Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Juli 2011 -
Baca: Matius 12:46-50
"Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku." Matius 12:50
Kita harus punya prinsip bahwa apa yang kita lakukan harus sesuai dengan kehendak Tuhan. Jika kita melakukan sesuai dengan kehendak Tuhan, kita percaya bahwa kita pasti berhasil, bahkan kita akan mengalami hidup yang berkelimpahan, sebab "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b). Pada kenyataannya banyak orang tidak mengalami hidup yang berkelimpahan karena mereka tidak melakukan segala sesuatu berdasarkan kehendak Tuhan.
Bagaimana supaya kita dapat mengerti kehendak Tuhan? Untuk dapat mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya kita harus memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan. Bila kita karib dengan Tuhan, kita pasti akan tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup kita, sebab "Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Tuhan Yesus sendiri, yang adalah Tuhan dan Juruselamat, tidak melakukan segala sesuatu menurut diriNya sendiri melainkan menurut kehendak Bapa. Ia berkata, "Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku." (Yohanes 6:38). Inilah yang disebut dengan bergaul karib, yaitu suatu hubungan yang sangat dekat dan sangat pribadi, suatu hubungan yang berdasarkan kasih. Walaupn Yesus mempunyai kehendak, keinginan bahkan mempunyai otoritas secara pribadi, Ia tetap mengutamakan kehendak BapaNya karena Dia tahu bahwa kehendak BapaNya itulah yang terbaik. Kita pun harus tinggal di dalam firmanNya: membaca, mendengar dan merenungkan firmanNya, yang akan membuat kita semakin mengerti kehendakNya. Inilah yang dilakukan Maria, memilih bagian yang terbaik yaitu duduk di kakiNya dan mendengarkan firmanNya (baca Lukas 10:38-42).
Orang yang melakukan kehedak Tuhan harus hidup dalam kebenaranNya yaitu kebenaran akan firman Tuhan. Kebenaran firman Tuhan adalagh kebenaran yang memerdekakan kita. Ketika kita melakukan kehendak Tuhan, kita akan menyenangkan hati Tuhan dan ketika kita menyenangkan hati Tuhan, firmanNya akan digenapi dalam hidup kita.
Sudahkah kita melakukan kehendak Tuhan? Ataukah selama ini kita masih melakukan kehendak diri sendiri?
Thursday, July 28, 2011
Wednesday, July 27, 2011
KEHENDAK TUHAN ADALAH YANG UTAMA (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Juli 2011 -
Baca: Mazmur 143
"Ajarlah aku melakukan kehendak-Mu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya Roh-Mu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata." Mazmur 143:10
Di kalangan orang-orang percaya kata kehendak Tuhan sudah menjadi hal yang biasa dan seringkali digemakan. Ketika mengharapkan sesuatu, semisal perihal jodoh/pasangan hidup, kita sering berkata: "Ya...biarlah kehendak Tuhan yang jadi." Ada pula yang dalam banyak hal selalu menggunakan kata kehendak Tuhan ini sebagai senjata supaya kelihatan rohaniah atau Alkitabiah, "Kalau Tuhan kehendaki saya akan aktif dalam pelayanan ini. Saya sih ikut kehendak Tuhan saja dalam hal ini." Namun penggunaan kata kehendak Tuhan yang serampangan ini akan menimbulkan satu pertanyaan: apa sebenarnya kehendak Tuhan itu dan bagaimana kita bisa memahami kehendak Tuhan tersebut?
Dalam kehidupan ini, sadar atau tidak sadar, kita seringkali merasa jauh lebih kuat, lebih pintar, lebih hebat dan lebih tahu daripada Tuhan. Padahal sebenarnya kita ini adalah orang-orang yang lemah dan tak berdaya. Kita selalu berusaha mengatasi setiap persoalan dengan mengandalkan kekuatan dan kepintaran sendiri. Di setiap perencanaan hidup pun jarang sekali kita melibatkan Tuhan dan bertanya kepadaNya, padahal "Tuhan mengetahui rancangan-rancangan manusia; sesungguhnya semuanya sia-sia belaka." (Mazmur 94:11), karena itu Salomo menasihati, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri." (Amsal 3:5).
