Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 September 2011 -
Baca: Titus 2:1-10
"Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita." Titus 2:9-10
Di akhir zaman ini kesetiaan mahal harganya. Sulit sekali menemukan orang yang setia. "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang yang setia, siapakah menemukannya?" (Amsal 20:6). Tidak sedikit dari kita yang menyerah dan berhenti dari apa yang sedang dikerjakan Tuhan dalam hidup kita, hanya sesaat sebelum Tuhan menyatakan pertolongan dan kuasaNya. Sayang sekali, bukan? Jadi selama masa ujian kita harus tetap setia, sebab kita tidak pernah tahu kapan kita akan menuai hasilnya.
Orang yang setia adalah orang yang layak dipercaya dan konsisten. Selalu ada upah bagi orang-orang yang setia. Karena itu kita harus setia di mana pun Tuhan menempatkan kita. Terhadap orang-orang yang memiliki otoritas kita harus belajar menghormati dan taat kepadanya, sebagai ujian yang nyata atas kesetiaan dan ketaatan kita. Kita bisa belajar dari pribadi Daud. Meski terus diburu dan dikejar-kejar oleh Saul yang hendak membunuhnya, Daud tidak menaruh dendam dan sakit hati kepada Saul. Daud tetap setia dan taat kepada Saul sebagai pemilik otoritas di atasnya. Bahkan ketika ia memiliki kesempatan membalas semua perbuatan Saul terhadapnya, ia tidak melakukannya. "'Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi Tuhan, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi Tuhan.' Dan Daud mencegah orang-orangnya dengan perkataan itu; ia tidak mengizinkan mereka bangkit menyerang Saul." (1 Samuel 24:7-8). Daud sangat menghargai dan menghormati urapan Tuhan dalam diri Saul. Ia belajar untuk tetap mengandalkan Tuhan dan menantikanNya dengan setia. Ia tidak bangkit melawan Saul.
Mari kita belajar setia meski tidak ada orang yang tahu atau memperhatikan apa yang sedang kita alami. Walaupun banyak tantangan dan ujian jangan menjadi lemah dan kecewa, tetapi setia mengerjakan apa yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita, karena Tuhan sedang mengerjakan suatu pekerjaan yang besar di dalam hidup kita. Ia sedang membentuk karakter di dalam hidup kita dan memperlengkapi kita untuk jangka panjang.
"Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela," Mazmur 18:26
Monday, September 12, 2011
Sunday, September 11, 2011
TETAP SETIA MESKI MELEWATI UJIAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 September 2011 -
Baca: 1 Timotius 3:8-13
"Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat." 1 Timotius 3:10
Untuk menjadi orang-orang yang berkualitas kita harus melewati proses atau ujian demi ujian. Hal inilah yang disadari Ayub: "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10).
Itulah sebabnya rasul Paulus menyampaikan pesan penting kepada Timotius bahwa pemilik jemaat atau pun diaken (pelayan Tuhan) bukanlah sembarangan orang, tetapi haruslah orang yang telah teruji hidupnya dan memiliki kualitas hidup yang lebih dibanding lainnya. Maka dari itu tak seorang pun dari kita yang akan luput dari ujian dan masing-masing orang akan mengalami ujian yang berbeda, dengan kadar yang berbeda pula. Kita tidak akan beroleh promosi sebelum kita lulus dari ujian yang ada. Contohnya adalah syarat-syarat bagi calon diaken: "...haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah, melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci." (1 Timotius 3:8-9). Namun, inti dari kesemua persyaratan itu adalah kesetiaan. Tanpa kesetiaan, apa pun tugas dan kepercayaan yang diberikan Tuhan kepada seseorang tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Jadi kita harus tetap setia mengerjakan tugas-tugas yang diberikan bagi kita meski ada ujian, tantangan dan harus melewati padang gersang sebagaimana bangsa Israel yang harus mengalami ujian di padang gurun selama 40 tahun lamanya. Selama masa-masa ujian tersebut bangsa Israel memberontak, bersungut-sungut dan mengeluh kepada Tuhan. Akibat dari ketidaksetiaan mereka menjalani proses ujian, sebagian besar dari mereka mati di padang gurun sebelum mencapai Tanah Perjanjian. Mereka tidak dapat menikmati janji Tuhan karena tidak tahan saat harus mengalami kesukaran. Seberat apa pun ujian yang harus kita lalui, yakinlah bahwa itu adalah bagian dari persiapan yang diberikan Tuhan bagi kita.
Tuhan menghendaki agar kita tidak menyerah ketika berada dalam masa-masa pembentukan itu. Kondisi inilah yang seringkali dimanfaatkan Iblis untuk melemahkan kita dengan berkata, "Untuk apa setia? Percuma. Tidak ada gunanya kamu melayani Tuhan, toh hidupmu juga tidak diberkati. Sakitmu belum juga sembuh. Lebih baik mencari pertolongan lain dan menyerah saja." Dan akhirnya, ada banyak orang Kristen yang tidak sabar dan menyerah di tengah jalan. (Bersambung)
Baca: 1 Timotius 3:8-13
"Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat." 1 Timotius 3:10
Untuk menjadi orang-orang yang berkualitas kita harus melewati proses atau ujian demi ujian. Hal inilah yang disadari Ayub: "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10).
Itulah sebabnya rasul Paulus menyampaikan pesan penting kepada Timotius bahwa pemilik jemaat atau pun diaken (pelayan Tuhan) bukanlah sembarangan orang, tetapi haruslah orang yang telah teruji hidupnya dan memiliki kualitas hidup yang lebih dibanding lainnya. Maka dari itu tak seorang pun dari kita yang akan luput dari ujian dan masing-masing orang akan mengalami ujian yang berbeda, dengan kadar yang berbeda pula. Kita tidak akan beroleh promosi sebelum kita lulus dari ujian yang ada. Contohnya adalah syarat-syarat bagi calon diaken: "...haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah, melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci." (1 Timotius 3:8-9). Namun, inti dari kesemua persyaratan itu adalah kesetiaan. Tanpa kesetiaan, apa pun tugas dan kepercayaan yang diberikan Tuhan kepada seseorang tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Jadi kita harus tetap setia mengerjakan tugas-tugas yang diberikan bagi kita meski ada ujian, tantangan dan harus melewati padang gersang sebagaimana bangsa Israel yang harus mengalami ujian di padang gurun selama 40 tahun lamanya. Selama masa-masa ujian tersebut bangsa Israel memberontak, bersungut-sungut dan mengeluh kepada Tuhan. Akibat dari ketidaksetiaan mereka menjalani proses ujian, sebagian besar dari mereka mati di padang gurun sebelum mencapai Tanah Perjanjian. Mereka tidak dapat menikmati janji Tuhan karena tidak tahan saat harus mengalami kesukaran. Seberat apa pun ujian yang harus kita lalui, yakinlah bahwa itu adalah bagian dari persiapan yang diberikan Tuhan bagi kita.
Tuhan menghendaki agar kita tidak menyerah ketika berada dalam masa-masa pembentukan itu. Kondisi inilah yang seringkali dimanfaatkan Iblis untuk melemahkan kita dengan berkata, "Untuk apa setia? Percuma. Tidak ada gunanya kamu melayani Tuhan, toh hidupmu juga tidak diberkati. Sakitmu belum juga sembuh. Lebih baik mencari pertolongan lain dan menyerah saja." Dan akhirnya, ada banyak orang Kristen yang tidak sabar dan menyerah di tengah jalan. (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)