Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Oktober 2011 -
Baca: Mazmur 27
"Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan!" Mazmur 27:14
Di sepanjang perjalanan hidup ini kita tak pernah lepas dari kata menanti. Sepasang suami isteri sedang berdebar-debar menanti kelahiran bayinya; seorang gadis menantikan kedatangan suami yang lama merantau ke luar negeri dan tak pulang-pulang. Harus kita akui bahwa menanti adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan sangat membosankan. Juga dalam hal menantikan janji Tuhan digenapi, banyak orang Kristen yang sudah merasa jemu dan bosan sehingga mereka tidak lagi berharap kepada Tuhan, bukannya menguatkan iman dan bersabar. Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa janji Tuhan itu ya dan amin. "apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh." (Habakuk 2:3b). Jadi kita tidak boleh jemu, sebaliknya kita harus tetap sabar dan tekun. Melalui kesabaran dan ketekunan seseorang akan menerima apa yang telah dijanjikanNya sebab segala sesuatu yang dijanjikan Tuhan yang telah dijanjikanNya sebab segala sesuatu yang dijanjikan Tuhan itu tidak terlambat; Tuhan memberkati tepat pada waktuNya.
Mari belajar dari kehidupan Kaleb. Ketika menerima janji Tuhan melalui Musa, Kaleb berusia 40 tahun dan akhirnya janji Tuhan itu digenapi ketika Kaleb berusia 85 tahun. Kita tahu bahwa 45 tahun bukanlah waktu yang pendek melainkan sangat panjang. Namun dalam kurun waktu yang cukup lama ini Kaleb tidak pernah putus asa, apalagi sampai undur dari Tuhan, tetap sungguh-sungguh dan sepenuh hati melayani Tuhan. Kaleb begitu sabar dan tekun sampai janji Tuhan tergenapi dalam hidupnya.
Sudah berapa lama Saudara berdoa meminta sesuatu dari Tuhan? Seringkali ketika belum ada tanda jawaban dari Tuhan kita sudah tidak lagi bertekun; ketika permohonan kita belum dijawab Tuhan kita undur dan kecewa, lalu kita mulai mengandalkan kekuatan sendiri untuk mencapai apa yang kita inginkan. Dikatakan, "Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya." (Habakuk 2:4). Maunya segala sesuatu kita dapatkan secara cepat atau instan tanpa mau melewati proses yang panjang. Di zaman sekarang ini jarang sekali orang mau sabar dan tekun. Tetapi Tuhan menghendaki agar kita senantiasa sabar dan tekun dalam menantikan janjiNya.
Waktu Tuhan adalah yang terbaik, karena itu tetaplah sabar dan tekun menantikan Dia!
Sunday, October 9, 2011
Saturday, October 8, 2011
JANGAN SEDIH HATI, BERGEMBIRALAH!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Oktober 2011 -
Baca: Amsal 17
"Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." Amsal 17:22
Dalam versi The Amplified Bible ayat nas di atas berbunyi demikian: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur dan pikiran yang ceria memberikan kesembuhan." Ternyata hati yang gembira dan pikiran yang ceria (positif) bisa menjadi obat yang mujarab dan menyembuhkan. Karena itulah rasul Paulus juga menasihati jemaat di Filipi, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4).
Mengapa kita harus bersukacita senantiasa? Karena dengan bersukacita hati kita akan tetap terjaga dalam kondisi yang baik sehingga pikiran dan perkataan kita pun akan positif, "karena yang diucapkan mulut meluap dari hati." (Matius 12:34b). Kapan Saudara memiliki hati yang gembira? Ketika hutang-hutangku sudah terbayar lunas, hati jadi gembira; hatiku bergembira kala melihat anak-anak tumbuh dengan sehat dan pintar; hatiku bergembira karena aku lulus dengan nilai memuaskan dan diterima di sekolah favorit. Bergembira saat kita mengalami dan merasakan hal-hal yang menyenangkan, itu wajar. Bagaimana jika kita sedang menghadapi masalah, terbaring lemah karena sakit, dapatkah hati kita bergembira?
