Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Agustus 2011 -
Baca: Mazmur 32
"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!" Mazmur 32:1
Hampir semua orang mengatakan bahwa memberikan pengampunan kepada orang lain yang bersalah kepada kita adalah pekerjaan yang sulit untuk dilakukan. Banyak orang berkata, "Aku tidak memaafkan dia, hatiku sudah terlanjur sakit. Mengampuni? Kok enak, dia sudah berbuat jahat dan menyakiti aku." Harus kita akui bahwa hal mengampuni ini memang hal yang tidak mudah untuk dilakukan, terlebih lagi jika orang yang menyakiti dan berbuat jahat kepada kita adalah orang-orang terdekat atau orang yang kita kasihi: sahabat, suami, isteri, anak, rekan sepelayanan, rekan kerja dan lain-lain. Rasa sakit karena dikhianati masih membekas begitu dalam di hati kita.
Firman Tuhan mengajar kita untuk memberi pengampunan kepada orang yang telah melukai kita. Kita sering berkata, "Oke saya maafkan kesalahannya, tapi jangan harap saya mau ketemu dia lagi." Namun Alkitab menyatakan bahwa kita harus memberi pengampunan kepada orang lain tidak hanya sekali, dua kali, atau sampai tujuh kali. "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." (Matius 18:22). Tidak peduli betapa dalam luka yang telah mereka tancapkan di hati kita, tugas kita tetaplah memberikan pengampunan. Mengapa kita harus memberi pengampunan? Karena dosa-dosa kita telah diampuni oleh Tuhan Yesus melalui pengorbananNya di atas kayu salib. Sebesar apa pun dosa atau pelangaran yang telah kita perbuat, darah Yesus selalu menyucikan kita ketika kita mau datang kepada Tuhan dan bertobat. FirmanNya, "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Luar biasa!
Penampunan telah dilepaskan Tuhan bagi kita, masakan kita tidak mau mengampuni orang yang bersalah kepada kita? Coba hitung: berapa banyak pelangaran kita kepada Tuhan? Berapa kali kita menyakiti hati Tuhan dengan ketidaktaatan kita? Sejahat apa pun dan seberapa besar kesalahan orang lain kepada kita, kita harus bisa mengampuni, karena Tuhan Yesus telah mengampuni kita tanpa syarat.
Ingatlah ini: "...jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." Matius 6:15
Friday, August 26, 2011
Thursday, August 25, 2011
KESUKSESAN SEJATI: Melakukan Kehendak Tuhan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Agustus 2011 -
Baca: Amsal 3:1-26
"Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan." Amsal 3:7
Menjadi orang yang sukses adalah impian setiap orang. Seorang pelajar atau mahasiswa belajar giat dengan harapan kelak bisa sukses menggapai cita-citanya; para pebisnis rela kerja ekstra dan berusaha menyusun strategi bagaimana caranya supaya usahanya sukses dan bertambah maju; setiap atlit harus menyantap menu latihan berjam-jam dalam sehari demi meraih sukses di lapangan pertandingan. Semua orang berorientasi kepada kesuksesan. Namun, pada umumnya semua orang di dunia ini berpendapat bahwa sukses identik dengan uang yang banyak, rumah dan mobil mewah, terkenal dan memiliki jabatan yang tinggi. Perhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus, "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya." (Markus 8:36).
Ternyata, orang yang memiliki kekayaan melimpah atau bahkan telah memiliki seluruh isi dunia ini pun belum bisa disebut orang yang sukses, karena tidak ada gunanya seseorang memiliki segala-galanya tapi pada akhirnya harus mengalami kematian kekal. Jadi, uang atau kekayaan dan segala hal yang duniawi bukanlah ukuran sukses bagi kita. Seseorang dapat dikatakan sukses apabila ia mampu menjadi pelaku firman, artinya melakukan kehendak Tuhan dalam hidupnya. FirmanNya menyatakan, "Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu." (Amsal 3:1-2) dan "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri." (Amsal 3:5).
Jadi kalau kita ingin sukses di hadapan manusia, terlebih lagi di mata Tuhan, tidak ada jalan lain selain harus percaya kepada Tuhan dengan segenap hati di segala keadaan. Acapkali ketika tantangan datang, banyak dari kita yang tidak lagi percaya kepada Tuhan tapi lebih bersandar pada kekuatan dan kepintaran diri sendiri, padahal pikiran dan kekuatan manusia itu terbatas. Firman Tuhan mengajarkan supaya kita tetap mengandalkan Tuhan. Jangan bersandar kepada pengertian sendiri, tetapi biarlah kita bersandar kepada firman Tuhan.
Jika saat ini kita berhasil dalam segala bidang, bahkan memiliki harta yang melimpah, biarlah kita sadar dan mengakui semua itu datangnya dari Tuhan, bukan karena kuat dan gagah kita.
Baca: Amsal 3:1-26
"Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan." Amsal 3:7
Menjadi orang yang sukses adalah impian setiap orang. Seorang pelajar atau mahasiswa belajar giat dengan harapan kelak bisa sukses menggapai cita-citanya; para pebisnis rela kerja ekstra dan berusaha menyusun strategi bagaimana caranya supaya usahanya sukses dan bertambah maju; setiap atlit harus menyantap menu latihan berjam-jam dalam sehari demi meraih sukses di lapangan pertandingan. Semua orang berorientasi kepada kesuksesan. Namun, pada umumnya semua orang di dunia ini berpendapat bahwa sukses identik dengan uang yang banyak, rumah dan mobil mewah, terkenal dan memiliki jabatan yang tinggi. Perhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus, "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya." (Markus 8:36).
Ternyata, orang yang memiliki kekayaan melimpah atau bahkan telah memiliki seluruh isi dunia ini pun belum bisa disebut orang yang sukses, karena tidak ada gunanya seseorang memiliki segala-galanya tapi pada akhirnya harus mengalami kematian kekal. Jadi, uang atau kekayaan dan segala hal yang duniawi bukanlah ukuran sukses bagi kita. Seseorang dapat dikatakan sukses apabila ia mampu menjadi pelaku firman, artinya melakukan kehendak Tuhan dalam hidupnya. FirmanNya menyatakan, "Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu." (Amsal 3:1-2) dan "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri." (Amsal 3:5).
Jadi kalau kita ingin sukses di hadapan manusia, terlebih lagi di mata Tuhan, tidak ada jalan lain selain harus percaya kepada Tuhan dengan segenap hati di segala keadaan. Acapkali ketika tantangan datang, banyak dari kita yang tidak lagi percaya kepada Tuhan tapi lebih bersandar pada kekuatan dan kepintaran diri sendiri, padahal pikiran dan kekuatan manusia itu terbatas. Firman Tuhan mengajarkan supaya kita tetap mengandalkan Tuhan. Jangan bersandar kepada pengertian sendiri, tetapi biarlah kita bersandar kepada firman Tuhan.
Jika saat ini kita berhasil dalam segala bidang, bahkan memiliki harta yang melimpah, biarlah kita sadar dan mengakui semua itu datangnya dari Tuhan, bukan karena kuat dan gagah kita.
Subscribe to:
Posts (Atom)