Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Agustus 2011 -
Baca: 1 Korintus 10:1-10
"Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun." 1 Korintus 10:5
Ada kalimat bijak yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Dari pengalaman, kita bisa belajar tentang banyak hal, baik itu tentang kegagalan dan juga keberhasilan, dan bisa menjadi suatu evaluasi bagi kita.
Firman Tuhan yang kita baca hari ini adalah peristiwa yang terjadi dan dialami oleh bangsa Israel yang dapat kita jadikan pelajaran berharga dalam perjalanan hidup kekristenan kita saat ini. Bangsa Israel dipanggil Tuhan keluar dari Mesir dan dibawa kepada rencanaNya yang indah yaitu masuk ke Tanah Perjanjian (Kanaan). Tetapi sayang, di tengah perjalanan sebagian besar dari mereka mati di padang gurun. Ada tertulis: "...banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." (Matius 22:14). Pasti ada sebabnya mengapa mereka tidak bisa masuk ke Kanaan! Alkitab mencatat bahwa mereka melakukan hal-hal yang jahat (1 Korintus 10:6). Meski dalam perjalanan dipelihara Tuhan begitu rupa, mereka tidak tahu bersyukur. Terus saja menyalahkan Tuhan! Padahal mereka diberi manna dari sorga setiap hari dan ketika minta daging, Tuhan pun memberikan burung puyuh. Bahkan mereka makan daging puyuh itu sampai kekenyangan hingga tersedak. Akibatnya puluhan ribu orang mati karena kerakusan mereka sendiri. Tidak hanya itu, mereka juga menyembah berhala (1 Korintus 10:7). Ketika tidak sabar menantikan Musa turun dari gunung Sinai, "...mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban," (Keluaran 32:8). Tidak sabar menantikan jawaban dari Tuhan, mereka berpaling kepada berhala!
Sampai hari ini masih banyak orang Kristen yang karena belum beroleh jawaban doa dari Tuhan secepat kilat lari mencari pertolongan kepada berhala: pergi ke klenteng, Gunung Kawi, dukun dan sebagainya. Hal ini sangat jahat di mata Tuhan karena berhubungan dengan kuasa kegelapan atau si Iblis yang adalah musuh Allah. Jika kita berhubungan dengan Iblis, kita telah memposisikan diri kita sebagai musuh Tuhan. Bertobatlah sebelum semuanya terlambat! Jangan sampai pengalaman bangsa Israel ini terjadi dan menimpa kita.
Tanah Perjanjian disediakan Tuhan bagi orang-orang yang setia dan hidup benar!
Wednesday, August 10, 2011
Tuesday, August 9, 2011
KUMPULKAN HARTA DI SORGA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Agustus 2011 -
Baca: Amsal 11
"Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut." Amsal 11:4
Rasul Paulus menasihati, "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah." (1 Timotius 6:6-8). Memang benarlah bahwa kita tidak membawa apa pun ketika lahir ke dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ketika meninggal. Ayub juga menyadari akan hal ini. "Dengan telanjang aku keluar dari kandungna ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" (Ayub 1:21). Namun hal ini bukan berarti Tuhan tidak menghendaki anak-anakNya hidup dalam kelimpahan. Dia juga tidak menghendaki anak-anakNya hidup dalam kemiskinan demi menunjukkan tingkat kerohaniannya yang tinggi pada dunia.
Dahulu, yang menjadi salah satu ukuran kekayaan seseorang adalah pakaian yang dikenakannya. Orang kaya pasti akan melengkapi pakaiannya dengan berbagai aksesoris berlapis emas. Ada pun bahan pakaian mereka itu terbuat dari wol, sedangkan wol adalah bahan yang paling disukai oleh ngengat, sehingga mereka pun mengalami kesulitan mencegah pakaian mereka dari gigitan ngengat. Dan kita semua tahu bahwa hampir semua jenis harta kekayaan selalu menjadi incaran para pencuri. Karena itu banyak orang berusaha menguburkan hartanya yang berharga tersebut di bawah tanah di luar rumahnya atau ladangnya, namun "...pencuri membongkar serta mencurinya." (Matius 6:19). Kata 'membongkar' dalam arti harfiahnya: menggali, yaitu kegiatan menggali tanah di ladang orang lain. Tatkala kita mengumpulkan harta di dunia ini demi keuntungan diri sendiri atau untuk sekedar show off atau memboroskannya dengan tiada batas, sesungguhnya kita sudah menjadikan harta kita sebagai berhala.
Kita harus ingat bahwa tak ada satu pun dari harta kita yang aman dari pencuri meski kita menjaganya secara ekstra; harta yang telah kita usahakan seumur hidup itu tetap saja tidak akan kita bawa saat kita mati kelak. Karena itu "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu," (Amsal 3:9).
Ketika kita menggunakan harta kita untuk tujuan Kerajaan Allah, kita sedang melakukan investasi sorgawi; dan di sorga tidak ada ngengat, karat dan juga pencuri.
Baca: Amsal 11
"Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut." Amsal 11:4
Rasul Paulus menasihati, "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah." (1 Timotius 6:6-8). Memang benarlah bahwa kita tidak membawa apa pun ketika lahir ke dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ketika meninggal. Ayub juga menyadari akan hal ini. "Dengan telanjang aku keluar dari kandungna ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" (Ayub 1:21). Namun hal ini bukan berarti Tuhan tidak menghendaki anak-anakNya hidup dalam kelimpahan. Dia juga tidak menghendaki anak-anakNya hidup dalam kemiskinan demi menunjukkan tingkat kerohaniannya yang tinggi pada dunia.
Dahulu, yang menjadi salah satu ukuran kekayaan seseorang adalah pakaian yang dikenakannya. Orang kaya pasti akan melengkapi pakaiannya dengan berbagai aksesoris berlapis emas. Ada pun bahan pakaian mereka itu terbuat dari wol, sedangkan wol adalah bahan yang paling disukai oleh ngengat, sehingga mereka pun mengalami kesulitan mencegah pakaian mereka dari gigitan ngengat. Dan kita semua tahu bahwa hampir semua jenis harta kekayaan selalu menjadi incaran para pencuri. Karena itu banyak orang berusaha menguburkan hartanya yang berharga tersebut di bawah tanah di luar rumahnya atau ladangnya, namun "...pencuri membongkar serta mencurinya." (Matius 6:19). Kata 'membongkar' dalam arti harfiahnya: menggali, yaitu kegiatan menggali tanah di ladang orang lain. Tatkala kita mengumpulkan harta di dunia ini demi keuntungan diri sendiri atau untuk sekedar show off atau memboroskannya dengan tiada batas, sesungguhnya kita sudah menjadikan harta kita sebagai berhala.
Kita harus ingat bahwa tak ada satu pun dari harta kita yang aman dari pencuri meski kita menjaganya secara ekstra; harta yang telah kita usahakan seumur hidup itu tetap saja tidak akan kita bawa saat kita mati kelak. Karena itu "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu," (Amsal 3:9).
Ketika kita menggunakan harta kita untuk tujuan Kerajaan Allah, kita sedang melakukan investasi sorgawi; dan di sorga tidak ada ngengat, karat dan juga pencuri.
Subscribe to:
Posts (Atom)