Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 September 2011 -
Baca: Matius 10:16-32
"...Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati." Matius 10:16
Sebagai orang percaya kita telah dipilih dan dipanggil Tuhan untuk masuk ke medan peperangan. Dan setiap orang yang hendak berperang pasti mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya, baik dalam hal kekuatan, strategi, maupun senjata yang harus dibawa, sebab kita tidak dapat berperang dengan tangan kosong. Jadi, "Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;" (Efesus 6:11).
Peperangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu di dunia yang gelap, dan melawan roh-roh jahat di udara (baca Efesus 6:12). Seringkali yang menjadi musuh utama kita adalah ego yang ada di dalam diri kita sendiri. Maka dari itu diperlukan adanya penguasaan diri. Banyak kejahatan atau konflik terjadi di sekitar kita karena seseorang tidak mampu menahan emosinya di saat mereka menghadapi suatu tantangan, dan semua itu bersumber dari hati. Iblis begitu licik dalam membuat strategi untuk menghancurkan anak-anak Tuhan. Adalah penting bagi kita untuk menjaga hati agar iman kita tidak mudah goyah. Jadi, "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23).
Ayat nas di atas menegaskan bahwa keberadaan kita (orang percaya) adalah seperti domba yang berada di tengah-tengah serigala. Domba adalah binatang yang sangat lemah jika dibandingkan dengan serigala. Karena itu ia membutuhkan seorang gembala untuk membimbing dan membawanya ke padang rumput serta melindunginya dari serangan musuh, terutama dari serangan binatang buas (serigala). Dari sini kita tahu bahwa musuh kita bukanlah sembarangan, kita harus dengar-dengaran (karib) akan suara gembala kita dan memiliki hati yang taat untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh gembala kita.
Tuhan mengutus kita ke tengah-tengah serigala bukan bermaksud mencelakakan, tapi untuk membuktikan bahwa Dia adalah gembala yang baik; Dia pasti menopang dan senantiasa memberi kekuatan kepada kita melawan si jahat.
Monday, September 26, 2011
Sunday, September 25, 2011
PERCAYA SUDAH MENERIMA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 September 2011 -
Baca: Markus 11:20-26
"Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." Markus 11:24
Sering khotbah mengingatkan kita agar percaya akan kuasa Tuhan tapi seringkali kita lupa dan mengabaikannya begitu saja. Terlebih saat masalah dan penderitaan menimpa kita, entah itu sakit, krisis keuangan dan sebagainya, kita panik, stres, kecewa dan mengeluh kepada Tuhan. Dalam Ibrani 11:1 tertulis: "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Namun, sudahkah kita memahami dan mengaplikasikan iman tersebut dalam kehidupan kita secara nyata? Yakobus menegaskan bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati (baca Yakobus 2:17).
Iman perlu adanya tindakan yang membuktikan bahwa kita benar-benar percaya pada kuasa Tuhan. Jadi "...manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman." (Yakobus 2:24). Saat kita berada di lingkungan gereja, di pertemuan-pertemuan ibadah atau bersekutu dengan saudara seiman, iman kita diteguhkan melalui doa, kesaksian, puji-pujian yang kita naikkan ke hadirat Tuhan; terlebih saat pemberitaan Firman Tuhan disampaikan, iman kita pun mulai menyala-nyala. Tetapi saat kita dihadapkan pada masalah yang silih berganti, sakit-penyakit yang belum kunjung sembuh, anak-anak yang memberontak pada orang tua dan berbagai doa meminta pertolongan dari Tuhan yang belum juga beroleh jawaban, iman kita mulai lemah dan keraguan menguasai hati dan pikiran kita: "Apakah mungkin masalahku terselesaikan? Dokter sudah memvonis bahwa sakitku tidak bisa disembuhkan. Apa Tuhan sanggup menyembuhkan?" FirmanNya menyatakan, "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23). Arti percaya di sini adalah penyerahan diri secara total kepada Tuhan. Bagian kita hanya percaya, dan bagian Tuhan adalah melakukan apa yang kita percayai. Tuhan berkata, "...Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya." (Markus 11:23).
Segala sesuatu yang tidak mungkin dan tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia, itulah yang Tuhan lakukan atas hidup kita, asal iman kita tidak goyah dan tetap teguh. Namun sering kita tidak sabar dalam menanti pertolongan Tuhan.
Sungguh kuasa Tuhan itu tidak terbatasi oleh apa pun juga!
Baca: Markus 11:20-26
"Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." Markus 11:24
Sering khotbah mengingatkan kita agar percaya akan kuasa Tuhan tapi seringkali kita lupa dan mengabaikannya begitu saja. Terlebih saat masalah dan penderitaan menimpa kita, entah itu sakit, krisis keuangan dan sebagainya, kita panik, stres, kecewa dan mengeluh kepada Tuhan. Dalam Ibrani 11:1 tertulis: "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Namun, sudahkah kita memahami dan mengaplikasikan iman tersebut dalam kehidupan kita secara nyata? Yakobus menegaskan bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati (baca Yakobus 2:17).
Iman perlu adanya tindakan yang membuktikan bahwa kita benar-benar percaya pada kuasa Tuhan. Jadi "...manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman." (Yakobus 2:24). Saat kita berada di lingkungan gereja, di pertemuan-pertemuan ibadah atau bersekutu dengan saudara seiman, iman kita diteguhkan melalui doa, kesaksian, puji-pujian yang kita naikkan ke hadirat Tuhan; terlebih saat pemberitaan Firman Tuhan disampaikan, iman kita pun mulai menyala-nyala. Tetapi saat kita dihadapkan pada masalah yang silih berganti, sakit-penyakit yang belum kunjung sembuh, anak-anak yang memberontak pada orang tua dan berbagai doa meminta pertolongan dari Tuhan yang belum juga beroleh jawaban, iman kita mulai lemah dan keraguan menguasai hati dan pikiran kita: "Apakah mungkin masalahku terselesaikan? Dokter sudah memvonis bahwa sakitku tidak bisa disembuhkan. Apa Tuhan sanggup menyembuhkan?" FirmanNya menyatakan, "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23). Arti percaya di sini adalah penyerahan diri secara total kepada Tuhan. Bagian kita hanya percaya, dan bagian Tuhan adalah melakukan apa yang kita percayai. Tuhan berkata, "...Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya." (Markus 11:23).
Segala sesuatu yang tidak mungkin dan tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia, itulah yang Tuhan lakukan atas hidup kita, asal iman kita tidak goyah dan tetap teguh. Namun sering kita tidak sabar dalam menanti pertolongan Tuhan.
Sungguh kuasa Tuhan itu tidak terbatasi oleh apa pun juga!
Subscribe to:
Posts (Atom)