan bahwa masih banyak hal yang tidak bisa dipenuhi dengan gajinya tersebut. Kita selalu merasa masih kurang dan tidak pernah merasa cukup.
Bolehkah kita memiliki banyak uang dan menjadi kaya? Tentu saja setiap orang percaya boleh memiliki banyak uang dan menikmati kekayaan yang diperolehnya, hanya saja dengan cara yang bekenan kepada Tuhan. Dan jangan sampai kita menjadi tamak akan uang! Uang dan kekayaan itu sendiri tidak membahayakan, tetapi cinta uang dan kekayaan itulah yang berbahaya, "Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:10b). Alkitab tidak mengatakan bahwa uang adalah akar segala kejahatan, tetapi cinta uang itu adalah akar segala kejahatan. Uang adalah baik, tidak jahat, tetapi manusia yang terperangkap ke dalam ketamakan, kikir, iri hati dan sebagainya inilah yang menyimpang dari firman Tuhan, karena saat ini banyak orang ingin cepat kaya dengan cara yang salah.
Sebanyak apa pun harta kita, tidak sepeser pun kita bawa saat kita meninggalkan dunia ini!
Wednesday, October 12, 2011
Tuesday, October 11, 2011
DUDUK DIAM DI BAWAH KAKI YESUS!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Oktober 2011 -
Baca: Lukas 10:38-42
"Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya." Lukas 10:39b
Adalah lebih mudah bagi seseorang untuk tampil di muka, berbicara, tampak sibuk dan dikenal oleh banyak orang, karena hampir semua orang ingin pekerjaannya dipuji dan dihargai oleh orang lain. Tetapi tidak mudah bagi kita untuk duduk di tempat yang 'rendah' dan mau menjadi seorang pendengar yang baik.
Inilah yang dilakukan Maria, memilih duduk diam di bawah kaki Tuhan untuk mendengarkan perkataanNya. Maria menyadari bahwa "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Ini menunjukkan bahwa Maria telah terbiasa merendahkan diri mencari Tuhan dengan sepenuh hati dalam doa, sehingga mudah baginya duduk tenang berjam-jam mendengarkan apa yang Yesus ajarkan. Berbeda dengan saudaranya, Marta, yang lebih memilih menyibukkan diri sampai-sampai Yesus menegurnya, "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara," (ayat 41). Orang yang senang duduk diam di bawah kaki Tuhan dan mencari wajahNya adalah orang yang tekun berdoa, bukan hanya berdoa untuk kepentingan diri sendiri, tapi juga tipe orang yang terbeban.
Sesibuk apakah kita sehingga tidak memiliki waktu untuk duduk diam di bawah kaki Tuhan? Jangankan berdoa syafaat, berdoa untuk diri sendiri saja mungkin kita jarang melakukannya. Berdoa adalah membangun hubungan dengan Tuhan, sedangkan bersyafaat artinya menghubungkan orang lain dengan Tuhan, atau berdoa untuk kepentingan orang lain. Mengapa kita harus mendoakan orang lain? Karena kita ada sebagaimana saat ini juga tidak terlepas dari doa syafaat yang dipanjatkan saudara seiman lainnya. Yakobus 5:16 mengatakan, "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." Jadi Tuhan hanya mendengar doa yang dinaikkan oleh orang benar. Siapa orang benar itu? Orang yang hidup dalam ketaatan (melakukan firmanNya). Ada pun kata dengan yakin berarti percaya dengan sungguh dan tidak ragu. Alkitab menyatakan bahwa Tuhan "...melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia." (2 Tawarikh 16:9a).
Ketekunan Maria dalam doa menghasilkan dampak yang luar biasa: Tuhan mendengar doanya sehingga Lazarus yang sudah mati selama 4 hari dihidupkan kembali.
Baca: Lukas 10:38-42
"Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya." Lukas 10:39b
Adalah lebih mudah bagi seseorang untuk tampil di muka, berbicara, tampak sibuk dan dikenal oleh banyak orang, karena hampir semua orang ingin pekerjaannya dipuji dan dihargai oleh orang lain. Tetapi tidak mudah bagi kita untuk duduk di tempat yang 'rendah' dan mau menjadi seorang pendengar yang baik.
Inilah yang dilakukan Maria, memilih duduk diam di bawah kaki Tuhan untuk mendengarkan perkataanNya. Maria menyadari bahwa "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Ini menunjukkan bahwa Maria telah terbiasa merendahkan diri mencari Tuhan dengan sepenuh hati dalam doa, sehingga mudah baginya duduk tenang berjam-jam mendengarkan apa yang Yesus ajarkan. Berbeda dengan saudaranya, Marta, yang lebih memilih menyibukkan diri sampai-sampai Yesus menegurnya, "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara," (ayat 41). Orang yang senang duduk diam di bawah kaki Tuhan dan mencari wajahNya adalah orang yang tekun berdoa, bukan hanya berdoa untuk kepentingan diri sendiri, tapi juga tipe orang yang terbeban.
Sesibuk apakah kita sehingga tidak memiliki waktu untuk duduk diam di bawah kaki Tuhan? Jangankan berdoa syafaat, berdoa untuk diri sendiri saja mungkin kita jarang melakukannya. Berdoa adalah membangun hubungan dengan Tuhan, sedangkan bersyafaat artinya menghubungkan orang lain dengan Tuhan, atau berdoa untuk kepentingan orang lain. Mengapa kita harus mendoakan orang lain? Karena kita ada sebagaimana saat ini juga tidak terlepas dari doa syafaat yang dipanjatkan saudara seiman lainnya. Yakobus 5:16 mengatakan, "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." Jadi Tuhan hanya mendengar doa yang dinaikkan oleh orang benar. Siapa orang benar itu? Orang yang hidup dalam ketaatan (melakukan firmanNya). Ada pun kata dengan yakin berarti percaya dengan sungguh dan tidak ragu. Alkitab menyatakan bahwa Tuhan "...melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia." (2 Tawarikh 16:9a).
Ketekunan Maria dalam doa menghasilkan dampak yang luar biasa: Tuhan mendengar doanya sehingga Lazarus yang sudah mati selama 4 hari dihidupkan kembali.
Subscribe to:
Posts (Atom)