Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Agustus 2011 -
Baca: Kolose 3:1-4
"Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." Kolose 3:2
Seringkali keadaan atau situasi yang ada di sekitar membawa dampak yang besar terhadap pola pikir seseorang. Dengan kata lain, apa yang kita pikirkan setiap saat dipengaruhi oleh keadaan atau situasi yang ada di sekitar kita. Pikiran kita dipenuhi oleh perkara-perkara yang ada: Kesulitan, sakit-penyakit, pekerjaan, keuangan. Akibatnya banyak orang yang hidup dalam kekuatiran, kebimbangan, kegelisahan, ketakutan, tekanan, putus asa, kebencian, kecewa dan lain-lain.
Selama hidup di dunia ini kita takkan lepas dari berbagai macam permasalahan, namun kita harus selalu waspada dan bertindak hati-hati, sebab pikiran kita itu ibarat medan peperangan. Karena itu jangan beri tempat kepada Iblis untuk masuk ke pikiran kita. Kalau kita ijinkan Iblis menguasai pikiran kita, ia hanya akan menuduh, mendakwa dan mengintimidasi kita, sehingga kita pun hanya memikirkan yang buruk-buruk atau negatif tentang hidup kita. Jangan sampai Iblis diuntungkan dalam hal ini, jangan sampai Iblis mengambil kesempatan untuk meracuni pikiran kita dengan hal-hal negatif. Oleh sebab itu Alkitab mengingatkan agar kita memikirkan perkara-perkara yang di atas (sorgawi) lebih dari perkara-perkara yang ada di dunia ini. Memenuhi pikiran kita dengan perkara-perkara rohani: inilah yang dimaksud dengan memiliki pikiran Kristus sebagaimana Rasul Paulus tegaskan kepada jemaat di Korintus: "...kami memiliki pikiran Kristus." (1 Korintus 2:16b). Memiliki pikiran Kristus berarti kita "...menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus," (2 Korintus 10:5b), berarti pikiran kita sepenuhnya dipimpin, dituntun, diarahkan dan dikendalikan sepenuhnya oleh Roh Kudus. Ketika kita memikirkan perkara-perkara rohani atau hal-hal yang positif berarti kita sedang mengenakan pikiran Kristus, sebab Kristus senantiasa berpikir tentang hal-hal baik atau positif dalam kehidupan kita, terlepas dari keadaan kita dan bagaimana pun adanya kita.
Tuhan berfirman, "...Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Kalau kita berpikir ke arah yang buruk, maka yang buruk terjadi; sebaliknya bila kita berpikir yang baik-baik (firman Tuhan), maka kebaikan akan terjadi atas hidup kita. Pikiran rohani datanganya dari Tuhan dan membawa kita kepada kemenangan.
Jadi, relakan firmanNya membentuk dan mengisi pikiran kita setiap waktu!
Tuesday, August 23, 2011
Monday, August 22, 2011
TEGUH DALAM IMAN DAN BERSIKAP SEBAGAI LAKI-LAKI!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Agustus 2011 -
Baca: 2 Tesalonika 2:13-17
"Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis." 2 Tesalonika 2:15
Berpegang teguh di dalam iman yang dimaksudkan Paulus di sini adalah berpegang teguh pada kebenaran atau isi dari Injil Kristus. Setan tidak dapat merebut iman keselamatan kita, namun ia dapat dan seringkali membuat orang Kristen mudah bimbang atau ragu akan kualitas imannya sendiri.
Apabila kita tidak berakar kuat di dalam firman dan tidak berpegang teguh pada Injil, kita akan mudah terpedaya dan mulai mengkompromikan hal-hal di luar kebenaran. Hal ini terjadi dan dialami oleh orang-orang di Korintus pada waktu itu, di mana mereka menganggap bahwa kebenaran Injil adalah sebuah kebodohan, sehingga mereka pun lebih condong mengandalkan filsafat dan hikmat manusia sebagai pegangan hidup mereka. Karena keadaan itulah Rasul Paulus menegur mereka dengan keras dan memberikan perintah kepada mereka agar berdiri teguh di dalam iman dan tetap berpegang pada kebenaran Injil Kristus. Bertindak sebagai laki-laki artinya bertindak berprilaku selayaknya sebagai orang yang dewasa. Orang dewasa seharusnyalah memiliki penguasaan diri, pola pikir yang sudah matang, serta mampu membedakan mana yang baik dan tidak, serta memiliki semangat yang tidak dimiliki oleh seorang anak kecil, apalagi bayi. Jadi "Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!" (1 Korintus 14:20). Kekristenan yang hidup adalah kekristenan yang terus bertumbuh, makin hari makin dewasa. Kedewasaan adalah salah satu tanda dari kasih (1 Korintus 13:11).
Bagaimana seorang percaya dapat bertumbuh dan menjadi dewasa? Milikilah rasa haus dan lapar akan susu yang murni dan yang rohani (baca 1 Petrus 2:2). Alkitab menyediakan segala kebutuhan rohani kita, sebab "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." (2 Timotius 3:16-17).
Untuk menjadi seorang Kristen yang dewasa kita harus berpegang teguh pada firman Tuhan dan menjadi pelaku dari firman itu!
Baca: 2 Tesalonika 2:13-17
"Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis." 2 Tesalonika 2:15
Berpegang teguh di dalam iman yang dimaksudkan Paulus di sini adalah berpegang teguh pada kebenaran atau isi dari Injil Kristus. Setan tidak dapat merebut iman keselamatan kita, namun ia dapat dan seringkali membuat orang Kristen mudah bimbang atau ragu akan kualitas imannya sendiri.
Apabila kita tidak berakar kuat di dalam firman dan tidak berpegang teguh pada Injil, kita akan mudah terpedaya dan mulai mengkompromikan hal-hal di luar kebenaran. Hal ini terjadi dan dialami oleh orang-orang di Korintus pada waktu itu, di mana mereka menganggap bahwa kebenaran Injil adalah sebuah kebodohan, sehingga mereka pun lebih condong mengandalkan filsafat dan hikmat manusia sebagai pegangan hidup mereka. Karena keadaan itulah Rasul Paulus menegur mereka dengan keras dan memberikan perintah kepada mereka agar berdiri teguh di dalam iman dan tetap berpegang pada kebenaran Injil Kristus. Bertindak sebagai laki-laki artinya bertindak berprilaku selayaknya sebagai orang yang dewasa. Orang dewasa seharusnyalah memiliki penguasaan diri, pola pikir yang sudah matang, serta mampu membedakan mana yang baik dan tidak, serta memiliki semangat yang tidak dimiliki oleh seorang anak kecil, apalagi bayi. Jadi "Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!" (1 Korintus 14:20). Kekristenan yang hidup adalah kekristenan yang terus bertumbuh, makin hari makin dewasa. Kedewasaan adalah salah satu tanda dari kasih (1 Korintus 13:11).
Bagaimana seorang percaya dapat bertumbuh dan menjadi dewasa? Milikilah rasa haus dan lapar akan susu yang murni dan yang rohani (baca 1 Petrus 2:2). Alkitab menyediakan segala kebutuhan rohani kita, sebab "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." (2 Timotius 3:16-17).
Untuk menjadi seorang Kristen yang dewasa kita harus berpegang teguh pada firman Tuhan dan menjadi pelaku dari firman itu!
Subscribe to:
Posts (Atom)