Saturday, July 30, 2011

IMAN SEORANG WANITA: Ia Pulih dan Sembuh

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Juli 2011 -

Baca:  Markus 5:25-34

"Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk."  Markus 5:26

Ada seorang wanita yang mengalami penderitaan begitu berat dalam hidupnya.  Selama dua belas tahun, bukan seminggu, sebulan atau setahun (waktu yang sangat lama), ia menderita pendarahan.  Darah yang seharusnya berada di dalam tubuh keluar terus sehingga keadaannya sudah sangat buruk.  Berbagai usaha telah ia lakukan demi mendapatkan kesembuhan tapi selalu saja gagal.  Bahkan sudah banyak tabib yang ia datangi tapi hasilnya tetap nihil, justru ia makin menderita karena sakit tidak kunjung sembuh dan semua harta yang ada padanya sudah ludes untuk biaya pengobatan.  Secara manusia wanita ini sudah tidak tahan dan putus pengharapan.  Harapan untuk hidup rasa-rasanya sudah sangat tipis.  Tak bisa dibayangkan betapa menderitanya wanita itu.  Jika orang lain yang mengalaminya belum tentu dapat bertahan, bisa saja mereka akan mengakhiri hidupnya alias bunuh diri.  Tetapi wanita ini tidak menyerah pada keadaan.

     Selalu ada jalan jika kita mau berusaha.  Setiap orang pasti memiliki masalah dalam hidupnya, tetapi yang menjadikan seseorang tampil sebagai pemenang adalah bagaimana cara ia mengatasi masalahnya.  Perempuan itu mendengar kabar tentang Yesus, lalu timbullah iman di dalam hatinya.  Ada tertulis bahwa  "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Melalui kesaksian banyak orang timbullah iman dalam diri wanita ini dan ia pun mulai melangkah dalam ketekunan.  Harapannya kembali timbul, dan karena pengharapannya itu ia mampu menerobos ribuan orang yang sedang mengerumuni Yesus.  Wanita ini tidak mempedulikan kodisi fisiknya yang lemah tetapi ia tetap bertekun dan berusaha menjamah jubah Yesus.  Mata wanita itu hanya tertuju kepada Yesus.

   Untuk berjumpa dengan Yesus ada banyak sekali penghalang karena Yesus selalu dikelilingi oleh banyak orang.  Ia juga tidak peduli dengan cemoohan dan hinaan orang-orang di sekitarnya.  Karena fokusnya adalah bertemu Yesus ia beroleh kekuatan.  Wanita itu percaya dengan iman bahwa Yesus sanggup melakukan perkara besar.  Iman adalah hal yang paling penting, karena tanpa iman tidak seorang pun dapat berkenan kepada Tuhan.

Masalah seberat apa pun, jika kita bersama Yesus kita pasti akan keluar sebagai pemenang.

Friday, July 29, 2011

MENYENANGKAN DIRI SENDIRI vs MENYENANGKAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juli 2011 -

Baca:  Roma 15:1-13

"Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya."  Roma 15:2

Pada dasarnya setiap orang memiliki kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri (egosentris), terlebih lagi di akhir zaman ini:  "...pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.  Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang.  ...tidak tahu bererima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi..."  (2 Timotius 3:1-3).  Demi menyenangkan diri sendiri berbagai upaya dilakukan, tidak peduli berapa besar kocek yang harus dikeluarkan.  Contoh sederhana adalah masalah hobi.  Seseorang yang memiliki hobi mengoleksi benda-benda antik, berapa pun harganya pasti dibeli.  Demi hobinya ini ia rela memburunya sampai ke luar negeri, ke ujung dunia pun dicari.  Itu semua ditempuh banyak orang demi menyenangkan diri sendiri.  Menyenangkan diri sendiri adalah pekerjaan yang mudah dan semua orang pasti bisa melakukannya.  Tetapi bagaimana untuk menyenangkan hati orang lain?  Tidak semua orang mau melakukannya karena hal itu dirasa berat.  Terlebih lagi menyenangkan hati Tuhan!

     Paulus memberikan teladan hidup kepada kita betapa ia memiliki kepedulian terhadap orang lain.  Ia sadar, sebagai seorang hamba tugasnya adalah melayani, bukan untuk dilayani.  Oleh karena itu Paulus berusaha agar hidupnya menjadi berkat bagi orang lain;  ia tidak mencari hormat bagi diri sendiri.  Inilah pernyataan Paulus,  "Sama seperti  aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat."  (1 Korintus 10:33).  Paulus berusaha menyenangkan hati orang lain dan melakukan segala sesuatunya dengan tulus ikhlas tanpa ada 'udang di balik batu' atau kepura-puraan.  Dasarnya adalah dia ingin menyenangkan hati Tuhan melalui pelayanannya tersebut.

     Jadi,  "jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia."  (Efesus 6:6-7).

Sudahkah kehidupan kita menyenangkan hati Tuhan?  Atau malah Tuhan kecewa dan sedih karena kita lebih mementingkan kesenangan diri sendiri?