Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Oktober 2011 -
Baca: Lukas 10:38-42
"Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya." Lukas 10:39b
Adalah lebih mudah bagi seseorang untuk tampil di muka, berbicara, tampak sibuk dan dikenal oleh banyak orang, karena hampir semua orang ingin pekerjaannya dipuji dan dihargai oleh orang lain. Tetapi tidak mudah bagi kita untuk duduk di tempat yang 'rendah' dan mau menjadi seorang pendengar yang baik.
Inilah yang dilakukan Maria, memilih duduk diam di bawah kaki Tuhan untuk mendengarkan perkataanNya. Maria menyadari bahwa "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Ini menunjukkan bahwa Maria telah terbiasa merendahkan diri mencari Tuhan dengan sepenuh hati dalam doa, sehingga mudah baginya duduk tenang berjam-jam mendengarkan apa yang Yesus ajarkan. Berbeda dengan saudaranya, Marta, yang lebih memilih menyibukkan diri sampai-sampai Yesus menegurnya, "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara," (ayat 41). Orang yang senang duduk diam di bawah kaki Tuhan dan mencari wajahNya adalah orang yang tekun berdoa, bukan hanya berdoa untuk kepentingan diri sendiri, tapi juga tipe orang yang terbeban.
Sesibuk apakah kita sehingga tidak memiliki waktu untuk duduk diam di bawah kaki Tuhan? Jangankan berdoa syafaat, berdoa untuk diri sendiri saja mungkin kita jarang melakukannya. Berdoa adalah membangun hubungan dengan Tuhan, sedangkan bersyafaat artinya menghubungkan orang lain dengan Tuhan, atau berdoa untuk kepentingan orang lain. Mengapa kita harus mendoakan orang lain? Karena kita ada sebagaimana saat ini juga tidak terlepas dari doa syafaat yang dipanjatkan saudara seiman lainnya. Yakobus 5:16 mengatakan, "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." Jadi Tuhan hanya mendengar doa yang dinaikkan oleh orang benar. Siapa orang benar itu? Orang yang hidup dalam ketaatan (melakukan firmanNya). Ada pun kata dengan yakin berarti percaya dengan sungguh dan tidak ragu. Alkitab menyatakan bahwa Tuhan "...melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia." (2 Tawarikh 16:9a).
Ketekunan Maria dalam doa menghasilkan dampak yang luar biasa: Tuhan mendengar doanya sehingga Lazarus yang sudah mati selama 4 hari dihidupkan kembali.
Tuesday, October 11, 2011
Monday, October 10, 2011
JANGAN TAKUT: Tuhan Sanggup Membuka Jalan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Oktober 2011 -
Baca: Yesaya 43:8-21
"Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara." Yesaya 43:19
Pernahkah Saudara mengalami jalan buntu dalam permasalahan? Apa yang dilakukan seseorang ketika sedang mengahdapi jalan buntu? Pada umumnya mereka menjadi putus asa dan cenderung mengandalkan kekuatan lain, baik itu kekuatan manusia atau bahkan lari kepada kuasa gelap, yang penting masalahnya segera mendapatkan jalan keluar.
Bangsa Israel juga pernah mengalami jalan buntu. Tatkala keluar dari Mesir untuk menuju tanah Perjanjian, mereka dikejar-kejar pasukan Firaun. Sementara di depan mereka terbentang Laut Teberau, dari kanan kiri mereka terhimpit gugusan gunung-gunung. Secara logika, bangsa Israel benar-benar mengalami jalan buntu. Bangsa Israel yang adalah bangsa pilihan Tuhan juga diijinkan mengalami masalah, oleh karena itu jgangan heran bila kita pun menghadapi masalah meski dalam bentuk berbeda. Namun Tuhan tidak pernah mengajarkan kita untuk lari dari masalah itu, melainkan berani menghadapinya karena Ia menyertai kita. "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13). Saat menghadapi jalan buntu, bangsa Israel menjadi sangat takut, sepertinya mustahil lepas dari kejaran tentara Firaun. Saat terdesak inilah mereka berseru-seru kepada Tuhan dan Ia menyelamatkan mereka dengan caraNya yang ajaib. Sungguh benar firmanNya, "Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." (Mazmur 50:15). Milikilah penyerahan diri penuh kepada Tuhan dan andalkan Dia dalam segala hal. Jangan menunggu sampai kita berada dalam masalah. Yakinlah bahwa Tuhan pasti sanggup membuka jalan baru untuk setiap permasalahan yang kita alami. Reaksi pertama bangsa Israel ketika mengalami jalan buntu adalah ingin kembali ke Mesir. Mereka berpikir lebih menjadi budak di Mesir daripada harus mati sia-sia di padang gurun.
Adakalanya kita harus mengalami persoalan. Bukan berarti Tuhan tidak mengasihi kita, justru Dia ingin membentuk dan melatih iman kita supaya makin berakar kuat di dalamNya. "...Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:6). Masalah justru menjadi alat bagi Tuhan menyatakan kuasaNya atas kita.
Selalu ada jalan buat persoalan kita!
Baca: Yesaya 43:8-21
"Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara." Yesaya 43:19
Pernahkah Saudara mengalami jalan buntu dalam permasalahan? Apa yang dilakukan seseorang ketika sedang mengahdapi jalan buntu? Pada umumnya mereka menjadi putus asa dan cenderung mengandalkan kekuatan lain, baik itu kekuatan manusia atau bahkan lari kepada kuasa gelap, yang penting masalahnya segera mendapatkan jalan keluar.
Bangsa Israel juga pernah mengalami jalan buntu. Tatkala keluar dari Mesir untuk menuju tanah Perjanjian, mereka dikejar-kejar pasukan Firaun. Sementara di depan mereka terbentang Laut Teberau, dari kanan kiri mereka terhimpit gugusan gunung-gunung. Secara logika, bangsa Israel benar-benar mengalami jalan buntu. Bangsa Israel yang adalah bangsa pilihan Tuhan juga diijinkan mengalami masalah, oleh karena itu jgangan heran bila kita pun menghadapi masalah meski dalam bentuk berbeda. Namun Tuhan tidak pernah mengajarkan kita untuk lari dari masalah itu, melainkan berani menghadapinya karena Ia menyertai kita. "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13). Saat menghadapi jalan buntu, bangsa Israel menjadi sangat takut, sepertinya mustahil lepas dari kejaran tentara Firaun. Saat terdesak inilah mereka berseru-seru kepada Tuhan dan Ia menyelamatkan mereka dengan caraNya yang ajaib. Sungguh benar firmanNya, "Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." (Mazmur 50:15). Milikilah penyerahan diri penuh kepada Tuhan dan andalkan Dia dalam segala hal. Jangan menunggu sampai kita berada dalam masalah. Yakinlah bahwa Tuhan pasti sanggup membuka jalan baru untuk setiap permasalahan yang kita alami. Reaksi pertama bangsa Israel ketika mengalami jalan buntu adalah ingin kembali ke Mesir. Mereka berpikir lebih menjadi budak di Mesir daripada harus mati sia-sia di padang gurun.
Adakalanya kita harus mengalami persoalan. Bukan berarti Tuhan tidak mengasihi kita, justru Dia ingin membentuk dan melatih iman kita supaya makin berakar kuat di dalamNya. "...Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:6). Masalah justru menjadi alat bagi Tuhan menyatakan kuasaNya atas kita.
Selalu ada jalan buat persoalan kita!
Subscribe to:
Posts (Atom)