Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Agustus 2011 -
Baca: Amsal 11
"Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut." Amsal 11:4
Rasul Paulus menasihati, "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah." (1 Timotius 6:6-8). Memang benarlah bahwa kita tidak membawa apa pun ketika lahir ke dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ketika meninggal. Ayub juga menyadari akan hal ini. "Dengan telanjang aku keluar dari kandungna ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" (Ayub 1:21). Namun hal ini bukan berarti Tuhan tidak menghendaki anak-anakNya hidup dalam kelimpahan. Dia juga tidak menghendaki anak-anakNya hidup dalam kemiskinan demi menunjukkan tingkat kerohaniannya yang tinggi pada dunia.
Dahulu, yang menjadi salah satu ukuran kekayaan seseorang adalah pakaian yang dikenakannya. Orang kaya pasti akan melengkapi pakaiannya dengan berbagai aksesoris berlapis emas. Ada pun bahan pakaian mereka itu terbuat dari wol, sedangkan wol adalah bahan yang paling disukai oleh ngengat, sehingga mereka pun mengalami kesulitan mencegah pakaian mereka dari gigitan ngengat. Dan kita semua tahu bahwa hampir semua jenis harta kekayaan selalu menjadi incaran para pencuri. Karena itu banyak orang berusaha menguburkan hartanya yang berharga tersebut di bawah tanah di luar rumahnya atau ladangnya, namun "...pencuri membongkar serta mencurinya." (Matius 6:19). Kata 'membongkar' dalam arti harfiahnya: menggali, yaitu kegiatan menggali tanah di ladang orang lain. Tatkala kita mengumpulkan harta di dunia ini demi keuntungan diri sendiri atau untuk sekedar show off atau memboroskannya dengan tiada batas, sesungguhnya kita sudah menjadikan harta kita sebagai berhala.
Kita harus ingat bahwa tak ada satu pun dari harta kita yang aman dari pencuri meski kita menjaganya secara ekstra; harta yang telah kita usahakan seumur hidup itu tetap saja tidak akan kita bawa saat kita mati kelak. Karena itu "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu," (Amsal 3:9).
Ketika kita menggunakan harta kita untuk tujuan Kerajaan Allah, kita sedang melakukan investasi sorgawi; dan di sorga tidak ada ngengat, karat dan juga pencuri.
Tuesday, August 9, 2011
Monday, August 8, 2011
KUMPULKAN HARTA DI SORGA (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Agustus 2011 -
Baca: Matius 6:19-24
"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya." Matius 6:19
Secara alamiah manusia memiliki dorongan yang kuat untuk mencari, mengejar dan menikmati benda-benda atau materi di dunia ini. Terlebih lagi dalam keadaan ekonomi yang sangat sulit seperti sekarang ini semua orang dituntut untuk bekerja lebih keras lagi demi mendapatkan penghasilan lebih dan materi yang sebanyak-banyaknya. Kini tidak sedikit orang lebih mengejar materi atau perkara dunia ini daripada perkara-perkara rohani. Alkitab menasihati, "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:2).
Hal mengejar materi atau harta ini juga terjadi pada zaman Yesus di mana para pemimpin agama memiliki kecenderungan menjadi sangat materialistis, tamak, bahkan ada kalanya mereka licik dalam memenuhi ambisi mereka. Itulah sebabnya Tuhan Yesus sangat mengecam orang-orang Farisi yang dikenal sebagai hamba-hamba uang (baca Lukas 16:14). "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang." (Matius 23:14a). Mengapa Tuhan Yesus mengecam mereka? Karena mereka begitu serakah, demi materi mereka menghalalkan segala cara. Ini juga yang terjadi pada anak-anak imam Eli yaitu Hofni dan Pinehas. Sebagai anak-anak imam besar mereka telah menyalahgunakan otoritas ayahnya dengan tidak menghargai korban persembahan. Mereka mengambil porsi yang lebih untuk diri sendiri, bahkan mereka berani bertindak lebih jauh lagi dengan melakukan perzinahan dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan (Baca 1 Samuel 2:22).
Bukankah saat ini banyak orang telah menyalahgunakan jabatan untuk meraih keuntungan atau memperkaya diri sendiri? Wakil rakyat yang duduk di kursi pemerintahan terlibat suap dan korupsi. Mereka seringkali menghalalkan berbagai cara mengatasnamakan rakyat, padahal itu semua hanyalah akal-akalan mereka untuk mengeruk keuntungan. Banyak ayat dalam Alkitab yang memperingatkan kita supaya tidak mengumpulkan kekayaan demi kepentingan diri sendiri. Salomo berkata, "Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini!" (Amsal 23:4).
(Bersambung)
Baca: Matius 6:19-24
"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya." Matius 6:19
Secara alamiah manusia memiliki dorongan yang kuat untuk mencari, mengejar dan menikmati benda-benda atau materi di dunia ini. Terlebih lagi dalam keadaan ekonomi yang sangat sulit seperti sekarang ini semua orang dituntut untuk bekerja lebih keras lagi demi mendapatkan penghasilan lebih dan materi yang sebanyak-banyaknya. Kini tidak sedikit orang lebih mengejar materi atau perkara dunia ini daripada perkara-perkara rohani. Alkitab menasihati, "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:2).
Hal mengejar materi atau harta ini juga terjadi pada zaman Yesus di mana para pemimpin agama memiliki kecenderungan menjadi sangat materialistis, tamak, bahkan ada kalanya mereka licik dalam memenuhi ambisi mereka. Itulah sebabnya Tuhan Yesus sangat mengecam orang-orang Farisi yang dikenal sebagai hamba-hamba uang (baca Lukas 16:14). "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang." (Matius 23:14a). Mengapa Tuhan Yesus mengecam mereka? Karena mereka begitu serakah, demi materi mereka menghalalkan segala cara. Ini juga yang terjadi pada anak-anak imam Eli yaitu Hofni dan Pinehas. Sebagai anak-anak imam besar mereka telah menyalahgunakan otoritas ayahnya dengan tidak menghargai korban persembahan. Mereka mengambil porsi yang lebih untuk diri sendiri, bahkan mereka berani bertindak lebih jauh lagi dengan melakukan perzinahan dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan (Baca 1 Samuel 2:22).
Bukankah saat ini banyak orang telah menyalahgunakan jabatan untuk meraih keuntungan atau memperkaya diri sendiri? Wakil rakyat yang duduk di kursi pemerintahan terlibat suap dan korupsi. Mereka seringkali menghalalkan berbagai cara mengatasnamakan rakyat, padahal itu semua hanyalah akal-akalan mereka untuk mengeruk keuntungan. Banyak ayat dalam Alkitab yang memperingatkan kita supaya tidak mengumpulkan kekayaan demi kepentingan diri sendiri. Salomo berkata, "Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini!" (Amsal 23:4).
(Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)