Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Agustus 2011 -
Baca: 1 Korintus 15:35-58
"Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." 1 Korintus 15:58
Saat diutus ke dalam dunia, Yesus dengan penuh komitmen melakukan kehendak Bapa. Yesus bukan sekedar menjalankan perintah Bapa, tetapi juga didasari oleh visi yang telah diterimaNya: "...Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk meberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28).
Yesus mengerjakan visi ini dengan ketaatan penuh dan tak tergoyahkan meskipun harus menghadapi resiko yang besar. Alkitab mencatat: "...Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:5-8). Oleh karena itu Paulus memberi nasihat agar setiap orang percaya meneladani Tuhan Yesus yang taat sampai mati di kayu salib! Dalam keadaan apa pun hendaknya kita tetap teguh, tidak goyah dan semakin giat dalam melayani Tuhan. Kata teguh dalam bahasa aslinya berarti setia. Dalam kesetiaan terkandung komitmen yang tinggi. Ingat! Perjalanan kekristenan itu tidak mudah, ada banyak ujian dan tantangan, namun Tuhan berjanji akan memberikan kekuatan kepada kita, seperti yang disampaikan oleh Rasul Paulus, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13). Jika kita mengandalkan kekuatan sendiri, kita tidak akan mampu dan pasti akan gagal.
Akhir-akhir ini tidak sedikit orang Kristen yang mulai goyah imannya dan tidak lagi giat melayani Tuhan: ibadah kendor, berdoa kendor, pelayanan kendor dan sebagainya karena masalah atau penderitaan yang dialaminya. Namun justru ketika berada dalam ujian seharusnya kita makin melekat kepada Tuhan Yesus sebagai pokok anggur, sebab di luar Dia kita tidak dapat berbuat apa-apa (baca Yohanes 15:5b). Mari kita koreksi kehidupan kita, apakah kita sudah melenceng dari kehendak Tuhan? Mari kita perbarui komitmen kita.
Bila kita teguh dalam melakukan kehendak Tuhan, Dia akan mempercayakan perkara-perkara besar kepada kita, meskipun itu harus dimulai dari perkara kecil dahulu.
Friday, August 19, 2011
Thursday, August 18, 2011
BELAJAR MENGHARGAI PENYERTAAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Agustus 2011 -
Baca: 1 Raja-Raja 8:54-66
"Kiranya Tuhan, Allah kita, menyertai kita sebagaimana ia telah menyertai nenek moyang kita, janganlah Ia meninggalkan kita dan janganlah Ia membuangkan kita," 1 Raja-Raja 8-57
Firman Tuhan menegaskan bahwa "...tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-2). Jelas bahwa yang menjadi pemisah hubungan antara Tuhan dan manusia adalah dosa. Ini yang seringkali tidak kita sadari! Ketika sedang dalam kesesakan, menderita sakit-penyakit atau mengalami pergumulan yang berat kita langsung menyimpulkan bahwa Tuhan telah meninggalkan kita dan tidak lagi menyertai kita.
Sejak dari mulanya Tuhan itu tidak pernah meninggalkan kita sebagaimana firmanNya yang mengatakan, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). Dia adalah Imanuel, Allah yang menyertai kita dan penyertaanNya itu sempurna. Banyak orang Kristen yang berdoa dan memohon agar Tuhan menyertai dan menjaga hidupnya, namun di sisi lain mereka kurang bisa menghargai penyertaanNya. Mungkin kita berkata, "Kapan saya tidak menghargai penyertaan Tuhan?" Ialah ketika kita tidak lagi hidup dalam ketaatan dan lebih memilih hidup menurut keinginan daging kita, itulah saat kita sedang tidak menghargai penyertaanNya; ketika kita membenci orang lain dan tidak mau pengampuni; ketika kita berbohong; ketika kita mengabaikan jam-jam ibadah, malas berdoa, malas baca firman; ketika kita menutup 'mata' terhadap orang yang miskin atau lemah dan sebagainya. Saat kita melakukan itu semua kita sedang tidak menghargai penyertaanNya.
Maka dari itu mari kita terus mencondongkan hati kepada Tuhan (1 Raja-Raja 8:58) dan berpaut kepadaNya (61) supaya langkah hidup kita senantiasa selaras dengan kehendak dan rencanaNya. Selain itu kita harus mempersembahkan yang terbaik dari hidup kita, bukan hanya dalam bentuk materi/uang, tetapi juga tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepadaNya (1 Raja-Raja 8:62).
Hidup dalam kebenaran firmanNya adalah tanda bahwa kita ini menghargai penyertaan Tuhan dalam hidup ini!
Baca: 1 Raja-Raja 8:54-66
"Kiranya Tuhan, Allah kita, menyertai kita sebagaimana ia telah menyertai nenek moyang kita, janganlah Ia meninggalkan kita dan janganlah Ia membuangkan kita," 1 Raja-Raja 8-57
Firman Tuhan menegaskan bahwa "...tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-2). Jelas bahwa yang menjadi pemisah hubungan antara Tuhan dan manusia adalah dosa. Ini yang seringkali tidak kita sadari! Ketika sedang dalam kesesakan, menderita sakit-penyakit atau mengalami pergumulan yang berat kita langsung menyimpulkan bahwa Tuhan telah meninggalkan kita dan tidak lagi menyertai kita.
Sejak dari mulanya Tuhan itu tidak pernah meninggalkan kita sebagaimana firmanNya yang mengatakan, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). Dia adalah Imanuel, Allah yang menyertai kita dan penyertaanNya itu sempurna. Banyak orang Kristen yang berdoa dan memohon agar Tuhan menyertai dan menjaga hidupnya, namun di sisi lain mereka kurang bisa menghargai penyertaanNya. Mungkin kita berkata, "Kapan saya tidak menghargai penyertaan Tuhan?" Ialah ketika kita tidak lagi hidup dalam ketaatan dan lebih memilih hidup menurut keinginan daging kita, itulah saat kita sedang tidak menghargai penyertaanNya; ketika kita membenci orang lain dan tidak mau pengampuni; ketika kita berbohong; ketika kita mengabaikan jam-jam ibadah, malas berdoa, malas baca firman; ketika kita menutup 'mata' terhadap orang yang miskin atau lemah dan sebagainya. Saat kita melakukan itu semua kita sedang tidak menghargai penyertaanNya.
Maka dari itu mari kita terus mencondongkan hati kepada Tuhan (1 Raja-Raja 8:58) dan berpaut kepadaNya (61) supaya langkah hidup kita senantiasa selaras dengan kehendak dan rencanaNya. Selain itu kita harus mempersembahkan yang terbaik dari hidup kita, bukan hanya dalam bentuk materi/uang, tetapi juga tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepadaNya (1 Raja-Raja 8:62).
Hidup dalam kebenaran firmanNya adalah tanda bahwa kita ini menghargai penyertaan Tuhan dalam hidup ini!
Subscribe to:
Posts (Atom)