Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 September 2011 -
Baca: 1 Korintus 3:1-9
"Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?" 1 Korintus 3:3b
Iri hati adalah sebuah kata yang seringkali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dalam lingkungan keluarga, tempat tinggal, sekolah, kantor, bahkan juga di gereja. Di keluarga, seorang adik iri hati kepada kakaknya ketika orangtuanya membelikan sepeda motor baru buat sang kakak. Seorang teman iri hati ketika melihat rekan sebangkunya memperoleh nilai tertinggi dalam ujian matematika di kelas. Di kantor, si A iri hati kepada si B karena B mendapatkan promosi jabatan. Di gereja rasa iri hati juga melanda orang-orang yang bekerja di ladang Tuhan. Seorang hamba Tuhan iri hati terhadap rekan sesama hamba Tuhan karena jemaatnya lebih banyak dan pelayanannya lebih berhasil. Betapa iri hati itu telah merasuki semua kalangan, bukan saja orang awam, tapi pelayan Tuhan pun terkena dampaknya.
Apa itu iri hati? Iri hati bisa diartikan perasaan kurang senang bila melihat orang lain beruntung atau berhasil dalam hidupnya. Iri hati juga bisa diartikan rasa cemburu atau sirik terhadap orang lain. Yang jelas, orang yang iri hati adalah orang yang selalu tidak bisa menerima kenyataan keberhasilan orang lain. Dalam Yakobus 3:16 dikatakan, "Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." Jadi iri hati menurut Alkitab adalah sangat berbahaya: mengakibatkan kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Seseorang yang hatinya dipenuhi iri hati dipastikan jarang sekali atau bahkan tidak pernah bisa mengucap syukur kepada Tuhan. Ia selalu membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain: "Dia diberkati, mengapa aku tidak? Tuhan kok tidak adil ya?" Akibatnya ia pun kehilangan damai sejahtera di hati.
Supaya terlepas dari rasa iri hati kita harus makin mendekat kepada Tuhan, membangun kekariban dengan Tuhan melalui doa. Jangan sedikit pun memberi celah kepada Iblis! Iri hati adalah senjata Iblis untuk menghancurkan orang percaya. Inilah nasihat Paulus, "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8).
Kita harus memenuhi pikiran kita dengan perkara-perkara yang positif!
Tuesday, September 13, 2011
Monday, September 12, 2011
TETAP SETIA MESKI MELEWATI UJIAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 September 2011 -
Baca: Titus 2:1-10
"Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita." Titus 2:9-10
Di akhir zaman ini kesetiaan mahal harganya. Sulit sekali menemukan orang yang setia. "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang yang setia, siapakah menemukannya?" (Amsal 20:6). Tidak sedikit dari kita yang menyerah dan berhenti dari apa yang sedang dikerjakan Tuhan dalam hidup kita, hanya sesaat sebelum Tuhan menyatakan pertolongan dan kuasaNya. Sayang sekali, bukan? Jadi selama masa ujian kita harus tetap setia, sebab kita tidak pernah tahu kapan kita akan menuai hasilnya.
Orang yang setia adalah orang yang layak dipercaya dan konsisten. Selalu ada upah bagi orang-orang yang setia. Karena itu kita harus setia di mana pun Tuhan menempatkan kita. Terhadap orang-orang yang memiliki otoritas kita harus belajar menghormati dan taat kepadanya, sebagai ujian yang nyata atas kesetiaan dan ketaatan kita. Kita bisa belajar dari pribadi Daud. Meski terus diburu dan dikejar-kejar oleh Saul yang hendak membunuhnya, Daud tidak menaruh dendam dan sakit hati kepada Saul. Daud tetap setia dan taat kepada Saul sebagai pemilik otoritas di atasnya. Bahkan ketika ia memiliki kesempatan membalas semua perbuatan Saul terhadapnya, ia tidak melakukannya. "'Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi Tuhan, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi Tuhan.' Dan Daud mencegah orang-orangnya dengan perkataan itu; ia tidak mengizinkan mereka bangkit menyerang Saul." (1 Samuel 24:7-8). Daud sangat menghargai dan menghormati urapan Tuhan dalam diri Saul. Ia belajar untuk tetap mengandalkan Tuhan dan menantikanNya dengan setia. Ia tidak bangkit melawan Saul.
Mari kita belajar setia meski tidak ada orang yang tahu atau memperhatikan apa yang sedang kita alami. Walaupun banyak tantangan dan ujian jangan menjadi lemah dan kecewa, tetapi setia mengerjakan apa yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita, karena Tuhan sedang mengerjakan suatu pekerjaan yang besar di dalam hidup kita. Ia sedang membentuk karakter di dalam hidup kita dan memperlengkapi kita untuk jangka panjang.
"Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela," Mazmur 18:26
Baca: Titus 2:1-10
"Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita." Titus 2:9-10
Di akhir zaman ini kesetiaan mahal harganya. Sulit sekali menemukan orang yang setia. "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang yang setia, siapakah menemukannya?" (Amsal 20:6). Tidak sedikit dari kita yang menyerah dan berhenti dari apa yang sedang dikerjakan Tuhan dalam hidup kita, hanya sesaat sebelum Tuhan menyatakan pertolongan dan kuasaNya. Sayang sekali, bukan? Jadi selama masa ujian kita harus tetap setia, sebab kita tidak pernah tahu kapan kita akan menuai hasilnya.
Orang yang setia adalah orang yang layak dipercaya dan konsisten. Selalu ada upah bagi orang-orang yang setia. Karena itu kita harus setia di mana pun Tuhan menempatkan kita. Terhadap orang-orang yang memiliki otoritas kita harus belajar menghormati dan taat kepadanya, sebagai ujian yang nyata atas kesetiaan dan ketaatan kita. Kita bisa belajar dari pribadi Daud. Meski terus diburu dan dikejar-kejar oleh Saul yang hendak membunuhnya, Daud tidak menaruh dendam dan sakit hati kepada Saul. Daud tetap setia dan taat kepada Saul sebagai pemilik otoritas di atasnya. Bahkan ketika ia memiliki kesempatan membalas semua perbuatan Saul terhadapnya, ia tidak melakukannya. "'Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi Tuhan, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi Tuhan.' Dan Daud mencegah orang-orangnya dengan perkataan itu; ia tidak mengizinkan mereka bangkit menyerang Saul." (1 Samuel 24:7-8). Daud sangat menghargai dan menghormati urapan Tuhan dalam diri Saul. Ia belajar untuk tetap mengandalkan Tuhan dan menantikanNya dengan setia. Ia tidak bangkit melawan Saul.
Mari kita belajar setia meski tidak ada orang yang tahu atau memperhatikan apa yang sedang kita alami. Walaupun banyak tantangan dan ujian jangan menjadi lemah dan kecewa, tetapi setia mengerjakan apa yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita, karena Tuhan sedang mengerjakan suatu pekerjaan yang besar di dalam hidup kita. Ia sedang membentuk karakter di dalam hidup kita dan memperlengkapi kita untuk jangka panjang.
"Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela," Mazmur 18:26
Subscribe to:
Posts (Atom)