Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Juli 2011 -
Baca: Mazmur 41
"Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah! Tuhan akan meluputkan dia pada waktu celaka." Mazmur 41:2
Siapakah orang baik itu? Ada yang menjawab, "Orang yang baik adalah orang yang selalu ramah dan santun dalam bertutur kata. Orang yang baik tidak memiliki musuh karena ia tidak pernah menyakiti orang lain, sehingga di mana pun berada disukai banyak orang." Dan masih banyak lagi pendapat tentang orang yang yang baik. Salomo dalam amsalnya berkata, "Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rejekinya dengan si miskin." (Amsal 22:9).
Orang yang baik adalah orang yang mau menolong orang lain yang kekurangan atau lebih lemah dari dia meskipun saat itu mungkin dia ada dalam kekurangan, namun di dalam kekurangannya itu ia masih mau menolong dan memperhatikan orang yang lebih lemah dari dirinya. Itulah orang yang baik, dan Tuhan pun tidak akan menutup mata terhadap apa pun yang diperbuatnya. Dia akan memberkati dia dengan berlimpah-limpah sesuai dengan janji firmanNya. Di dalam Amsal 19:17 juga dikatakan, "Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu." Jadi jika kita menolong atau menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah atau lebih miskin dari kita, yang berhutang kepada kita bukanlah orang yang kita tolong itu tetapi Tuhan yang berhutang kepada kita, dan Dia pasti akan mengembalikan atau membalasnya kepada kita sampai berkelimpahan.
Adalah tidak sia-sia jika memperhatikan orang yang lemah dan kekurangan karena Tuhan berjanji untuk memberkati siapa pun yang suka menolong orang lain. Dikatakan, "Tuhan akan melindungi dia dan memelihara nyawanya, sehingga ia disebut berbahagia di bumi; Engkau takkan membiarkan dia dipermainkan musuhnya!" (Mazmur 41:3). Tuhan akan menyelamatkan dan melindungi kita dan Dia juga tidak akan membiarkan kita dipermainkan oleh musuh. Juga "Tuhan membantu dia di ranjangnya waktu sakit; di tempat tidurnya Kaupulihkannya sama sekali dari sakitnya." (Mazmur 41:4). Tuhan akan menyembuhkan kita dari sakit penyakit. Oleh karena itu mari kita mempraktekkan pelayanan kasih ini dalam hidup sehari-hari; meskipun kita sedang lemah kita tetap harus membantu orang yang lebih lemah dari kita.
Kalau saat ini kita sudah diberkati Tuhan dengan berlimpah, itu adalah anugerah Tuhan yang harus disyukuri dan merupakan kesempatan bagi kita untuk menjadi berkat bagi orang lain.
Tuesday, July 26, 2011
Monday, July 25, 2011
Pikul Salib dan Bertanding Dalam Iman!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Juli 2011 -
Baca: Efesus 1:15-23
"Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang kudus," Efesus 1:18
Seringkali banyak dari kita yang salah mengerti dengan istilah panggilan Tuhan. Ketika mendengar kata tersebut kita selalu menghubung-hubungkan dengan pelayanan di gereja, menjadi hamba Tuhan atau pendeta, masuk ke sekolah Alkitab atau seminari, menjadi worship leader, singer, team kunjungan rumah sakit dan sebagainya, padahal bukan hanya sebatas itu. Kita dapat memenuhi panggilan Tuhan dengan tetap berada pada bidang pekerjaan atau profesi kita masing-masing selama bidang tersebut tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan. Alkitab menyatakan, "Alkitab memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu." (1 Tesalonika 4:7-8).
Apa maksud panggilan Tuhan bagi kita? Dan apa yang harus kita kerjakan untuk memenuhi panggilanNya itu? Tertulis, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Lukas 9:23). Bila kita menyadari bahwa setiap orang percaya harus menyangkal diri dan memikul salib, maka kita pun harus rela membayar harga. Jika saat ini kita diijinkan menglami ujian atau penderitaan, kita pun harus bisa tetap mengucap syukur karena itu adalah bagian dari proses pendewasaan iman. Kita harus dapat memandang hal itu sebagai salib yang harus kita pikul dan itu merupakan bagian dari panggilanNya, sebab penderitaan itu tidak seberapa bila dibandingkan dengan kemuliaan yang akan kita terima kelak (baca Roma 8:18). Dalam hal penyangkalan diri, sudahkah kita menaklukkan kehendak diri sendiri kepada kehendak Tuhan? Sudahkah kita menyalibkan segala keinginan daging dan hidup menurut Roh? Tuhan juga memanggil kita untuk bertanding dalam iman dan berjuang merebut hidup kekal (baca 1 Timotius 6:12).
Kita tahu bahwa kehidupan kekal hanya dapat kita peroleh melalui iman kepada Kristus. Oleh karena itu kita harus berjuang untuk mempertahankan iman dan mengerjakan keselamatan itu dengan hati yang takut dan gentar, sampai Tuhan datang kali yang kedua.
Jangan sampai gagal di tengah jalan karena kita tidak taat mengerjakan panggilan dan tidak memelihara iman.
Baca: Efesus 1:15-23
"Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang kudus," Efesus 1:18
Seringkali banyak dari kita yang salah mengerti dengan istilah panggilan Tuhan. Ketika mendengar kata tersebut kita selalu menghubung-hubungkan dengan pelayanan di gereja, menjadi hamba Tuhan atau pendeta, masuk ke sekolah Alkitab atau seminari, menjadi worship leader, singer, team kunjungan rumah sakit dan sebagainya, padahal bukan hanya sebatas itu. Kita dapat memenuhi panggilan Tuhan dengan tetap berada pada bidang pekerjaan atau profesi kita masing-masing selama bidang tersebut tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan. Alkitab menyatakan, "Alkitab memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu." (1 Tesalonika 4:7-8).
Apa maksud panggilan Tuhan bagi kita? Dan apa yang harus kita kerjakan untuk memenuhi panggilanNya itu? Tertulis, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Lukas 9:23). Bila kita menyadari bahwa setiap orang percaya harus menyangkal diri dan memikul salib, maka kita pun harus rela membayar harga. Jika saat ini kita diijinkan menglami ujian atau penderitaan, kita pun harus bisa tetap mengucap syukur karena itu adalah bagian dari proses pendewasaan iman. Kita harus dapat memandang hal itu sebagai salib yang harus kita pikul dan itu merupakan bagian dari panggilanNya, sebab penderitaan itu tidak seberapa bila dibandingkan dengan kemuliaan yang akan kita terima kelak (baca Roma 8:18). Dalam hal penyangkalan diri, sudahkah kita menaklukkan kehendak diri sendiri kepada kehendak Tuhan? Sudahkah kita menyalibkan segala keinginan daging dan hidup menurut Roh? Tuhan juga memanggil kita untuk bertanding dalam iman dan berjuang merebut hidup kekal (baca 1 Timotius 6:12).
Kita tahu bahwa kehidupan kekal hanya dapat kita peroleh melalui iman kepada Kristus. Oleh karena itu kita harus berjuang untuk mempertahankan iman dan mengerjakan keselamatan itu dengan hati yang takut dan gentar, sampai Tuhan datang kali yang kedua.
Jangan sampai gagal di tengah jalan karena kita tidak taat mengerjakan panggilan dan tidak memelihara iman.
Subscribe to:
Posts (Atom)