Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Agustus 2011 -
Baca: Efesus 3:1-13
"Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu." Efesus 3:13
Masalah adalah bagian dari kehidupan manusia, tanpa terkecuali. Jadi kita tidak dapat menghindar atau lari dari masalah. Kita harus menghadapinya! Mungkin kita berpikir, "Mengikut Tuhan Yesus kok malah banyak ujian dan permasalahan?"
Percaya kepada Yesus bukan berarti perjalanan hidup mulus ibarat melewati jalan tol. Bukan berarti pula kita langsung memiliki kehidupan yang berlimpah dengan berkat. Justru pada saat kita 'berlabel Kristen' kita harus siap dengan segala konsekuensinya. Tuhan Yesus berkata, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24). Dengan adanya masalah demi masalah yang menghiasi perjalanan hidup kita bukan berarti Tuhan tidak mengasihi dan mempedulikan kita. Justru dengan masalah yang ada Dia hendak membentuk dan memproses kita supaya iman kita makin kuat dan berakar di dalam Dia. Seringkali kita menjadi lemah dan tawar hati ketika permasalahan datang menimpa. Kita berharap Tuhan segera memberikan pertolongan dan menjawab doa-doa kita. Namun jika pertolongan Tuhan tidak kunjung datang kita kecewa dan tidak lagi punya semangat untuk mencari Tuhan lagi. Mari belajar dari Rasul Paulus! Meski harus menghadapi masalah dan penderitaan ia tetap bertahan dan mampu menjaga hatinya agar tidak menjadi tawar. "...kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari." (2 Korintus 4:16).
Paulus tahu pasti bahwa penderitaan yan dialaminya itu tidak sebanding dengan kemuliaan kekal yang Tuhan sediakan kelak. Inilah yang menjadi kekuatan Paulus! Tawar hati hanya akan membuat kita makin lemah dan tak berdaya menghadapi masalah yang ada, sebab "Jika enkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu." (Amsal 24:10). Sebaliknya, hadapi setiap masalah yang ada dengan penuh iman! Jangan hanya karena masalah, kita menjadi undur dan meninggalkan Tuhan. Kita akan rugi besar!
"...penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandinkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." Roma 8:18
Sunday, August 28, 2011
Saturday, August 27, 2011
BISAKAH KITA MENGUASAI DIRI?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Agustus 2011 -
Baca: Amsal 25
"Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya." Amsal 25:28
Penguasaan diri atau pengendalian diri adalah salah satu aspek dari buah Roh (baca Galatia 5:23). Penguasaan diri adalah kemampuan Ilahi yang diberikan Tuhan kepada orang percaya: merupakan ketetapan hati serta pikiran untuk menahan dan mengendalikan dirinya agar ia bereaksi, berbicara, berpikir dan bertindak sesuai dengan firman Tuhan.
Penguasaan diri bisa juga diartikan sebagai sikap kehidupan yang tegas, baik terhadap orang luar maupun terhadap diri sendiri dan juga terhadap keinginan-keinginan duniawi. Ketika kita tahu sesuatu itu salah, kita harus tegas terhadap diri sendiri dan berkata: tidak! Jadi, ketika kita berbicara mengenai penguasaan ini kita berbicara mengenai dua hal yaitu berlatih dan berjuang. Alkitab menyatakan, "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32); sebaliknya, orang yang tidak dapat mengendalikan diri seperti kota yang roboh temboknya. Kata tembok tidak hanya berbicara mengenai batasan suatu wilayah, namun juga bisa diartikan sebagai keamanan dan ketenangan. Ketika tembok tegak berdiri, tembok tersebut berfungsi untuk memberikan keamanan; tapi jika tembok itu roboh, siapa pun yang tinggal di dalam kota itu pasti tidak akan merasa aman dan tenang lagi. Kota yang roboh temboknya akan dengan mudah diporakporandakan oleh musuh. Begitu juga seseorang yang memiliki karunia yang luar biasa: pelayanan atau karir yang diberkati Tuhan, namun tidak dapat menguasai diri, maka Iblis akan dengan mudah menyerang hidupnya berkali-kali.
Kita harus bisa menguasai diri; dalam hal apa? 1. Emosi. Jika emosi seseorang tidak terkendali akan menimbulkan pertengkaran. "Si pemarah menimbulkan pertengkaran, dan orang yang lekas gusar, banyak pelanggarannya." (Amsal 29:22). 2. Ucapan. Menguasai diri dalam hal ucapan adalah penting sekali, karena "...barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya." (Yakobus 3:2). Hendaknya ucapan atau perkataan kita sesuai dengan firman Tuhan. 3. Hawa nafsu. Ingat! Nafsu yang tidak terkendali dapat berakhir dengan perbuatan dosa. Karena itu, "...matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi,..." (Kolose 3:5).
Tanpa penguasaan diri, apa pun yang kita kerjakan tidak akan berhasil!
Baca: Amsal 25
"Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya." Amsal 25:28
Penguasaan diri atau pengendalian diri adalah salah satu aspek dari buah Roh (baca Galatia 5:23). Penguasaan diri adalah kemampuan Ilahi yang diberikan Tuhan kepada orang percaya: merupakan ketetapan hati serta pikiran untuk menahan dan mengendalikan dirinya agar ia bereaksi, berbicara, berpikir dan bertindak sesuai dengan firman Tuhan.
Penguasaan diri bisa juga diartikan sebagai sikap kehidupan yang tegas, baik terhadap orang luar maupun terhadap diri sendiri dan juga terhadap keinginan-keinginan duniawi. Ketika kita tahu sesuatu itu salah, kita harus tegas terhadap diri sendiri dan berkata: tidak! Jadi, ketika kita berbicara mengenai penguasaan ini kita berbicara mengenai dua hal yaitu berlatih dan berjuang. Alkitab menyatakan, "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32); sebaliknya, orang yang tidak dapat mengendalikan diri seperti kota yang roboh temboknya. Kata tembok tidak hanya berbicara mengenai batasan suatu wilayah, namun juga bisa diartikan sebagai keamanan dan ketenangan. Ketika tembok tegak berdiri, tembok tersebut berfungsi untuk memberikan keamanan; tapi jika tembok itu roboh, siapa pun yang tinggal di dalam kota itu pasti tidak akan merasa aman dan tenang lagi. Kota yang roboh temboknya akan dengan mudah diporakporandakan oleh musuh. Begitu juga seseorang yang memiliki karunia yang luar biasa: pelayanan atau karir yang diberkati Tuhan, namun tidak dapat menguasai diri, maka Iblis akan dengan mudah menyerang hidupnya berkali-kali.
Kita harus bisa menguasai diri; dalam hal apa? 1. Emosi. Jika emosi seseorang tidak terkendali akan menimbulkan pertengkaran. "Si pemarah menimbulkan pertengkaran, dan orang yang lekas gusar, banyak pelanggarannya." (Amsal 29:22). 2. Ucapan. Menguasai diri dalam hal ucapan adalah penting sekali, karena "...barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya." (Yakobus 3:2). Hendaknya ucapan atau perkataan kita sesuai dengan firman Tuhan. 3. Hawa nafsu. Ingat! Nafsu yang tidak terkendali dapat berakhir dengan perbuatan dosa. Karena itu, "...matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi,..." (Kolose 3:5).
Tanpa penguasaan diri, apa pun yang kita kerjakan tidak akan berhasil!
Subscribe to:
Posts (Atom)