Kita tidak pernah tahu akan apa yang terjadi di depan kita; besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan dan sebagainya, tetapi Tuhan sudah tahu apa yang akan terjadi, bahkan Dia melangkah lebih jauh dari apa yang ada di pikiran kita, karena Dia Omniscience (Mahatahu); Allah yang menciptakan kita, merancang hidup kita dan membentuk hidup kita. Oleh karena itu kita harus belajar untuk mengerti kehendak Tuhan. Namun seringkali kita melakukan segala sesuatu karena menuruti kehendak diri sendiri, bukan menurut kehendak Tuhan. Kita harus menyadari bahwa kehendak kita tidak pasti, yang pasti hanya satu yaitu kehendak Tuhan. Tertulis, "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana." (Amsal 19:21).
Kita merasa yakin bahwa apa yang akan kita lakukan dan rancangan itu pasti akan berhasil. Kenyataannya? Kita banyak mengalami kegagalan.
Mari lakukan segala sesuatu menurut kehendak Tuhan, bukan kehendak manusiawi kita.
Baca: Mazmur 143
"Ajarlah aku melakukan kehendak-Mu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya Roh-Mu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata." Mazmur 143:10
Di kalangan orang-orang percaya kata kehendak Tuhan sudah menjadi hal yang biasa dan seringkali digemakan. Ketika mengharapkan sesuatu, semisal perihal jodoh/pasangan hidup, kita sering berkata: "Ya...biarlah kehendak Tuhan yang jadi." Ada pula yang dalam banyak hal selalu menggunakan kata kehendak Tuhan ini sebagai senjata supaya kelihatan rohaniah atau Alkitabiah, "Kalau Tuhan kehendaki saya akan aktif dalam pelayanan ini. Saya sih ikut kehendak Tuhan saja dalam hal ini." Namun penggunaan kata kehendak Tuhan yang serampangan ini akan menimbulkan satu pertanyaan: apa sebenarnya kehendak Tuhan itu dan bagaimana kita bisa memahami kehendak Tuhan tersebut?
Dalam kehidupan ini, sadar atau tidak sadar, kita seringkali merasa jauh lebih kuat, lebih pintar, lebih hebat dan lebih tahu daripada Tuhan. Padahal sebenarnya kita ini adalah orang-orang yang lemah dan tak berdaya. Kita selalu berusaha mengatasi setiap persoalan dengan mengandalkan kekuatan dan kepintaran sendiri. Di setiap perencanaan hidup pun jarang sekali kita melibatkan Tuhan dan bertanya kepadaNya, padahal "Tuhan mengetahui rancangan-rancangan manusia; sesungguhnya semuanya sia-sia belaka." (Mazmur 94:11), karena itu Salomo menasihati, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri." (Amsal 3:5).
Kita tidak pernah tahu akan apa yang terjadi di depan kita; besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan dan sebagainya, tetapi Tuhan sudah tahu apa yang akan terjadi, bahkan Dia melangkah lebih jauh dari apa yang ada di pikiran kita, karena Dia Omniscience (Mahatahu); Allah yang menciptakan kita, merancang hidup kita dan membentuk hidup kita. Oleh karena itu kita harus belajar untuk mengerti kehendak Tuhan. Namun seringkali kita melakukan segala sesuatu karena menuruti kehendak diri sendiri, bukan menurut kehendak Tuhan. Kita harus menyadari bahwa kehendak kita tidak pasti, yang pasti hanya satu yaitu kehendak Tuhan. Tertulis, "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana." (Amsal 19:21).
Kita merasa yakin bahwa apa yang akan kita lakukan dan rancangan itu pasti akan berhasil. Kenyataannya? Kita banyak mengalami kegagalan.
Mari lakukan segala sesuatu menurut kehendak Tuhan, bukan kehendak manusiawi kita.
Subscribe to:
Posts (Atom)