Banyak cara dilakukan orang untuk menjaga hatinya agar bergembira, salah satunya adalah dengan mendengarkan musik. Ketika kita mendengarkan musik kita turut bersenandung dan hati pun terhibur. Jika kita memiliki hati yang gembira tugas yag berat pun terasa ringan untuk dikerjakan, sepertinya ada energi baru yang mengalir. Sebaliknya jika hati kita suntuk, sedih dan stres, seringan apa pun pekerjaan, terasa berat untuk dikerjakan. Kita menjadi lemah dan tak berdaya. Mana yang Saudara pilih: terus menggerutu dengan muka masam selama menghadapi masalah, atau menghadapi masalah dengan hati tetap gembira? Jika hati kita semakin gembira kita akan menjadi semakin sehat. Bahkan di dalam Amsal 15:13 dikatakan: "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." Ternyata selain menjadi obat yang manjur, hati yang gembira membuat muka kita menjadi berseri-seri, dan orang lain pun akan senang melihatnya.
Mari belajar tetap bergembira di segala keadaan sehingga orang di sekeliling kita juga terkena dampak positifnya. Belajarlah menikmati apa pun yang sedang kita kerjakan dan alami.
Yakinlah bahwa kita tidak sendirian, ada Yesus yang selalu peduli.
Baca: Amsal 17
"Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." Amsal 17:22
Dalam versi The Amplified Bible ayat nas di atas berbunyi demikian: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur dan pikiran yang ceria memberikan kesembuhan." Ternyata hati yang gembira dan pikiran yang ceria (positif) bisa menjadi obat yang mujarab dan menyembuhkan. Karena itulah rasul Paulus juga menasihati jemaat di Filipi, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4).
Mengapa kita harus bersukacita senantiasa? Karena dengan bersukacita hati kita akan tetap terjaga dalam kondisi yang baik sehingga pikiran dan perkataan kita pun akan positif, "karena yang diucapkan mulut meluap dari hati." (Matius 12:34b). Kapan Saudara memiliki hati yang gembira? Ketika hutang-hutangku sudah terbayar lunas, hati jadi gembira; hatiku bergembira kala melihat anak-anak tumbuh dengan sehat dan pintar; hatiku bergembira karena aku lulus dengan nilai memuaskan dan diterima di sekolah favorit. Bergembira saat kita mengalami dan merasakan hal-hal yang menyenangkan, itu wajar. Bagaimana jika kita sedang menghadapi masalah, terbaring lemah karena sakit, dapatkah hati kita bergembira?
Banyak cara dilakukan orang untuk menjaga hatinya agar bergembira, salah satunya adalah dengan mendengarkan musik. Ketika kita mendengarkan musik kita turut bersenandung dan hati pun terhibur. Jika kita memiliki hati yang gembira tugas yag berat pun terasa ringan untuk dikerjakan, sepertinya ada energi baru yang mengalir. Sebaliknya jika hati kita suntuk, sedih dan stres, seringan apa pun pekerjaan, terasa berat untuk dikerjakan. Kita menjadi lemah dan tak berdaya. Mana yang Saudara pilih: terus menggerutu dengan muka masam selama menghadapi masalah, atau menghadapi masalah dengan hati tetap gembira? Jika hati kita semakin gembira kita akan menjadi semakin sehat. Bahkan di dalam Amsal 15:13 dikatakan: "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." Ternyata selain menjadi obat yang manjur, hati yang gembira membuat muka kita menjadi berseri-seri, dan orang lain pun akan senang melihatnya.
Mari belajar tetap bergembira di segala keadaan sehingga orang di sekeliling kita juga terkena dampak positifnya. Belajarlah menikmati apa pun yang sedang kita kerjakan dan alami.
Yakinlah bahwa kita tidak sendirian, ada Yesus yang selalu peduli.
Subscribe to:
Posts (Atom)