Thursday, July 14, 2011

TUHAN ADALAH TEMPAT PERLINDUNGAN KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Juli 2011 -

Baca:  Yosua 20

"Tentukanlah bagimu kota-kota perlindungan, yang telah Kusebutkan kepadamu dengan perantaraan Musa,"  Yosua 20:2

Ingatkah Saudara tentang kasus bom yang terjadi di Bali, Jakarta, Medan dan di kota-kota lain?  Berapa ratus orang yang telah menjadi korban dari perbuatan-perbuatan yang tidak bertanggung jawab dan biadab ini?  Ternyata ancaman bom belum juga berakhir, sampai saat ini pun negara kita masih dihebohkan oleh adanya teror bom yang terjadi di mana-mana.  Bahkan paket bom dikemas begitu rupa (paket buku, ransel dan sebagainya) sehingga tidak menimbulkan kecurigaan dari orang lain.  Pastilah teror bom ini menimbulkan dampak yang luar biasa:  orang menjadi kuatir, takut dan was-was.  Lalu, ke manakah kita dapat berlindung dari marabahaya?  Tidak ada tempat di belahan bumi mana pun yang dapat memberikan perlindungan yang aman bagi manusia.

     Dalam Perjanjian Lama umat Israel mempunyai tempat yang disebut kota perlindungan, yang dikhususkan sebagai tempat perlindungan seseorang dari penuntut tebusan darah.  Jika ada seseorang yang berbuat kesalahan dan meminta pertolongan atau perlindungan, mereka lari ke kota itu dan beroleh rasa aman.  Pada waktu masuk ke kota itu mereka harus memberitahukan perkaranya kepada tua-tua kota, dan penuntut tebusan darah tidak boleh masuk ke kota itu.  Saat ini banyak orang di dunia mencari tempat perlindungan yang aman, tetapi mereka tidak akan pernah menemukannya.  Tetapi sebagai orang percaya kita patut bersyukur karena kita memiliki Tuhan Yesus, yang adalah tempat perlindungan kita.  Daud berkata,  "Demikianlah Tuhan adalah tempat perlindungan bagi orang yang terinjak, tempat perlindungan pada waktu kesesakan."  (Mazmur 9:10).

     Kota perlindungan yang dimaksud dalam Yosua 20 adalah bayangan dari keselamatan yang akan datang.  Kota pertama yang disebutkan adalah Kadesh, yang artinya adalah kebenaran.  Melalui pengorbanan Kristus di atas kayu salib semua itu tergenapi.  "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah."  (2 Korintus 5:21).  Untuk beroleh perlindungan dari Tuhan kita harus hidup dalam kebenaran, jangan lagi berkompromi dengan dosa.

"Nama Tuhan adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat."  Amsal 18:10

Wednesday, July 13, 2011

BERIBADAH DENGAN SUNGGUH ATAU ASAL-ASALAN?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Juli 2011 -

Baca:  1 Samuel 7:1-14

"Jika kamu berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati, maka jauhkanlah para allah asing dan para Asytoret dari tengah-tengahmu dan tunjukan hatimu kepada Tuhan dan beribadahlah hanya kepada-Nya;"  1 Samuel 7:3a

Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan.  Itulah sebabnya mereka beroleh kasih dan kemurahan Tuhan secara luar biasa.  Sejak semula Tuhan berlaku sangat baik kepada umatNya itu,  "Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya;  anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati."  (Yesaya 40:11).  Dari hari ke hari umat Israel mengalami berkat-berkat Tuhan:  perlindungan, pemeliharaan dan pembelaanNya yang begitu nyata atas mereka.  Namun mereka masih saja tegar tengkuk, bahkan sering meninggalkan Tuhan dan berbalik kepada penyembahan berhala.

     Tatkala Samuel menjadi nabi Tuhan ia menemukan banyak sekali kejahatan yang dilakukan oleh umat Israel.  Mereka meninggalkan Tuhan dan menyembah kepada berhala, yaitu Baal dan Asytoret.  Akibat dari kesalahannya sendiri mereka harus menanggung akibatnya:  bangsa Filistin menyerang mereka secara bertubi-tubi sehingga mereka pun terus mengeluh kepada Tuhan.  Selain itu, kedua anak imam Eli juga telah mencemari Bait Allah.  Jadi bisa dikatakan bahwa bangsa Israel sedang berada dalam masa-masa yang gelap.  Melihat kondisi ini nabi Samuel menegur mereka dengan keras agar segera bertobat, berbalik keapda Tuhan dan menjauhkan para allah asing dari antara mereka supaya Ia melepaskan mereka dari tangan orang Filistin.  Sebagai seorang nabi pilihan Tuhan Samuel tahu bagaimana harus beribadah kepada Tuhan.  Karena itu Samuel segera mengumpulkan segenap umat Israel dan menyerukan agar mereka segera meninggalkan berhala dan beribadah dengan sungguh hanya kepada Tuhan saja.

     Banyak orang Kristen yang mungkin berkata,  "Aku sudah beribadah kepada Tuhan dengan sungguh dan terlibat dalam pelayanan."  Apakah ini jaminan bahwa ibadah kita dikenan Tuhan?  Tanpa disadari kita melakukannya dengan sikap yang asal-asalan dan setengah hati;  ibadah kita penuh dengan kepura-puraan;  kita masih hidup dalam dosa.

Kita beribadah hanya karena ingin diberkati Tuhan, bukan dengan ketulusan dan bukan karena kita mengasihiNya.  Di satu sisi kita beribadah kepada Tuhan, namun di sisi lain kita juga masih berhubungan dengan allah-allah lain di dunia ini!