Thursday, September 8, 2011

PERUBAHAN SEBAGAI BUKTI NYATA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  8 September 2011 -

Baca:  Amsal 27:1-27

"Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu, orang yang tidak kaukenal dan bukan bibirmu sendiri."  Amsal 27:2

Ada banyak orang Kristen yang seringkali menjadi kasak-kusuk banyak orang:  "Orang itu rajin ke gereja, tapi hidupnya kok tidak berubah ya?  Katanya sudah ikut pelayanan, tapi mengapa sifatnya masih seperti itu, tidak beda jauh dengan orang dunia?"  Hidup Kekristenan sebenarnya adalah suatu proses perubahan hidup, pikiran dan hati.  Tutur kata, sikap, tingakah laku atau perbuatan harus berubah!  Ditegaskan:  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:  apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  (Roma 12:2).

     Orang Kristen yang tidak berubah adalah orang Kristen yang mati rohaninya!  Lalu, bagaimana kita tahu bahwa kehidupan kita sudah berubah?  Kita akan tahu jika kita ini sudah berubah ketika orang lain mulai menyadari perubahan yang terjadi dalam diri kita, bukan kita sendiri yang menggembar-gemborkannya.  Ini berarti perubahan selalu akan memperlihatkan bukti yang dapat dilihat dengan jelas.  Seseorang dikatakan berubah, baik itu ke arah positif atau pun negatif, apabila diganti dengan perbuatan yang berbeda.  Contoh:  orang yang biasanya keluyuran malam  ('dugem')  kini sudah tidak lagi berbuat seperti itu, hidupnya benar-benar berubah, sekarang malah aktif di persekutuan-persekutuan doa;  orang yang dulu sukanya berkata jorok atau suka membicarakan orang lain, kini tidak lagi, kini perkataannya selalu membangun dan menguatkan orang lain.  Kita juga banyak mendengar kesaksian dari mantan napi yang hidupnya berubah 180 derajat, dan kini melayani Tuhan dan diurapi Tuhan secara luar biasa,

     Perubahan itu memerlukan bukti nyata, bukan hanya melalui perkataan kita, sebelum orang lain bisa mempercayai dan menerima itu sebagai sebuah kebenaran.  Jadi orang Kristen dikatakan hidupnya sudah berubah apabila ada bukti lahiriah yang dapat dilihat oleh orang lain dengan jelas sehingga menjadi kesaksian yang baik bagi mereka.

Sebagai manusia baru di dalam Kristus,  "...marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang!"  Roma 13:12b

Wednesday, September 7, 2011

JANGAN JADI ORANG KIKIR!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  7 September 2011 -

Baca:  Amsal 28

"Orang yang kikir tergesa-gesa mengejar harta, dan tidak mengetahui ia akan mengalami kekurangan."  Amsal 28:22

Ada kisah tentang seorang yang kaya raya tapi selalu jadi perbincangan di antara tetangga kanan kiri.  Bukan karena dia orang kaya yang murah hati atau suka menolong, sebaliknya ia dikenal sebagai orang kaya yang sangat kikir;  tidak peduli terhadap orang lain, tidak pernah beramal atau bersedekah.

     Kikir dan hemat itu berbeda.  Kikir sama artinya dengan pelit.  Sedangkan hemat memiliki sinonim:  ekonomis atau irit.  Jelas ada perbedaan antara keduanya, tetapi dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang salah kaprah menerapkan kedua kata sifat ini.  Maksud hati ingin berhemat tapi malah jadi pelit, karena terlalu hemat.  Kata kikir berarti terlalu hemat memakai harta bendanya.  Berhati-hatilah!  Dalam Amsal 11:24 dikatakan:  "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan."  Alkitab juga dengan tegas menyatakan bahwa orang yang kikir tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah  (baca 1 Korintus 6:10).  Bahkan Rasul Paulus secara terang-terangan melarang orang percaya untuk bergaul dengan orang yang kikir  (baca 1 Korintus 5:11).

     Kikir adalah sifat buruk yang tidak boleh dimiliki oleh orang Kristen, karena kikir justru akan membawa seseorang kepada kekurangan, bahkan kemiskinan.  Tuhan menghendaki agar kita memiliki sifat murah hati.  Orang yang murah hati, yang suka menolong orang lain yang hidup dalam kekurangan atau kesusahan akan mengalami kelimpahan berkat dari Tuhan.  Tertulis:  "Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan,"  (Amsal 11:25a).  Kunci mengalami kelimpahan bukanlah dengan menghemat begitu rupa, tapi bermurah hati, sebab kapasitas untuk menerima dari Tuhan bergantung penuh dari kapasitas untuk memberi.  Jadi kita baru dapat mengalami kelimpahan apabila kita bermurah hati.  Orang yang murah hati akan menuai banyak  (baca 2 Korintus 9:6), sebab tidak mungkin ada tuaian apabila tidak ada benih yang ditabur.  Orang yang murah hati menabur banyak.  Itulah sebabnya ia akan menuai banyak juga.

Jangan kikir!  Jadilah seorang yang murah hati, karena  "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri,"  Amsal 11:7a