Sunday, August 21, 2011

HIDUP PENUH KUASA: Berjaga-jaga Senantiasa!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Agustus 2011 -

Baca:  1 Korintus 16:13-18

"Berjaga-jagalah!  Berdirilah dengan teguh dalam iman!  Bersikaplah sebagai laki-laki!  Dan tetap kuat!  Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!"  1 Korintus 16:13-14

Rasul Paulus memberikan perintah terakhirnya kepada jemaat di Korintus supaya mereka berjaga-jaga, berdiri teguh dalam iman, bersikap sebagai laki-laki, tetap kuat dan melakukan segala sesuatu di dalam kasih.

     Mengapa kita harus senantiasa berjaga-jaga?  Dalam bahasa aslinya, kata berjaga-jaga itu dapat diartikan berhati-hati, bangun dan waspada.  Berjaga-jaga terhadap apa?  Kita harus berjaga-jaga terhadap si Iblis, sebab ia (Iblis)  "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.  Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama."  (1 Petrus 5:8,9).  Karena itu kita harus dapat memahami strategi dari Iblis yang, walaupun secara halus dan perlahan, pasti akan berusaha untuk menghancurkan manusia.  Selain itu kita juga harus berjaga-jaga terhadap pencobaan sebagaimana yang Tuhan Yesus katakan,  "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan;  roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Markus 14:38).

     Apabila kita tidak berjaga-jaga serta melekat kepada Tuhan melalui doa-doa kita, seringkali kita terlambat untuk menyadari ternyata pencobaan telah menimpa kita.  Karena itu bangun terus hubungan dengan Tuhan.  Jangan hanya berdoa pas ada masalah saja, sementara ketika segala sesuatunya berjalan dengan baik, kita tidak lagi berdoa.  Itulah sebabnya Tuhan menegur jemaat yang ada di Sardis karena mereka beranggapakan bahwa mereka memiliki kehidupan rohani yang berkenan kepada Tuhan, padahal mereka tidak menyadari bahwa sesungguhnya mereka mengalami kematian rohani;  pekerjaan atau pelayanan yang mereka lakukan hanya sebatas rutinitas belaka.  Tuhan berkata,  "Aku tahu segala pekerjaanmu:  engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!  Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku."  (Wahyu 3:1-2).  Jika saat ini kita merasa bahwa kerohanian kita sudah mapan, berhati-hatilah!  Jangan pernah berpuas diri.

Yang menilai kualitas iman kita, pekerjaan kita dan jaga pelayanan kita adalah Tuhan, bukan diri kita sendiri, karena itu jangan sekali-kali memegahkan diri!

Saturday, August 20, 2011

HATI YANG MAU DIBENTUK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Agustus 2011 -

Baca:  Mazmur 51

"Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku."  Mazmur 51:5

Adalah tidak mudah bagi kita untuk menerima teguran dari orang lain.  Seringkali kita menjadi marah, tersinggung atau merasa direndahkan ketika orang lain menegur dan mengingatkan kesalahan yang telah kita perbuat.

     Ada teguran yang mendidik yang membuat seseorang sadar akan kesalahannya, namun ada pula teguran yang justru mematahkan semangat.  Teguran yang bertujuan untuk mendidik dan meluruskan jalan yang bengkok adalah yang sesuai dengan firman Tuhan, seperti teguran Natan terhadap Daud berkenaan dengan perselingkuhannya dengan Betsyeba:  "Mengapa engkau menghina Tuhan dengan melakukan apa yang jahat dimataNya?  Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang;  isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon."  (2 Samuel 12:9).  Meski sebagai raja atau pemimpin besar, Daud tidak tersinggung dengan teguran itu.  Sebagai seorang pemimpin besar pun, kita harus siap menerima teguran.  Karena pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau diajar dan ditegur.  Inilah yang disebut kerendahan hati.  Alkitab menegaskan,  "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."  (Yakobus 4:6).  Daud menerima teguran keras dari nabi Natan tersebut yang akhirnya membuat Daud bertobat dan menulis Mazmur 51 ini sebagai doa pengakuannya.  Dengan hati yang hancur Daud datang kepada Tuhan dan memohon pengampunan atas segala dosa-dosanya, memohon pengudusan serta perkenanan Tuhan.  Daud juga senantiasa membuka hati untuk dikoreksi dan diselidiki oleh Tuhan.  "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!"  (Mazmur 51:12).  Hati yang terbuka artinya hati yang siap ditegur dan dikoreksi oleh Roh Kudus.

     Karena memiliki hati yang tulus dan jujur mengakui dosa-dosanya di hadapan seluruh rakyat dan tidak takut dipermalukan oleh manusia, Daud beroleh pengampunan dari Tuhan.  Pertobatan menghasilkan pemulihan dan urapan yang baru!  Setelah jatuh, Daud tidak membiarkan dirinya terpuruk, ia tetap bangkit sekalipun harus bayar harga yang sangat mahal.

Asal kita mau merendahkan diri di hadapan Tuhan, siap ditegur dan bertobat dengan sungguh, Tuhan pasti akan memulihkan keadaan kita!