Wednesday, October 5, 2011

MELEKAT PADA TUHAN: Syarat Utama Berbuah

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  5 Oktober 2011 -

Baca:  Yohanes 15:1-8

"Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur,..."  Yohanes 15:4b

Pohon dan ranting atau carang merupakan simbol dari hubungan yang erat.  Carang tidak akan mungkin hidup, apalagi menghasilkan buah, jika tidak menyatu dengan pokoknya.  Pokok menjadi sumber utama dan tempat hidup bagi carang.  Demikian pula hubungan orang percaya dengan Kristus, dapat bertumbuh dan menghasilkan buah hanya jika melekat kepada Tuhan,  "...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa."  (ayat 5b).  Jadi Tuhan Yesus Kristus adalah sumber hidup bagi kita, dan di luar Kristus kita tidak akan hidup alias mati.

     Tuhan menghendaki kehidupan orang percaya adalah kehidupan yang berbuah dan itu adalah proses.  Dalam dunia pertanian ada istilah yang disebut dengan pemangkasan.  Ada pun tujuan pemangkasan adalah untuk menyingkirkan daun dan carang kering yang tidak berguna atau berpenyakit yang dapat mengurangi kemampuan pohon untuk berbuah.  Oleh karena itu kita harus mengijinkan Tuhan membentuk kita, karena Dia memanggil kita untuk dijadikan  'orang-orang yang berbeda'  dan untuk melakukan perkara yang besar bersama Dia.  Firman Tuhan adalah alat untuk membentuk kita:  sebagai gunting pemangkas sifat dan kebiasaan buruk kita yang menghalangi kita berbuah.  Tertulis:  "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."  (2 Timotius 3:16).  Orang Kristen yang sudah mengalami proses pemangkasan akan meghasilkan buah.  Memang, dipangkas berarti sakit dan terluka, tapi semua itu mendatangkan kebaikan bagi kita,  "Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat;  Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula."  (Ayub 5:18).

     Ada pun buah yang dimaksud pada renungan hari ini adalah karakter Kristiani atau disebut pula dengan sembilan buah-buah Roh  (Galatia 5:22-23).  Buah Roh bersifat utuh  (tunggal)  tetapi memiliki sifat yang berbeda.  Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk mementingkan salah satu atau beberapa sifat tertentu dan menolak sifat lainnya dengan alasan apa pun.  Dalam arti lain, buah yang dihasilkan dapat pula mengacu pada jiwa-jiwa baru yang dibawa keapda Tuhan  (baca  Filipi 1:22).

Jika kita tinggal di dalam Kristus, Ia juga akan tinggal di dalam kita, artinya Ia akan memimpin dan menuntun hidup kita.

Tuesday, October 4, 2011

PENDERITAAN: Ujian Menuju Keberkatan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  4 Oktober 2011 -

Baca:  Ayub 7

"Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan?"  Ayub 7:1

Sejak jatuh dalam dosa manusia harus menanggung akibatnya:  terusir dari taman Eden dan harus mengalami penderitaan serta kesulitan.  Namun di balik penderitaan yang harus dialami oleh manusia akibat dosa tercipta kesempatan bagi Allah untuk menyatakan kasih dan karyaNya yang agung melalui Yesus Kristus.  "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  (Yohanes 3:16).  Yesus Kristus rela menderita di atas kayu salib demi menebus dosa umat manusia.  Dan karena ketaatannya melakukan kehendak Bapa sampai mati di kayu salib itu Yesus beroleh peninggian.  Dikatakan,  "Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,"  (Filipi 2:9).  Di balik penderitaan ada kemuliaan!

     Kita harus memahami bahwa setiap masalah atau penderitaan yang terjadi dalam hidup ini pada dasarnya mendatangkan kebaikan bagi diri kita.  Begitu pula karakter yang ada dalam diri seseorang  (ketaatan, ketekunan, kesetiaan, iman dan sebagainya)  dikembangkan melalui proses ujian dan penderitaan.  Selama kita hidup tak henti-hentinya kita akan diuji dan diproses seperti tanah liat di tangan Penjunan.  "Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya."  (Yeremia 18:4).  Jadi sadarilah bahwa setiap saat kita berada dalam perhatian dan pengawasanNya.

     Mengapa Tuhan tidak pernah berhenti menguji kita?  Tuhan hendak mengetahui sejauh mana kesetiaan dan ketekunan kita mengiring Dia.  Banyak orang tidak tahan saat berada dalam ujian dan akhirnya berubah sikap terhadap Tuhan:  tidak lagi setia beribadah, tidak lagi tekun berdoa dan tidak lagi menempatkan Tuhan sebagai yang utama dalam hidupnya.

Untuk mengetahui kesetiaan kita melakukan perkara-perkara yang dipercayakanNya pada kita, untuk mengetahui kemurnian hati kita melayaniNya, dan untuk membuat kehidupan kita semakin berkenan dan indah di hadapanNya, kita terus diujiNya!